• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menguraikan Topik Cerita

Profesionalisme Kerja

B. Menguraikan Topik Cerita

Kalian tentu sering mendengarkan ceramah, baik di lingkungan sekolah maupun di rumah. Ketika orang berceramah, terkadang sikap kita serius, terkadang pula sikap kita tidak peduli. Mengapa demi- kian? Jawabannya, tentu banyak faktor yang memengaruhinya, baik faktor yang berkaitan dengan penceramah, maupun faktor yang berkaitan dengan pendengar itu sendiri, maupun situasi dan suasana yang ada.

Faktor yang berkaitan dengan penceramah, misalnya:

1. penceramah kurang menguasai materi yang akan disampaikan, baik materi umum maupun materi khusus;

2. penceramah kurang memiliki kemampuan berbahasa sehingga kurang fasih dalam menyampaikan materi;

3. gaya bahasa dan penampilan yang kurang menarik; 4. kurang menguasai situasi atau suasana pembicaraan.

Begitu pula, ada beberapa faktor yang berkaitan dengan pen- dengar, misalnya:

Profesionalisme Kerja 49 1. pendengar tidak memiliki tujuan sehingga mereka tidak merasa

berkepentingan untuk mendengarkannya;

2. prasangka yang kurang baik terhadap penceramah;

3. kekurangpahaman dalam menerima bahan yang diceramahkan; 4. hal-hal yang akan mengganggu kegiatan menyimak.

Faktor lain yang memengaruhi adalah situasi dan suasana yang ada, misalnya situasinya kurang nyaman, ruangan panas, ruangan gaduh, dan sebagainya.

Untuk menghindari hal itu sehingga tujuan tercapai, ada beberapa hal yang dapat kita tempuh, seperti berikut:

1. upayakan kita berkonsentrasi pada saat mendengarkan ceramah; 2. hilangkan prasangka yang kurang baik terhadap penceramah; 3. sediakan buku tulis atau kertas untuk mencatat hal-hal penting

yang disampaikan penceramah;

4. ajukan beberapa pertanyaan, apabila terdapat hal-hal yang belum jelas;

5. buatlah ringkasan dengan menggunakan bahasa sendiri.

Iapindo akan Membuat Standardisasi Profesionalisme

Sebagai sebuah organisasi profesional perhotelan, Ikatan Ahli Perhotelan Indonesia (Iapindo) merasa berhak dan berkepentingan dalam menetapkan standardisasi dan akreditasi. Dwi D. Suparwanto, ketua II dewan pimpinan daerah (DPD) DKI Jakarta, di sela Kongres I Iapindo di Jakarta beberapa waktu yang lalu mengatakan Iapindo siap menjalankan tugas ini.

Sumber: prasetya.brawijaya.ac.id

Gambar 4.1 Suasana rapat di hotel

”Standardisasi profesionalisme per- hotelan seharusnya memang dilakukan asosiasi profesi. Tetapi, karena selama ini di Indonesia tidak ada asosiasi seperti ini maka tugas standardisasi dan akreditasi dilakukan oleh Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI),” kata Dwi.

Untuk itu, Iapindo akan sesegera mung- kin melaksanakan tugasnya menyusun standardisasi. Hal pertama yang akan dilakukan adalah bekerja sama dengan Badan Standardisasi Nasional (BSN) untuk menyusun sistem standardisasinya. Tetapi, dalam pelaksanaannya, lanjut Dwi, Iapindo siap berdampingan dengan PHRI.

Dalam pembukaan konggres tersebut, Menteri Negara Kebudayaan dan Pariwisata I Gede Ardika mengatakan Iapindo sebagai sebuah organisasi profesi harus segera membuat kode etik profesionalisme. ”Iapindo yang berisi tokoh-tokoh yang mengetahui seluk beluk profesinya harus bisa membuat standardisasi sehubungan

dengan profesinya. Selanjutnya, keluarkan sertifikat bagi mereka yang sudah lulus uji standardisasi,” kata Ardika.

Pada kesempatan itu, Ardika yang baru saja kembali dari Jepang juga menyinggung program kementerian yang akan melakukan penajaman pasar sehingga lebih mempermudah promosi pariwisata. ”Penajaman tersebut antara lain akan diprioritaskan pada pasar Jepang, Cina, dan Australia karena mereka dianggap potensial untuk mendatangkan lebih banyak wisatawan di masa yang akan datang,” katanya. Untuk itu, lanjut Ardika, pemerintah akan melakukan kajian minat wisatawan yang lebih spesifik sesuai karakteristik wisatawan yang diharapkan. ”Jadi, nanti akan ada kajian yang bisa dimanfaatkan untuk menyusun program wisata yang sesuai dengan minat wisatawan untuk usia tertentu asal negara tertentu dan budaya tertentu.''

Selama ini promosi pariwisata Indonesia menurut Ardika selalu dilakukan secara massal tanpa perhitungan terperinci tentang minat wisatawan asal negara tertentu. Menghadapi persaingan yang kian ketat maka sudah saatnya ada data dan kajian tentang minat dan karakteristik wisatawan. Kajian yang akan melibatkan akademisi dan wakil industri ini nantinya akan mencoba merancang klasifikasi untuk wisatawan baru (new comer) dan wisatawan yang sudah berulang kali (repeater) ke Indonesia.

”Selama ini, tidak ada paket wisata yang dirancang khusus bagi new comer dan repeater. Selain itu, repeater yang sudah berkali-kali ke Indonesia perlu diberi penghargaan agar mereka bisa tetap kembali ke Indonesia,” kata Ardika. Penghargaan yang dimaksud adalah personal touch seperti mengirim kartu pos tanda terima kasih atas kunjungan si wisatawan dan harapan agar lain kali bisa datang kembali. Tentang kunjungannya ke Jepang, Ardika mengatakan dirinya baru saja menandatangani nota kesepahaman bersama (MoU) dengan pemerintah Jepang tentang upaya meningkatkan kepariwisataan kedua negara. ”Dengan MoU ini ada empat hal yang disepakati akan dikembangkan, yaitu pengembangan promosi pariwisata kedua negara, pengembangan produk wisata, pengembangan sumber daya manusia, dan kerja sama sektor swasta. MoU ini akan menjadi payung bagi empat kerja sama yang secara detail akan dibicarakan lebih lanjut oleh pemerintah kedua negara,” katanya.

Profesionalisme Kerja 51 Ikutilah ceramah yang digelar di sekolah atau di televisi, kemudian kerjakan beberapa hal sebagai berikut!

1. Tulislah nama penceramah dan tema ceramah yang disampaikan penceramah!

2. Catatlah pokok-pokok isi ceramah yang disampaikan oleh penceramah itu!

3. Ajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang disampaikan penceramah!

4. Buat ringkasan isi ceramah yang kalian dengarkan!

5. Laporkan hasil pekerjaan kalian kepada guru mata pelajaran untuk dibahas di kelas!

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Pelatihan 2

Suatu artikel di dalamnya memuat ide atau gagasan seorang penulis mengenai suatu permasalahan yang ingin ia sampaikan melalui tulisannya. Dalam penulisan sebuah artikel, penulis selain memerhatikan isi juga harus memerhatikan bahasa, terutama pada artikel-artikel yang bersifat ilmiah, sehingga pembaca akan mudah menangkap ide atau gagasan yang disampaikan penulis melalui artikel tersebut. Selain dari itu, pembaca pun akan mudah menarik kesimpulan dari wacana yang dibacakannya.

Selanjutnya, untuk memudahkan kalian menangkap ide yang disampaikan penulis, catatlah pokok-pokok penting yang tersurat pada setiap kalimat atau paragraf pada artikel itu pada buku catatanmu. Berdasarkan catatan yang kalian kutip dari setiap paragraf, kalian dapat membuat suatu kesimpulan dari keseluruhan isi wacana.

Bacalah artikel berikut dengan baik!

Profesi Pendongeng Mulai Menjanjikan

(We Es Ibnoe Sayy)

Menjadi juru dongeng di masa lampau memang hanya dipandang sebelah mata. Para pendongeng pun menjalankannya sebatas hobi ataupun profesi tambahan bagi mereka yang mencintai dunia anak dan buku-buku cerita. Masa kini tidak lagi demikian. Mendongeng sama seperti profesi lain yang dapat diandalkan sebagai gantungan hidup.

We Es Ibnoe Sayy, pendongeng dari Rumah Dongeng Indonesia yang berlokasi di Bantul, Yogyakarta, membuktikan hal ini. Kini, tanpa sungkan-sungkan, ia cantumkan jenis pekerjaan sebagai pendongeng di kartu tanda penduduknya. ”Saya mencintai profesi ini dan hidup dari mendongeng,” ungkapnya. We Es, begitu biasa ia disebut, mengaku setiap bulan rata-rata mendapat order mendongeng 5–6 kali. Bahkan, jika bulan puasa, ia bisa manggung hingga 100 kali dalam sebulan. Tidak hanya di sekolah-sekolah, We Es pernah mendongeng hingga ke Afrika Selatan.