• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

BURNOUT KARYAWAN MENURUN

Penyebab Burnout: 1. Faktor eksternal a. Tekanan pekerjaan b. Dukungan sosial c. Karakteristik pekerjaan d. Imbalan yang diberikan

tidak mencukupi 2. Faktor internal a. Karakteristik/kepribadian b. Harga diri c. Usia d. Jenis kelamin e. Status pernikahan f. Tingkat pendidikan dan

masa kerja BURNOUT Gejala-gejala Burnout: 1. Kelelahan fisik: a. Sakit kepala b. Mual c. Sulit tidur d. Nafsu makan berkurang 2. Kelelahan emosional: a. Depresi b. Merasa terperangkap dalam tugasnya c. Mudah marah d. Mudah tersinggung e. Perasaan tidak berdaya

3. Depersonalisasi:

a. Memperlakukan orang lain secara kasar b. Sikap sinis terhadap

orang lain

c. Tidak berperasaan d. Kurang perhatian e. Sikap curiga terhadap

orang lain f. Kurang sensitif

terhadap kebutuhan orang lain

4. Penghargaan terhadap diri sendiri yang rendah: a. Perasaan tidak efektif

dalam bekerja

b. Menarik diri dari kontak sosial

c. Merasa tidak berdaya dalam pekerjaan PELATIHAN

BEKERJA DENGAN HATI

Manfaat Pelatihan Bekerja dengan Hati

Aspek kecerdasan spiritual: Mengubah cara pandang konsep bekerja dan rezeki sebagai bagian dari ibadah kepada Tuhan.

Aspek kecerdasan emosional: a. Mengenali emosi diri b. Mengelola emosi diri c. Memotivasi diri

d. Mengenali emosi orang lain e. Menjalin hubungan

Relaksasi: Mengurangi ketegangan otot dan keluhan fisik, meningkatkan performa kerja dan sosial serta

keterampilan fisik, mengatasi kelelahan emosi dan mental, meningkatkan harga diri dan percaya diri, meningkatkan hubungan interpersonal. BURNOUT KARYAWAN MENURUN Aplikasi: Materi, simulasi, permainan, perenungan, sharing, latihan relaksasi.

Berdasarkan bagan di atas, burnout yang dialami oleh karyawan dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, yang kemudian dikelompokkan menjadi dua faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Burnout yang disebabkan oleh faktor eksternal meliputi tekanan pekerjaan, dukungan, karakteristik pekerjaan, imbalan yang diberikan dari perusahaan tidak mencukupi.

Tekanan pekerjaan tersebut dapat dirasakan oleh karyawan ketika pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan tersebut dinilai ambigu atau tidak jelas job descreptionnya. Hal itu akan menyebabkan konflik peran dalam diri karyawan, sehingga menyebabkan terbebani dan menimbulkkan stres kerja. Kurangnya dukungan dari rekan kerja, keluarga, dan lingkungan serta imbalan yang tidak dinilai tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup layak juga dapat memicu terjadinya burnout pada karyawan.

Faktor internal penyebab burnout meliputi karakteristik atau kepribadian, harga diri, usia, jenis kelamin, status pernikahan, tingkat pendidikan dan masa kerja. Karyawan yang usianya masih muda dan mempunyai masa kerja yang belum lama, rawan terkena burnout. Umumnya, kaum perempuan lebih mudah terserang burnout, karena dalam berperilaku lebih mengandalkan emosi dan perasaannya, namun hal itu tidak dibenarkan seutuhnya. Kaum laki-laki juga mudah terserang burnout, karena pada dasarnya faktor penyebab burnout tidak dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin saja. Harga diri yang rendah dan kepribadian yang kurang tangguh juga memicu terjadinya burnout pada karyawan. Semakin tinggi tingkat pendidikan karyawan, semakin rentan terkena burnout. Selain itu, karyawan yang masih lajang juga mudah terserang burnout.

Ketika karyawan mengalami burnout, maka karyawan tersebut akan menderita gejala-gejala tertentu diantaranya kelelahan fisik, kelelahan emosional, depersonalisasi, dan penghargaan terhadap diri sendiri yang rendah. Kelelahan fisik terjadi ketika karyawan sering mengalami pusing atau sakit kepala, mual, nafsu makan berkurang, dan sulit tidur (insomnia). Kelelahan emosional dapat dilihat dari tanda-tandanya, yaitu karyawan mengalami depresi, merasa tertangkap dalam tugasnya, mudah marah dan tersinggung serta merasa tidak berdaya.

Gejala selanjutnya yaitu depersonalisasi dimana karyawan memperlakukan orang lain secara kasar, bersikap sinis dan kurang perhatian terhadap orang lain, sikap curiga terhadap orang lain, kurang berperasaan dan kurang sensitif terhadap kebutuhan orang lain. Selain itu juga, penghargaan karyawan terhadap dirinya rendah yaitu merasa tidak efektif dalam bekerja, menarik diri dari kontak sosial dan merasa tidak berdaya dalam pekerjaan.

Untuk menurunkan tingkat burnout yang dialami oleh karyawan tersebut, dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, salah satunya menggunakan pelatihan bekerja dengan hati. Pelatihan ini mempunyai beberapa manfaat yang terbagi menjadi tiga aspek yaitu kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional, dan relaksasi. Manfaat berdasarkan kecerdasan spiritual yaitu karyawan dapat mengubah cara pandang konsep bekerja dan rezeki sebagai bagian dari ibadah kepada Tuhan. Aspek ini terdiri dari nilai-nilai spiritual yang dapat memotivasi seseorang untuk bekerja dengan ikhlas, sungguh-sungguh bersumber dari qalbu atau hati dan melakukan yang terbaik karena bertanggung jawab atas keimanannya. Aspek-aspek tersebut dapat mengurangi burnout yang berhubungan

dengan gejala-gejala yaitu karyawan merasa tertangkap atau terpaksa dalam menjalankan tugasnya, mudah marah dan tersinggung ketika ada masalah, perasaan tidak efektif dalam bekerja, serta merasa tidak berdaya dalam pekerjaan.

Manfaat dari aspek kecerdasan emosional diantaranya yaitu karyawan dapat mengenali dan mengelola emosinya ketika menjalankan tugas pekerjaannya. Selain itu, karyawan mampu mengenali emosi rekan kerjanya sehingga dapat membina hubungan dengan karyawan lain dengan baik. Dalam pelatihan ini juga terdapat relaksasi yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan otot dan keluhan fisik akibat dari stres kerja, meningkatkan performa kerja dan sosial serta keterampilan fisik karyawan dalam bekerja, mengatasi kelelahan emosi dan mental, meningkatkan harga diri dan percaya diri, serta dapat meningkatkan hubungan interpersonal karyawan.

Setelah karyawan mengikuti pelatihan ini selama enam kali pertemuan, maka burnout yang dialami oleh karyawan tersebut dapat berkurang atau menurun. Agar hasilnya dapat berkelanjutan dengan baik, maka sesungguhnya pelatihan ini dapat diberikan secara berkesinambungan untuk mengurangi burnout karyawan. Sehingga dalam menjalankan tugas pekerjaannya, karyawan dapat melakukan tugasnya dengan baik, maka semangat dan produktifitasnya dapat meningkat.

2.5 Hipotesis

Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

BAB 3