• Tidak ada hasil yang ditemukan

b. Dengan cara apa kebudayaan daerah dijadikan bahan ajar pendidikan anak negeri?

Kongres diawali dengan sambutan Walikota Surabaya Mr. lr. G.J. Dijkerman, yang menaruh harapan kongres ini akan dapat menghidupkan kembali perhatian dan kegiatan kerajinan Jawa Timur. Pandangannya tentang kejayaan masa lalu seni kerajinan Jawa Timur dan Madura itu disampaikan oleh Mr. lr. G.J. Dijkerman beberapa bulan sebelum kongres diselenggarakan. Kutipan agak panjang dari pidato Dijkerman antara lain menyatakan sebagai berikut:

11Merupakan suatu kepuasan yang sangat istimewa bagi saya, karena oleh Java-lnstituut dan majalah (DJAWA' diberikan kesempatan menjadi penyelenggara pertama kongre$ ini. Suatu kepuasan karena dengan diadakannya kongres di Surabaya salah · satu dari keinginan saya terwujud. Jaw a Timur yang dikenal sebagai Java's Oosthoek (Sudut Timur) dan khususnya kota Surabaya, sangat memerlukan kongres ini. Ketika pad a zaman kebesaran kebudayaan Jaw a bersinar di pusat-pusat kerajaan seperti Kediri, Singasari, Blambangan dan terutama Majapahit, telah memiliki tempat t�rsendiri di antara lainnya. Sedangkan Jawa Timur sendiri dalam banyak hal sekarang banyak mundur dibandingkan dengan Tanah Sunda dan Kerajaan Surakarta dan Yogyakarta.

Terus terang, Jawa Timur benar-benar bekerja keras dan terus melakukan kegiatan di bidang kebudayaan, tetapi dalam hal seni dan kerajinan tidak lagi memiliki tempat terhormat. Bagi para pengrajin kuningan yang dulu sangat terkenal, pengrajin seni batik bahkan di bidang seni tari Jawa, sekarang tinggal sedikit dari kebesaran zaman dulu. Dan yang paling parah ialah bahwa tidak hanya masyarakat Eropa, tidak hanya, bahkan penduduk asli sendiri sebagian besar tidak tahu betapa besar kejayaan masa la/u dan kini hilang atau terancam akan hilang.

Syukurlah ada tanda-tanda juga untuk Jawa Timur, akan terjadi perubahan yang baik. Dari banyak fihak diusahakan untuk menghidupkan kembali perhatian pada yang dulu, yang begitu tinggi tingkatannya. Berbagai karya seni penduduk as/i seperti ukiran, kerajinan kuningan, anyaman, baik, dsb. dengan segala kelebihan atau kekurangannya akan diusahakan untuk menghidupkan kembali seni kerajinan, mengembangkan bakat seni penduduk asli yang besar dan sekarang sedang ttidur ayam'. Saya berpendapat bahwa seni dapat berkembang apabila didukung oleh semangat dan kegairahan hidup dari bangsa yang sedang berkembang. Seni berkembang kuat pada saat bangsa itu sedang dalam kondisi kuat. Dan sekarang adalah waktunya yang tepat untuk menyadarkan suku bangsa Indonesia (lndonesische volkeren) dan khususnya orang Jawa (Java bevolken) memperhatikan masalah pengungkapan seni mereka sendiri. Apa yang masih tinggal dari kebesaran orang-orang Jawa Timur ialah kehebatan mereka sebagai pelaut yang gagah berani.

Benar juga bahwa pada zamannya orang-orang Jawa seperti sebelum a bad ke-17 dengan kapal-kapal mereka berlayar sampai ke Tanjung Harapan (Afrika , Selatan) dan Madagaskar. Juga pelaut besar dari Madura dan Bawean sangat

penting artinya karena mereka berlayar sampai Banjar-masin dan Makassar. Bagi mereka perahu sangat berarti dan sangat disayangi dan bibuat demikian baik dengan memberikan hiasan pada haluan dan buritannya. Barang siapa mengenal kegiatan pelaut di Jawa Timur dan terutama di Madura harus setju dengan saya bahwa di dalamnya masih terdapat ungkapan atau simbol-simbol penting dari bumi kelahirannya yang menjadi dasar yang memiliki pengaruh yang kuat dalam kehidupan seni dan kerajinan yang dimilikinya. Karena itu saya menganggap bahwa Jebih khusus untuk Jawa Timur sekaranglah saatnya untuk mengembangkan bakat dan ekonomi masyarakat yang sedang tidur, dan juga saatnya untuk menghidupkan kembali kegiatan seni.

Berbagai bidang studi tentang Indonesia melakukan pengkajian seni kerajinan dalam kegiatan mereka. Tetapi kegiatan kajian yang terbaik dan tertinggi maknanya hanya terdapat pad a Java-lnstituut. Dan sekarang di Surabaya baik o/eh Paguyuban Studi Indonesia maupun lkatan Lingkaran Seni Budaya Jawa, dilakukan kajian dan kegiatan musik, tari, dsb. dimulai lagi. Maka kongres yang akan datang ini harus menghasi/kan stimulasi kuat yang dapat mendorong muncilnya kegiatan yang baik dan Jebih banyak mengkaji dan mengungkapkan budaya dari waktu yang Jalu.

Di samping ceramah-ceramah dan diskusi harus diadakan juga penyelenggaraan pameran, karena merupakan hal sangat penting. Badan yang khusus menangani hal ini dengan tujuan menggelar sebanyak mungkin hasil karya masa Ja/u dan sekarang, memungkinkan diadakannya kajian tentang faktor-faktor yang mencerminkan kejayaan masa lalu dan harus diperhatikan dan dipertahankan dari pengaruh baru. Hal itu tidak dapat diselesaikan sekaligus dan satu pertanyaan, apakah tidak perlu sebagian dari pameran dibuat permanen dan memberi kesempatan kepada masyarakat untuk menikmatinya di museum

yang sela/u terbuka untuk itu. Di samping itu timbul pertanyaan apakah tidak diinginkan untuk melakukan pendidikan kerajinan secara sistematik dan untuk itu dibuka sekolah kerajinan seni budaya?

Dan akhirnya . mengadakan pameran-pameran model perahu, dan pameran itu Jebih baik diselenggarakan di pelabuhan Surabaya, sehingga dapat menggugah perhatian tentang apa yang dihasilkan oleh penduduk pribumi dalam hal membangun kapal dan melayarkannya ke /aut. Walau pelayaran di sungai­ sungai sudah sangat berkurang diganti oleh transportasi darat, walau zaman kejayaan armada perahu di sungai sudah /ewat, tetapi pelayaran di pantai, pantai penyeberangan dan penangkapan ikan masih tetap memiliki faktor penting untuk pengem-bangan ekonomi yang mandiri dari penduduk pribumi.

Dalam hal ini sebuah perjalanan melalui kampung-kampung nelayan di pantai utara Madura, Jebih baik dibandingkan dengan yang terletak di pantai Sedayu dan Tuban. Di sana ada hid up-dan kekuatan dan kegairahan hid up.

Bagian dari kinerja kongres di Surabaya sebagai kota pusat perdagangan dan /a/u-lintas /aut tanah Jawa, bahkan Indonesia. Surabaya dengan tanah pedalaman mata pencaharian bertani sangat memerlukan a/at transportasi darat dan air. Bagaimanapun juga mengharapkan hasil dari kongres ini dapat mendorong diadakannya pengkajian dan latihan keahlian seni dan budaya sebagai bentuk pengungkapan kebahagiaan hidup" (Majalah Djawa, 1926: hal. 179-181).

Dari kutipan di atas jelas sekali pandangan Dijkerman terhadap kebudayaan yang berkembang di Jawa Timur dan Madura. Ia san gat memperhatikan perkem-bangan seni kerajinan Jawa Timur yang pernah jaya pada rna sa sebelumnya tetapi sekarang sedang

mengalami kemunduran. Ia melontarkan pertanyaan "apakah tidak diinginkan untuk

melakukan pendidikan kerajinan secara sistematik dan untuk itu dibuka sekolah kerajinan seni budaya?" Pandangan itu menjadi bukti sejarah yang patut menjadi penggugah semangat masyarakat Jawa Timur masa kini dalam memajukan kebudayaannya.

F. Kongres Kebudayaan 1929

Di antara KK 1926 dan KK 1929 ditemukan data bahwa pada tahun 1927 pernah juga diselenggarakan KK, seperti yang tertulis dalam buku Java-lnstituut Da/am Foto yang disusun oleh Jaap Erkelens. Pada halaman 4 disebutkan secara singkat bahwa pada bulan Desember 1927 diselenggarakan kongres di Yogyakarta dengan pokok bahasan tentang Arsitektur Jawa. Keterangan ini mengundang pertanyaan, karena dalam buku tersebut tidak ditemukan keterangan lebih rinci seperti halnya KK yang sebelumnya. Di dalam majalah DJAWA yang sejak terbit pertama telah aktif mencatat dan memberitakan semua kongres sebelumnya, juga tidak ditemukan data yang menjelaskan tentang penyelenggaraan KK tahun 1927. Data yang ditemukan adalah Kongres Bahasa Jawa pada tahun yang itu (1927). Berdasarkan data ini maka muncul pertanyaan apakah pada tahun 1927 pernah diselenggarakan KK sebagaimana ditulis dalam buku Jaap Erkelens?

Kesangsian itu makin kuatf karena dalam majalah DJAWA terbitan tahun 1930, yang memuat sambutan Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat selaku Ketua Java-lnstituut pada acara memperingati Ulang Tahun ke-10 Java-lnstituut yang diselenggarakan tahun 1929 juga sama sekali tidak menyebut tent.ang KK tahun 1927 itu. Sebagai Ketua Java lnstituut, Prof. Hoesein Djajadingrat dalam sambutan itu menyampaikan pula laporan tentang perjalanan Java-lnstitut selama 10 tahun, baik mengenai keberhasilan maupun ketidak-berhasilan Java-lnstituut mulai berdiri tahun 1919 hingga tahun 1929. Di dalamnya termasuk laporan tentang penyelenggaraan KK tahun 1919 di Surakarta, tahun 1921 di Bandung, tahun 1924 di Yogyakarta dan tahun 1926 di Surabaya.

KK yang diselenggarakan pada tahun 1929 merupakan urutan kongres ke-s dalam arti kongres yang diselenggarakan olehJava-lnstituut dan KK ke-6 dihitungsejak kongres pertama tahun 1918. Kongres diselenggarakan di Kepatihan Puro Mangkunegaran, Surakarta. Sebagaimana diuraikan di atas, kongres ini diselenggarakan sekaligus sebagai acara peringatan ulang tahun ke-10 Java-lnstituut (1919-1929). Kongres tahun 1929 bersifat khusus dan menda-patkan perhatian sangat besar dan sangat meriah, dihadiri banyak undangan baik dari kalangan pejabat, masyarakat dan pengusaha.

Kongres membahas topik tentang pendirian perguruan tinggi jurusan sastra, filsafat dan budaya Timur.

Dalam pidato sambutannya BKPA Koesoemojoedo (Kepala Paprentahan Kraton Surakarta) sebagai Panitia Penerimaan menyam-paikan ucapan selamat datang dan terima kasih, telah memilih Solo sebagai tempat kongres dan tentunya tidak asing lagi bagi para peserta. Selanjutnya ia mengatakan:

" ... apabila diingat,

10

tahun yang lalu

(1918)

Kongres Kebudayaan Jawa diadakan di sini dan sebagai hasilnya berdiriJava-lnstituut.lngatan kita menerawang pada saat kelahiran lembaga ini. Betapa besar antusiasme pada pembicaraan topik dan betapa perhatian kita pada waktu itu.

Java-lnstituut telah berdiri 10 tahun dan kita percaya bahwa selama ini telah diuji penampilannya. Maka harus dikatakan bahwa kongres ini dengan perhatian yang besar dari masyarakat merupakan tanda keberhasilan Java-lnstituut dalam mengembangkan kebudayaan". (Majalah Djawa, 1930: hal.

7).

Selanjutnya dilaporkan bahwa besarnya perhatian terhadap kongres tidak hanya diungkapkan dengan kehadiran tetapi juga berupa sumbangan dana dan keikutsertaan dalam kegiatan pa-meran kerajinan emas dan perak, sumbangan tarian dari perkum­ pulan Mardi Laras, pembuatan taman untuk minum teh dan pergelaran permainan anak-anak. Oleh Panitia Penerimaan sengaja ditampilkan pergelaran permainan anak­ anak Jawa karena dulu permainan merupakan faktor penting dalam pendidikan tetapi pada saat itu mulai diabaikan, termasuk juga permainan rakyat.