• Tidak ada hasil yang ditemukan

CATATAN LAPANGAN WAWANCARA 1 (CLW 1)

DAFTAR PUSTAKA

CATATAN LAPANGAN WAWANCARA 1 (CLW 1)

Narasumber : Mbak Susan

Jabatan : PIC Program Telusur Sejarah dan Sekretaris Radio Edukasi Hari/Tanggal : Selasa, 20 Mei 2015

Tempat : Ruang Aula BPMRP

Keterangan: O1 : Ira

O2 : Mbak Susan

O1 : Sejak kapan radio edukasi berdiri? O2 : 25 Oktober 2007

O1 : Apakah radio edukasi juga menggunakan internet sebagai media penyiaran?mengapa dan sejak kapan?

O2 : Iya , internet digunakan untuk mengatasi keterbatasan jangkauan, mulai pakai internet kurang lebih 2010 waktu itu masih pakai .com. waktu itu salah satu misinya itu tadi. Radio edukasi.com waktu itu Cuma dipakai untuk streaming dan tulisan – tulisan artikel tentang pendidikan. Seiring dengan perkembangan, sudah ada website kemdikbud.go.id akhirnya dua-duanya dipertahankan dan dibenahi fungsinya, selain streaming kita juga dipakai sebagai etalase audio mulai dari PAUD SD SMP, tunanetra semua ada ditambah dengan aktivitas BPMRP, Bidik, artikel pendidikan itu mulai tahun 2012. Kami update terus setiap satu minggu sekali. Jumlah visitor rata-rata 4000an dari jam 11-12 siang.

O1 : Bagaimana pembagian kerja dalam struktur organisasi radio edukasi?

O2 : Radio edukasi itu kan salah satu model yang dikembangkan BPMRP, jadi kita sistemnya kepanitiaan, jadi tidak berdiri terpisah. Kepanitiaan tersebut masa periodenya satu tahun sekali.Jadi bisa diperpanjang atau bisa diganti, tergantung dari hasil evaluasi.Nah, itu struktur kepanitiaannya ada penanggung jawab, pengarah, ketua, sekretaris, urusan program siaran, urusan berita, urusan teknik, admin, jaringan, pengisi konten web.Urusan program siar membawahi penyiar, kalau urusan berita membawahi reporter.

O1 :Bagaimana strategi yang dilakukan radio edukasi dalam mempertahankan minat pendengar?

O2 : kita harus tau dulu daya tahan pendengar itu berapa menit jadi kita juga harus merencanakan program itu tidak terlalu bertele-tele, terus kita juga banyak mengemas program dalam berbagai format jadi pendengar dapat menikmati program yang kita siarkan sesuai dengan yang mereka inginkan.

119

O1 : Apakah ada perbedaan format dan segmentasi di setiap proram siaran?mengapa itu diperlukan?

O2 : Karena kita kan visinya menjadi radio pendidikan yang handal di Indonesia, kita tahu masyarakat pendengar kita adalah masyarakat pendidik, atau pebelajar, mahasiswa dan sebagainya, jadi kita berusaha menjadi etalase pendidikan, akhirnya berbeda-beda tadi, karena ada PAUD, SD, SMP,SMA sampai mahasiswa pasti gaya bahasanya beda, kontennya beda, Jadi karena visi tadi dasarnya.

O1 : Apakah ada ketentuan yang harus dilaksanakan penyiar sebelum dan sesudah siaran? O2 : Ya ada, kita disini ada SOPnya. Jadi sebelum dan sesudah siaran ada prosedur

operasional yang dilakukan.

O1 : Bagaimana pendapat anda tentang program telusur sejarah?

O2 : Menurut saya Telusur Sejarah program yang menarik karena jarang masalah-masalah sejarah yang jarang dikenal orang diulas secara mendalam.

O1 :Bagaimana awal mula atau yang melatar belakangi diadakannya progam telusur sejarah? O2 : Jadi sekitar tahun 2010an waktu itu, ide dasarnya dulu namanya ga telusur sejarah tapi

Peta Jogja. Dulu ada keinginan kalo kita ingin menelusuri jalan – jalan di jogja itu pasti jalannya mengandung sejarah. Soalnya ini kan kota sejarah, nah dari situ kita ingin menunjukkan kepada pendengar bahwa misalnya di jalan taman siswa, itu dulunya Ki Hajar Dewantara pernah berkiprah dalam dunia pendidikan di situ dan kita tunjukkan arah-arahnya. Ini ide dasarnya dulu seperti itu.Itu peta jogja itu sempat dipakai selama satu tahun. Dulu sifatnya recorded, jadi namanya peta, maka kita kemas dengan feature dengan gaya cerita orang pertama. Reporternya itu sendiri sedang bercerita menelusuri jalan apa sebelah kiri kanan utara selatannya apa semua disebutkan yang menunjukkan lokasi itu. Nah trus, ada perkembangan karena kita pikir kalau peta itu hanya menunjukkan jalan saja, sementara masih ada situs lain yang dikembangkan, sehingga akhirnya munculah Telusur Jogja sekitar tahun 2011an. Gaya berceritanya mirip dengan Peta Jogja hanya berganti nama saja. Sesudah itu masih pakai gaya bercerita orang pertama yang mengisahkan dia sedang ada dimana, pokoknya menceritakan secara visual dengan bahasa audio. Sesudah itu, ada permintaan kalau terlalu Jogja centris, sementara kita layanannya nasional, maka kita perluas lagi wilayahnya sampai ke Jawa Tengah waktu itu Semarang dan sekitarnya dan akhirnya Telusur Jogja kita ganti dengan nama Telusur Sejarah. Waktu namanya berganti telusur sejarah itu kita melibatkan adek-adek reporter, dari SMK negeri 1 semarang yang dibimbing oleh gurunya, kebetulan mereka itu selama beberapa tahun rutin mengikuti dan mengirimkan siswa-siswanya untuk PKL disini. Nah, setelah PKL disini kita latih, untuk menjadi reporter, menjadi announcer, sehingga waktu kita memproduksi telusur sejarah kita mengikutkan mereka untuk mengekspos obyek-obyek sejarah di semaranng. Nah, gaya berceritanya feature, orang pertama, kalo audio kekuatannya pada narasumbernya ya, sehingga orang-orang asli, orang-orang yang terlibat dalam sejarah tersebut. Nah ini yang membutuhkan proses lama karena kita harus menemukan orang – orang yang berkompeten dan paling ga dia tau persis sejarah situs,bangunan,budaya atau apa yang mengandung sejarah disitu. Biasanya kita kalo untuk telusur sejarah yang candi-candi itu biasanya kita ke dinas arkeologi. Sehingga yang berbicara adalah arkeolog. Trus

120

karena feature maka kita libatkan dari pengunjung, atau dari sudut pandang budayawan, pokoknya dari banyak sisi. Durasinya 25 menit, kita bagi dalam 3 segmen yang recorded. O1 : 3 segmen itu apa aja ?

O2 : Segmen 1 itu biasanya yang paling menarik dulu ya, tergantung alur. Biasanya kita pakai perencanaan dulu, misalnya kita ada objek candi prambanan, ini angle yang paling bagus kisahnya roro jonggrang, apa kisah bandung bondowoso yang mengalahkan tunggul ametung, seperti itu kita breakdown nanti dari situ ketahuan yang paling menarik yang mana, ketahuan juga narasumber yang harus dikejar yang mana. Untuk penentuan topiknya kita ada semacam rapat redaksi, rapat redaksi ini melibatkan penulis, reporter, dan Litbang dan pengelola radio edukasi atau programmer. Setelah rapat redaksi barulah reporter menentukan quesion rute, yaitu pertanyaan-pertanyaan untuk segmen 1 apa segmen 2 dan 3 apa sesuai hasil rapat redaksi tadi. Setelah itu ya udah mereka trus memburu narasumber.Kalu narasumber misal a tidak didapat, maka ke narasumber berikutnya.Tantangannya sangat berat di perburuan narasumber karena kita harus kelokasi, kita waktu itu baru bisanya di jawa tengah dan jogja. Nah itu kesulitanya yaitu di narasumber dan waktu karena kita juga menyesuaikan waktu mereka juga

O1 : Apa yang hendak dicapai dalam program telusur sejarah?

O2 : Jadi tujuannya begini, biasanya anak-anak jaman sekarang ini kalo belajar sejarah ini rasanya kuno, malas baca dan ngantuk mesti, nah, kita ingin menyajikan suatu program yang bisa membantu mereka memahami sejarah yang ada di indonesia yang kaya ini dengan cara yang menarik, jadi makannya pakai audio, pakai pelaku langsung, dan dari berbagai angle atau sudut pandang yang berbeda-beda. Kelemahannya memang divisualnya, Cuma kalo divisualkan masih ada di buku namun, kalo cerita-cerita menarik, yang unik-unik itu dari audio.Misalnya keunikan dari kampung pecinan di kranggan itu, yangdilihat dari segi arsitekturnya, trus kawasan batik pawean itu juga banyak cerita unik disitu.Ini sangat berkesan sekali karena tantangannya sangat besar sekali, justru kesulitannya itu malah ada tantangan, nah trus tujuanya juga membuat generasi muda lebih mengenal dan mempelajari sejarah Indonesia khususnya.

O1 : Program telusur sejarah ini termasuk dalam jenis program apa?

O2 : Informasi dan hiburan. Ada sih artistik dan jurnalistiknya juga iya jadi perpaduan antara jurnalistik dan artistik.

O1 : Karakteristik program TS seperti apa kenapa berbeda dengan program yang lain?

O2 : Karena bentuknya feature, seperti kita tahu dia humanis, pakainya bukan piramida terbalik tapi pakai piramida baku, gaya ceritanya story telling, yang bikin menarik itu karena yang diceritakan adalah sejarah, karena program-program di radio edukasi yang lain itu murni pendidikan yang kurikulum atau ada juga yang RE musisi itu mengisahkan perjalanan musisi-musisi dan karya-karyanya. Sementara ini ga bisa, ini visualkan, yang bisa didengarkan kan kesenian-kesenian rakyat yang ada instrumen – instrumen itu baru bisa diperdengarkan nah tantangannya justru disitus –situs. Tantangan yang menarik yaitu dalam mencari narasumber, dan sound effect, kalo di program-program yang lain, editor bisa bermain dengan sound effect untuk menghidupkan suasana, kalo ditelusur sejarah lain, kita ga bisa sembarangan main-main dengan sound effect karena kita tidak membohongi pendengar. Jadi akhirnya kita pakainya game atau penanda yang

121

menunjukkan ini kembali ke masa lampau dengan cara kita memakai suara andong, memakai langkah kaki tapi langkah kaki didalam museum, dan memang sound effectnya memang sangat terbatas karena kita tidak ingin membohongi pendengar. Jadi kalu misalnya ga ada ya sudah.

O1 : Bagaimana segmentasi pendengar?

O2 : Pelajar, 12-18 tahun. SD sampai kuliah awal O1 : Bagaimana penjadwalan programnya?

O2 : Setiap hari, kalo yang recorded itu setiap hari sabtu jam 3 sampai setagh 4 nah itu bedana dengan yang live.

O1 : Bagaimana cara mengemas program ke dalam bentuk naskah?

O2 : Kita harus tahu karakteristik pendengar .Kita juga harus tahu daya tahan konsentrasi pendengar kurang dari 15 menit. Bahasa yang kita dengar itu tidak boleh bahasa baku, bahasa teknis atau bahasa ajaib yang tidak dimengerti. Susunan kalimat juga jangan banyak yang pasif. Pendengar radio susah kalau mendengar kalimat majemuk bertingkat, nah, dengan dasar seperti itu, itu disampaikan kepada penulis untuk diingatkan lagi karakteristik pendengarnya seperti itu. Jadi semisal kita ngomongin sejarah tentang arsitektur diusahakan jangan terlalu mendetail karena naskah radio itu anti detail.Oleh karena itu diperlukan pengkaji atau penyelia.Mereka tugasnya mengkaji dan menyutradarai juga.

O1 : Bagaimana untuk pembagian durasinya?

O2 : Jadi kita ada intro, intro itu semacam pembuka kemudian masuk pada segmen 1, itu sekitar 3 menit, segmen 2; 7 menit, segmen 3 sekitar 5 menit. Itu sambil diselingi lagu.jadi kalau tanpa lagu berat karena daya tahan pendengar cuma 15 menit dan itu mempengaruhi kerundown acara.

O1 : Bagaimana penentuan materi dalam program telusur sejarah?

O2 : Untuk yang rekaman dan live beda. Untuk yang live dibebaskan.Kalau yang recordit kita dulu selektif. Candi dulu yang paling banyak sama kampung;kampung bersejarah yang mempunyai nilai lokal, cita rasa nasional. Sementara yang di live kita bisa lebih variasi lagi karena tidak ada kewajiban untuk mengejar narasumber.

O1 : Bagaimana materi program Telusur Sejarah disiarkan?

O2 : Kita di bank, jadi kita kumpulkan semua materi di PIC. Itu berarti kalau kita memproduksi yang 2011.Siarnya berarti 2012. Jadi dalam satu tahun itu PIC harus on target dan sudah ditarget harus menghasilkan 52 program Telusur Sejarah. Sementara yang live itu juga on target. Kita sudah hitung kebutuhan siar selama 6 bulan, berapa naskah yang harus masuk, setelah terkumpul semua disiarkan dan dibagi jadwal perminggunnya yang diatur oleh program director. Kalau tahun ini penyiaran Telusur Sejarah live disiarkan per 2 Februari 2015. Kalau yang recorded disiarkan setiap hari Sabtu.

O1 : Bagaimana proses produksi program telusur sejarah?

O2 : Rapat redaksi; rapat redaksi dihadiri oleh penulis dan pengelola radio edukasi. Penulis itu termasuk reporter.Setelah rapat redaksi, reporter menyusun question rute dan

122

menyerahkannnya kepada PIC.Setelah disetujui maka mereka turun langsung ke lapangan untuk wawancara, setelah itu ditransfer terus ditulis naskahnya, terus masuk pengkajian untuk dikaji.Termasuk audionya, audionya juga dikaji. Kalau yang live tidak ada audionya, insert narasumber juga tidak ada. Jadi, semuanya benar-benar naratif.Kalau yang recordit ada setelah naskah jadi diberikan ke pengkaji baik naskah maupun audionya telah di acc maka dilakukan rekaman dan tugas reporter sebagai orang pertama pengisi suara. O1 : Apakah ada kendala dalam produksi program telusur sejarah?

O2 : Kalau yang live benar-benar mengandalkan para PTP yang tidak semua bisa mengumpulkan naskah sesuai jadwal karena kesibukan fungsional yang tugasnya macam-macam. Target 1 naskah 1 minggu untuk 1 penulis itu belum tentu tercapai. Jadi disinilah peran PIC untuk nguber-nguber PTP tadi yang susah.

O1 : Hal – hal apa saja yang perlu dipersiapkan sebelum siaran?

O2 :Naskah untuk yang live dan hasil rekaman untuk yang record, jadi kita punya sistem server khusus, cara kerjanya yaitu PIC ngejar-ngejar penulis, penulis memberikan ke penyelia/pengkaji, pengkaji selesai mengkaji dan sebagainya, dia berikan lagi kepada PIC. PIC buka folder di server.Server digunakan untuk internal radio.Disitu kita masukkan naskahnya dan PIC yang pegang jadwalnya, dia yang nyusun jadwalnya.Jadi kalau si penyelia ini suda setor naskah yang fix dan siap disiarkan berikut musiknya, begitu juga dengan backsound seperti itu, ya sudah penyelia tinggal memasukkan ke folder yang sudah disiapkan PIC tadi.Terus PIC membuat jadwalnya secara tertulis, diberikan kepada programmer, lalu programmer memberikan kepada penyiar.Penyiar setiap saat bisa memantau folder tersebut.Jadi disitu ketahuan penyelia mana yang kerjanya bener mana yang tidak.Disitu foldernya memuat tanggal dan judul.

O1 : Bagaimana pelaksanaan program Telusur Sejarah yang ada di radio mitra?

O2 : Radio mitra menyiarkannya dalam bentuk recorded. Untuk yang live tidak karena yang live untuk konsumsi sendiri. Sedangkan untuk yang diputar di radio mitra yang ada adalah semua judul program Telusur Sejarah yang telah dibuat BPMRP.

O1 : Bagaimana evaluasi yang dilakukan terhadap program Telusur Sejarah?

O2 : Kita pakai pemantau. Jadi setiap siaran itu semuanya direkam dan itu pasti ada dokumennya atau waktu siaran itu sendiri kita pantau dengan menggunakan streaming. Nah, pas awal siar yang live itu banyak kekacauan soalnya beda karakter antara yang recorded dengan yang live. Mulai dari penyiar yang salah-salah baca, dia kurang siap padahal naskah sudah dipersiapkan seminggu sebelumnya, Trus dievaluasi sekarang sudah ada kemajuan dan kesalahan bisa diminimalisir.

O1 : Bagaimana tanggapan masyarakat?

O2 : Nah, itu kita tahunya dari streaming dan kebetulan juga luar Indonesia. Jadi mahasiswa yang kuliah diluar negeri suatu ketika mendengarkan streaming kita, kebetulan pas acara telusur sejarah dia langsung kangen dengan Indonesia. Trus dia jadi stay tune untuk mendengarkan Telusur Sejarah. Kalau yang teristorial kita belum tahu, kalau radio mitra , mereka antusias untuk bermitra dengan kita karena adanya Telusur Sejarah ini karena pembuatannya butuh anggaran banyak.

123

CATATAN LAPANGAN WAWANCARA 2