• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menyampaikan Topik Suatu Uraian

Buka Wawasan

B. Menyampaikan Topik Suatu Uraian

Informasi apa pun akan lebih mudah diterima oleh seorang pendengar apabila disampaikannya dengan baik. Sebaliknya, informasi itu akan sulit diterima atau dipahami, apabila orang yang menyampaikannya kurang baik. Dengan demikian, kemampuan menyampaikan dan menangkap atau memahami informasi merupakan hal penting dalam kegiatan berbahasa.

Permasalahannya sekarang, bagaimana agar kita dapat menyam- paikan informasi dengan baik? Tentu saja, selain kita memahami topik yang akan disampaikan, perlu diperhatikan pula bahasa yang digunakan. Untuk itu, mari kita dengarkan suatu uraian yang akan disampaikan temanmu berikut ini!

Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing: Isu dan Realita

Prof. Dr. Fuad Abdul Hamied, M.A. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

Pembicaraan mengenai pengajaran bahasa tidak bisa dilepaskan dari konteks pembelajaran bahasa. Keduanya berkait erat dan melibatkan berbagai variabel yang jumlahnya banyak. Intinya adalah bahwa proses belajar mengajar bahasa itu bukan hal yang sederhana dan tidak bisa diamati sekedar sebagai potongan-potongan kegiatan mengeluarkan dan menimba bahan saja.

Pembelajaran bahasa sering hanya memusatkan perhatian pada tingkat linguistik saja dengan mengabaikan tingkah non- linguistiknya. Dalam konteks ini, Bloomfield (1933:499) menyatakan bahwa: Sistem pengajaran formal di sekolah dalam konteks pembelajaran bahasa hanya merupakan salah satu saja dari sekian banyak variabel terkait. Variabel lain yang patut dilihat adalah antara lain variabel pajanan (exposure), usia si pembelajar, dan tingkat akul- turasi (Krashen, 1982:330).

Dalam berbagai penelitian yang dilaporkan oleh Krashen (1982:37–43), pajanan itu terkadang berkorelasi positif dan berarti dengan kemahiran berbahasa, tetapi terkadang juga tidak. Dalam hal variabel usia yang sering diasumsikan sebagai suatu penduga kemahiran B2, Krashen, long dan Scarcella yang dikutip oleh Krashen (1982:43) mengetengahkan generalisasi berikut berdasarkan hasil penelitiannya: (1) orang dewasa bergerak lebih cepat dari pada anak-anak dalam melampaui tahapan dini perkembangan B2-nya; (2) dengan waktu dan pajanan yang sama, anak yang lebih tua melalui proses pemerolehan bahasa lebih cepat dari pada anak yang lebih muda; (3) pemeroleh yang memulai pajanan alamiah terhadap B2 pada masa anak-anak pada umumnya mencapai kemahiran B2 lebih baik daripada yang memulai pajanan alamiahnya sebagai orang

Kegiatan 37 Tingkat akulturasi pembelajar terhadap kelompok bahasa sasaran akan mengontrol tingkat pemerolehan bahasanya. Menurut Schumann yang diuraikan Larsen-Free man (di Bailey, Long & Peck (penyunting), 1983), akulturasi itu meliputi dua kelompok faktor; variabel sosial dan variabel afektif. Sedikit berbeda dengan Krashen, Titone (di Alatis, Altman, dan Alatis (penyunting), 1981: 74 – 75) menduga bahwa motivasi, bakat bahasa, dan jumlah waktu yang dipakai dalam belajar bahasa merupakan tiga faktor yang paling menonjol yang memberikan ciri pada pembelajaran B2.

Demikianlah konteks pengajaran BIPA itu akan merambah ke berbagai hal terkait seperti ketersediaan dukungan lingkungan pembelajaran yang akan memberikan masukan/bahan yang akan dipelajari, guru dengan kemahiran berbahasa Indonesia yang memadai, siswa dengan segala cirinya, dan metode mengajar yang keefektifannya akan sangat bergantung pada semua faktor yang disebutkan terdahulu. Semuanya akan berinteraksi dalam membuat kegiatan belajar-mengajar BIPA menjadi betul-betul berhasil guna. Fenomena pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA). Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan tawaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) di berbagai negara. Di Australia, seperti yang dituturkan Sarumpaet (1988), hambatan khas terhadap perkembangan BIPA adalah ”kurangnya lowongan pekerjaan atau jabatan untuk mereka yang mempunyai kemahiran dalam BI.” Di Korea, menurut Young-Rhim (1988), ”hambatan lain yang kami rasakan hanyalah mengenai materi pelajaran.” Di Amerika Serikat, persoalan mutu pelajaran masih harus diupayakan pemecahannya, sebagaimana diutarakan oleh Sumarmo (1988). Di Jerman, karena minat mempelajari bahasa dan kebudayaan Indonesia terus meningkat, upaya perlu dilakukan ”melalui peningkatan penulisan dan penerbitan buku tentang Indonesia baik dalam bahasa asing maupun dalam bahasa Indonesia” (Soedijarto, 1988). Di Jepang guru BIPA ”membutuhkan kamus yang lengkap, terutama kamus yang lengkap dengan contoh pemakaian kata yang cukup banyak” (Shigeru, 1988).

Dalam menanggapi kebutuhan akan ketersediaan bahan masukan bahasa dalam konteks pengajaran BIPA ini, perlu diamati berbagai faktor. Misalnya, ada beberapa karakteristik masukan agar masukan itu bisa diperoleh secara cepat dalam konteks pemerolehan bahasa. Keterpelajaran masukan tersebut antara lain ditentukan dengan karakteristik: keterpahaman, kemenarikan, dan/atau relevansi, keteracakan gramatis, dan kuantitas yang memadai (Krashen, 1982:62–73).

Dalam membicarakan pengajaran dan pembelajaran bahasa, lingkungan, dalam pengertian ”everything the language learner hears and sees in the new language,” (Dulay, Burt, dan Krashen, 1982:13), merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kaitan

dengan keberhasilan pembelajaran bahasa itu. Faktor lingkungan makro meliputi (1) kealamiahan rujukan konkret untuk menjelaskan makna; dan (4) siapa model bahasa sasaran (Dulay, Burt, dan Krashen, 1982:14). Sedangkan faktor lingkungan mikro mencakup (1) kemenonjolan (salience), yaitu mudahnya suatu struktur untuk dilihat atau didengar; (2) umpan balik, yaitu tanggapan pendengar atau pembaca terhadap tuturan atau tulisan si pembelajar; dan (3) frekuensi, yaitu seringnya si pembelajar mendengar atau melihat struktur tertentu (Dulay, Burt, dan Krashe, 1982:32).

Berkenaan dengan faktor lingkungan mikro, yang pertama adalah kemenonjolan (salience). Kemenonjolan ini merujuk pada kemudahan suatu struktur dilihat atau didengar. Ia adalah ciri tertentu yang tampaknya membuat suatu butir secara visual atau auditor lebih menonjol dari pada yang lain. Faktor lingkungan mikro yang kedua adalah umpan balik. Salah satu jenis umpan balik adalah pembetulan, yang lainnya adalah persetujuan atau umpan balik positif.

Faktor lingkungan mikro yang ketiga adalah frekuensi yang diasumsikan sebagai faktor berpengaruh terhadap pemerolehan bahasa. Makin banyak si pembelajar mendengar suatu struktur, makin cepat proses pemerolehan struktur itu. Tetapi penelitian lain ternyata telah menelorkan hasil yang berbeda (Dulay, Burt, Krashen, 1982:32 – 37). Ciri-ciri bahan masukan dalam pengajaran BIPA ini termasuk bahan masukan itu sendiri dalam bentuk bahan belajar mengajar telah tersedia cukup banyak bila guru BIPA mau melanglang buana ke sana kemari lewat berbagai media yang ada. Salah satu di antara media yang akan membantu pengembangan bahan ajar serta akan berkontribusi pada upaya peningkatan berbahasa itu adalah media teknologi, khususnya internet.

Jaringan internet bagi seorang ilmuwan dapat berfungsi sebagai gudang informasi yang sangat luas liputannya. Dalam kaitannya dengan pengembangan pendidikan, internet dapat berfungsi baik sebagai sumber bahan maupun sebagai penata kerangka pemahaman dan kerangka berpikir bagi pendidikan maupun peserta didik itu sendiri. Mengakses internet menjadi lebih mudah dewasa ini tentu saja dengan catatan si pengakses mempunyai penguasaan akan bahasa asing. Penyedia akses menjadi lebih banyak terus.

Dalam sebutan sehari-hari kita mendengar kata e-mail, yang merupakan kependekan dari electronic mail. Istilah ini diindonesia- kan menjadi surat elektronik, mungkin bagus kalau saya sebut saja ratnik. Sekarang alamat ratnik yang dimiliki seseorang sudah menjadi penanda kecanggihan orang tersebut.

Dengan menggunakan ratnik ini, seseorang dapat menerima dan membalas surat atau mengirimkan makalah secara langsung tanpa harus pergi ke kantor pos. Seorang mahasiswa dapat berhubungan langsung dengan tidak terbatas oleh jarak ruang maupun perbedaa waktu kepada dosen atau pembimbingnya. Ratnik ini sangat efektif

Kegiatan 39 dan efisien. Dalam waktu yang singkat, bila si penerima membuka internetnya, surat kita telah sampai dengan lengkap. Biaya pengirimannya menjadi sangat murah. Sebuah surat yang panjang akan beralih ke provider dari komputer orang yang akan menerima surat itu hanya dalam beberapa detik saja, walaupun orang tersebut berada di balik belahan bumi ini. Biaya pengiriman kita sangat murah karena akan hanya setara dengan penggunaan telpon lokal beberapa detik saja, tak peduli ke bagian dunia mana kita mengirimkan surat tersebut. Bahkan dengan menggunakan aplikasi seperti telnet kita bisa berkomunikasi secara tetulis dengan orang yang mempunyai akses ke internet di manapun di dunia ini.

Dengan memanfaatkan berbagai aplikasi yang ada dalam jaringan internet, berbagai upaya pendidikan dapat lebih ditingkatkan. Tawaran program pendidikan, penggunaan perpustakaan, akses ke ensiklopedia, penjelajahan penerbitan, dan penelusuran jurnal ilmiah merupakan hal yang mudah diperoleh lewat internet itu. Bahkan guru bahasa Indonesia bagi penutur asing dapat menggunakan berbagai sumber tentang Indonesia dan daerah melalui surat kabar atau majalah yang dapat diakses secara cuma-cuma diberbagai homepage, seperti majalah Tempo, surat kabar Republika, dan Kompas. Bahan-bahan lainnya dapat diperoleh melalui akses ke berbagai lembaga yang telah memunculkan informasi dan produknya di jaringan internet. Semua sumber-sumber informasi yang dapat diakses itu memberi peluang bagi guru yang kreatif untuk menciptakan cara baru dalam menyajikan bahan pelajaran. Dari situ juga dapat dilakukan upaya pemilihan bahan utama maupun bahan pelengkap untuk kegiatan belajar mengajar. Bahkan dengan cara tersendiri, guru-guru dapat mengambil bahan tertentu dengan mencetaknya sebagai bahan yang dapat dimodifikasi guna kegiatan belajar-mengajarnya.

(Pengubahan sesuai dengan kebutuhan bahan ajar)

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Pelatihan 3 1. Apa tema artikel di atas?

2. Apa yang dimaksud dengan BIPA?

3. Bagaimana penutur asing belajar bahasa Indonesia?

4. Permasalahan apa saja yang dihadapi dalam pembelajaran BIPA?

5. Sumber apa saja yang dibutuhkan dalam pembelajaran BIPA? Setelah kalian menjawab beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan teks atau uraian di atas, lanjutkan kegiatan kalian dengan pelatihan berikut!

1. Catat pokok-pokok atau isi uraian lisan yang telah disampaikan! 2. Sampaikanlah kembali secara lisan isi uraian pada wacana yang

telah diuraikan teman kalian di depan kelas!

3. Bagaimana isi uraian yang disampaikan temanmu itu?

4. Buatlah kesimpulan dari uraian yang disampaikan temanmu itu! ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

C. Mengungkapkan Pikiran dan Informasi Melalui