• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRUKTUR KEPANITIAAN RADIO EDUKASI YOGYAKARTA

DAFTAR PUSTAKA

STRUKTUR KEPANITIAAN RADIO EDUKASI YOGYAKARTA

Pengarah Aristo Rahardi, M.Pd Reporter 1. - Ken 2. - Ari Sekretaris M. Susanti, M.A Urusan Program Siar Hesti Wulansari, S.Pd Ketua Dr. Eka K.Purnama, M.Pd Penyiar 1. - Rima 2. - Dinda 3. - Yudha Urusan Teknik

Wawan Tri Saksono, S.T Urusan Berita

Novita Kusumaningrum, S.Sos Urusan Admin

Sri Hesti Nurhayati, S.Sos

Urusan Jaringan Trihardiyanto, S.T

Urusan pengisi konten web Danu Wiratmoko, A.Md Penanggung Jawab Drs. Agus Supriyanto, S.St

167

Gambar 1. Komputer yang digunakan untuk siaran

Gambar 2. Mixer yang digunakan untuk siaran

Gambar 4. Ruang kontrol studio rekaman yang digunakan untuk produksi program

Gambar 4. Rencana siar program

TS

Gambar 5. Mas Totok melakukan siaran

Gambar 6. Mbak Dinda melakukan siaran

168 Lampiran 6.

DESKRIPSI PROGRAM TELUSUR SEJARAH

Nama Acara : Telusur Sejarah Kategori program : Artistik.

Frekuensi Penyiaran : 5 x per minggu.

Hari & Jam : Senin s.d Jumat, pk. 15.00 s.d. 15.30 WIB. Durasi : 30 menit.

Format Program : Feature.

Format Produksi : a. Kombinasi narasi, reportase, dan interview. Setiap episode menampilkan soundeffect Andong sebagai cue. Penyajian diperhalus

transisi antara insert dan narasi.

b. Narasi. Setiap episode menampilkan musik khas dari lokasi benda/seni/budaya bersejarah itu berasal.Penggalan pengadeganan yang menggambarkan seni/budaya bersejarah dapat diperdengarkan.

Unsur produksi : Kata, musik, dan sound effect. Sifat produksi : Rekaman dan live .

Sasaran : Umum.

Lingkup masalah :Informasi geografi, peristiwa sejarah, arsitektur

bangunan, situs peningggalan sejarah, budaya dan ruas jalan di Indonesia

Kriteria tokoh :

a. Narasumber adalah orang yang berkompeten (sesuai topik yang dibahas).

b. Memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik.

c. Mampu menjelaskan materi secara jelas, benar, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Kriteria program :

a. Fakta dan fenomena sejarah yang diliput harus memiliki nilai seni, budaya, situs peninggalan sejarah, peristiwa sejarah. b. Fakta dan fenomena sejarah yang disoroti dari berbagai sisi,

tergantung dari sedikit banyaknya nilai yang didapatkan. c. Liputan disajikan secara mendalam.

d. Liputan disajikan dengan diselingi insert hasil reportase. e. Sumber berita dari pihak yang berkompeten dari objek yang

hendak disiarkan. Misal: di Jl. Taman Siswa ada LP Wirogunan. Sumber: Kepala Lapas Wirogunan.

f. Acara diselingi musik yang menonjolkan budaya lokal. Komponen biaya : a. Pertemuan produksi.

Divisi Litbang. a. Reporter . b. Penulis naskah. c. Announcer. d. Operator. e. Pengarah Teknik. f. Bahan Baku

169

NASKAH TELUSUR SEJARAH

NAMA PROGRAM : TELUSUR SEJARAH OBJEK : Taman Narmada LOKASI : Lombok Barat, NTB

JUDUL : Jejak Kerajaan Karangasem di Taman Narmada

TUJUAN : Mengenalkan sejarah Kerajaan Karangasem melalui situs Taman Narmada di Kabupaten Lombok Barat, NTB.

SASARAN : Pelajar dan Guru SMP, SMA/SMK serta masyarakat umum. PENULIS : Mariana Susanti

NASKAH

PENYELIA : Widiyo Prio P.

SUMBER : a. Asdhiana, I Made (Ed). 2012. Ingin Awet Muda? Datanglah ke

PUSTAKA Taman Narmada. Diakses dari http://travel.kompas.com/read/2012/11/27/19162818/Ingin.Awe

t.Muda.Datanglah.ke.Taman.Narmada pada tanggal 26 Januari 2015.

b. Kautsar, Akbar. 2012. Sekilas tentang Narmada Water Park.

diakses dari

http://kautsarinstitute.blogspot.com/2012/12/sekilas-tentang- narmada-water-park.html pada tanggal 2 April 2015.

c. Suardana, I Nyoman Gde. 2009. Pura Kelasa dan Taman

Narmada di Lombok Barat, Tempat Rekreasi yang Bervibrasi

Spiritual. diakses dari

http://ingsuardana.blogspot.com/2009/07/pura-kelasa-dan- taman-narmada-di-lombok.html pada 2 April 2015.

d. Wirahaji, Ida Bagus. 2013. Babad Karangasem. Diakses dari http://gustu107.blogspot.com/2013/03/babad-karangasem.html pada 2 April 2015.

e. Yustitia. 2012. Menjadi Awet Muda di Taman Narmada. diakses

dari http://lombok.panduanwisata.id/wisata-religi/menjadi- awet-muda-di-taman-narmada/pada 2 April 2015.

FORMAT : SIARAN LIVE PROGRAM

170

SINOPSIS : Wisata di Pulau Lombok mulai menggeliat di awal 1990-an ketika kebanyakan turis sudah terbiasa dengan keindahan Pulau Bali. Satu hal penting yang didapat dari wisatawan Lombok adalah mereka dapat

171

menikmati Bali di Lombok, tetapi tidak dapat menikmati Lombok di Bali. Akulturasi budaya Hindu dan Islam di Lombok tercermin dari bangunan, tarian, bahasa, dan upacara yang dilakukan suku Sasak dan suku Bali yang hidup berdampingan dengan damai di Pulau Lombok, khususnya di Kabupaten Lombok Barat. Ikhwal kedatangan suku Bali di Lombok Barat dapat dilacak dari keberadaan situs Taman Narmada, yang dibangun di abad ke-18 oleh Anak Agung Ngurah Karangasem, penerus tahta dari raja pertama Karangasem Lombok. Tersohornya Taman Narmada tak lain karena desain taman yang sesuai dengan Gunung Rinjani dan Danau Segara Anakan yang ada di Pulau Lombok. Kompleks taman yang luasnya sekitar 6 hektar dan bangunan seluas 10 ribu meter persegi ini memiliki dua fungsi utama, yaitu sebagai tempat upacara Pakelem dan Pujawali dan tempat peristirahatan raja dan keluarga di masa itu. Seiring perkembangan zaman, taman ini mulai terbuka sebagai tempat rekreasi umum, tanpa meninggalkan fungsinya sebagai tempat ibadat. Oleh sebab itu pengelolaan Taman Narmada, yang kini telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya, harus dilakukan secara arif dan bijaksana oleh pihak-pihak terkait, agar tidak ada konflik kepentingan yang dapat mengancam kelestarian Taman Narmada.

TREATMENT : Bagian Intro membujuk pendengar untuk menikmati potensi wisata, selain pantai dan kuliner, di Pulau Lombok, yaitu wisata sejarah Kerajaan Karangasem Lombok.

Bagian Pertama memberikan informasi tentang pembagian administratif Pulau Lombok dan sejarah penaklukan Kerajaan Karangasem atas Kerajaan Seleparang Lombok. 

Bagian Kedua memberikan informasi tentang sejarah Taman Narmada dan bangunan-bangunan utama yang menjadi ciri khas Taman Narmada, yaitu Pura Kelasa dan Telaga Ageng, sebagai replika dari Gunung Rinjani dan Danau Segara Anakan. 

Bagian Ketiga memberikan informasi tentang pengelolaan Taman Narmada sebagai tempat ibadat umat Hindu dan sebagai tempat rekreasi yang dilakukan oleh tiga pihak utama, yaitu Pemerintah 

172

Provinsi NTB, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan pemeluk Hindu Dharma setempat.

POKOK MATERI : a. Sejarah Kerajaan Karangasem di Lombok. b. Sejarah Taman Narmada, Lombok Barat. URAIAN MATERI : a. Sejarah kerajaan Karangasem di Lombok.

Kerajaan Karangasem telah berdiri sejak tahun 1661 M, dengan I Gusti Anglurah Ktut Karang sebagai Raja pertama, beliau ini adalah keturunan I Gusti Arya Pangeran Nyuhaya treh Arya Kepakisan, yang menurunkan Arya Batan Jeruk patih agung yang memberontak terhadap Dalem. Dalam perkembangannya, hegemoni Kerajaan Karangasem meliputi wilayah Lombok sejak tahun 1692 M sampai kalah dengan Belanda di tahun 1894 akhir.

Sejarah Kerajaan Karangasem sebagian besar merupakan sejarah Lombok, yaitu sejak tahun 1740 M, sampai kalahnya sub dinasti Anglurah Ketut Karangasem melawan kolonial Belanda dalam perang kolonial Lombok tahun 1894 M. Raja Karangasem I, I Gusti Anglurah Ktut Karang berputra 4 orang yaitu 3 orang putra dan seorang putri. Yang sulung bernama I Gusti Anglurah Wayan Karangasem, kedua bernama I Gusti Anglurah Nengah Karangasem , ketiga I Gusti Ayu Nyoman Rai (dgn julukan Ratna Inten) dan keempat bernama I Gusti Anglurah Ktut Karang. Ketiga putra-putranya ini menjadi Raja secara kolektif (Tri Tunggal) menggantikan kedudukan ayahnya I Gusti Anglurah Ketut Karang, merupakan Raja II di Karangasem.

Yang menjalankan pemerintahan sehari-hari adalah I Gusti Anglurah Nengah Karangasem dibarengi oleh kakaknya sedangkan I Gusti Anglurah Ketut Karangasem memegang bagian Keamanan dan kepala Perang (Senopati). Beliau inilah yang kemudian memimpin ekspedisi mengalahkan Kerajaan Seleparang dan Pejanggi di Lombok pada tahun 1692 M.

I Gusti Ayu Nyoman Rai Inten diambil menjadi istri oleh Ida Bethara Gede di Gunung Agung (menurut Piagam) yang kemudian melahirkan Ida Bethara Alit Sakti yang kini berstana di Pura Bukit.

Pada masa pemerintahan oleh Tri Tunggal II ini, terjadilah suatu konsolidasi pemerintahan yang cukup mantap. Wilayah Kerajaan menjadi berkembang di Lombok, Buleleng, Jembrana, dan Taman Bali (Bangli). Para Punggawa telah ditempatkan di Bebandem, Rendang, dan Selat dengan menata pemerintahan sesuai dengan perundang-undangan Kerajaan yang berlaku.

Didalam rangka konsolidasi inilah Raja Karangasem Tri Tunggal II, telah mengirim para sentananya ke Lombok untuk memantapkan tata pemerintahan di sana yang telah ada sejak tahun 1692 M. Putra-putra beliau menyebar mendirikan Kerajaan-Kerajaan kecil di Pegesangan, Pagutan, Kediri dan Sengkong. Kemudian cucu dari Raja I Gusti

173

Anglurah Made Karangasem, yang juga bernama I Gusti Anglurah Made Karangasem (sama seperti nama kakeknya) datang ke Lombok diikuti oleh kelompok-kelompok rakyat Karangasem. Di Lombok cucu Raja Karangasem ini mendirikan Kerajaan Karangsem Singasari, berkedudukan di Cakranegara.

Kemudian putra-putra dari I Gusti Anglurah Ktut Karangasem kira-kira pada tahun 1730 M, datang lagi ke Lombok masing-masing bernama I Gusti Anglurah Ktut Karangasem (sama dengan nama Ayah-nya) dan I Gusti Made Jelantik, membangun Kerajaan kecil serta puri di Mataram.

Dua generasi kemudian yaitu cucu dari I Gusti Anglurah Made Karang, merupakan Raja yang ke IV, terdiri dari 3 0rang saudara (tri tunggal II). Ketiga orang ini yang menggantikan kakeknya. Raja tiga bersaudara ini adalah I Gusti Anglurah Made Karangasem, I Gusti Anglurah Nyoman Karangasem, I Gusti Anglurah Ktut Karangasem. Raja Karangasem dalam Tri Tunggal II yang bernama I Gusti Anglurah Nyoman Karangasem, dikenal sebagai Dewata di Bale Ukiran Subagan berputra hanya seorang bernama I Gusti Wayan Sukahet Judi yang selanjutnya tidak menurunkan sentana (camput). Karena itu tidak meng-ambil bagian dari porsi Kerajaan Lombok. Konsolidasi pemerintahan di Lombok ini baru selesai mantap pada tahun 1744 M dengan dibangun Pura Meru di Singasari, yang ada di Cakra Negara sekarang, Pura ini sebagai sarana pemersatu semua Kerajaan-Kerajaan Bali di sana, semua Kerajaan-Kerajaan tersebut ada dibawah konsolidasi Kerajaan Karangasem Singasari dan Mataram.

Ketika laskar Karangasem menyerang Lombok di bawah pimpinan I Gusti Anglurah Ketut Karangasem diikuti oleh ribuan laskar bersenjata lengkap, pada hari baik yang telah ditentukan tahun caka 1614 /1692 M. Pagi-pagi hari itu 4 buah perahu berangkat berlayar dari pantai Jasri, mula-mula menyusuri pantai, kemudian berbelok mengarungi lautan Selat Lombok. Waktu itulah nampak diangkasa yang cerah, ribuan kupu-kupu yang kuning warnanya terbang bergelombang ikut menyeberang di Selat Lombok yang jumlahnya ribuan. Ternyata kupu-kupu kuning itu mengikuti empat perahu yang ditumpangi oleh I Gusti Anglurah Ketut Karangasem beserta pasukannya itu. Ada beberapa kelompok terbang mendahului perahu, seakan-akan merupakan menunjuk jalan, menunjuk arah yang harus dilalui.

Didalam perahu yang ditumpangi oleh I Gusti Anglurah Ktut Karangasem, turut serta beberapa orang kepercayaannya, diantaranya seorang Pedanda Ciwa Ida Pedanda Gede Wayan Subali dari Geriya Pendem, yang sampai sekarang menurun di Geria Pegesangan Lombok. Waktu itu ada bhisama (pesan) dari I Gusti Anglurah Ktut Karangasem agar diantara mereka dalam rombongan ini tidak sampai

174

melupakan sampai anak cucu. Sampai di Tanjung Rubeh lalu perahu berbelok lagi ke Pasoan, Padang Rea di Lombok Barat.

Menurut sumber cerita dari Penglingsir dan ada bukti-bukti tertulis dalam lontar (cakepan) bahwa leluhur kita keturunan Arya Sukahet treh Arya Wang Bang Lasem pada saat penyerangan oleh Laskar Karangsem ke Lombok, ikut serta bergabung pada rombongan tersebut perahu-perahu yang lain yang penuh dengan laskar-laskar bersenjata lengkap berasal dari Seraya dipimpin oleh Bendesa Seraya. Sesampai di pantai lalu orang melihat penuh sesak lascar yang tidak dikenal duduk bersila siap menanti, tetapi sekejap menghilang dari pandangan orang, bersamaan dengan hilangnya kupu-kupu kuning tadi. Orang

mengatakan semua itu adalah “bal halus yang menjelma menjadi laskar siap tempur.

Dikisahkan Arya Banjar Getas adalah seorang pembesar (prekanggo) di Kerajaan Seleparang. Kerajaan di Lombok Timur ini terdiri dari 42 desa, semua penduduk desa-desa ini disebut orang Sasak. Yang menjadi kepala suku atau menjadi Raja bernama Datuk Seleparang. Mulanya Kerajaan ini berpengaruh besar di Pulai Lombok, sampai pernah mengadakan kontrak dengan VOC, pada tanggal 19 Maret 1675 M. Arya Banjar Getas termasuk orang dipercaya oleh Raja (Datuk) Seleparang, tetapi lama-lama dia telah dituduh merusak ketertiban Kerajaan, dan rencananya dibunuh. Akhirnya Arya Getas lari ke Poh Janggi (Pejanggi) suatu Kerajaan di Lombok Tengah, di sana dia minta perlindungan kepada Raja Pejanggi yang bernama Pemban Meraja Kusuma. Disini dia disayang dan diangkat menjadi Adipati karena kepandaiannya dan kebijak Laga”.

Kemudian Raja memerintahkan Arya Banjar Getas pergi ke Bali sementara Arya Banjar Getas tidak ada di rumah, kesempatan ini dipergunakan oleh Pemban Pejanggi merayu istri Bajar Getas bahkan berusaha memperkosanya. Setelah Arya Banjar Getas ke Lombok istrinya menceritakan semua perbuatan Rajanya terhadap dirinya. Akhirnya Arya Banjar Getas mengambil sikap hendak memberontak, kemudian Raja mengetahui rencana tersebut selanjutnya memerintah-kan untuk membunuh Arya Banjar Getas. Ia bersama istrinya lari ke Lombok Barat dari sinilah Arya Banjar Getas mengutus saudaranya Arya Kerta Waksa mencari bantuan “Datuk Telu „Raja Tri Tunggal”.

Diceritakan setelah laskar Karangasem yang dipimpin oleh I Gusti Anglurah Ktut Karangasem tiba di Lombok dan disambut oleh Arya Banjar Getas, diadakan pertemuan disuatu pedesaan yang masih berupa semak belukar. Disinilah terikrar adanya janji bersama untuk mengalahkan Raja-Raja Sasak seperti Seleparang dan Pejanggi, tempat pertemuan tersebut dinamakan Pagutan, sampai sekarang. Setelah selesai berbasa-basi dengan Arya Banjar Getas, laskar yan

175

ribuan banyaknnya pergi ke gunung Pengsong. Di sini mereka sujud kehadirat Ida Sang Hyang Widi Wasa, memohon restu dan keselamatan. Dari Gunung Pengsong melintasi hutan belukar yang lebat sampai ke Lombok Timur. Dikala istirahat makan beliau membuat aturan yang disebut megibung (makan bersama dalam satu tempat). Terciptanya tradisi megibung seperti yang masih tetap dilaksanakan sampai sekarang, tradisi ini mengandung tata nilai demokrasi yang khas (kebersamaan).

Berdasarkan permufakatan antara I Gusti Anglurah Ktut Karangasem dengan arya Banjar Getas, maka laskar Karangasem pertama-tama menggempur Kerajaan Pejanggi. Pejanggi dapat ditaklukkan dalam 111 hari, pertempuran sangat alot namun di pihak Karangasem hampir tidak ada korban, hanya dipihak pengikut Arya Banjar Getas kedapatan meninggal 81 orang. Kemudian dilanjutkan ke Parwa. Kerajaan ini dapat ditaklukkan dalam beberapa hari. Selanjutnya setelah kedua Kerajaan tersebut dapat dikuasai kemudian pada malam hari penyerbuan terhadap Kerajaan Seleparang sehingga laskar Selaparang banyak yang menjadi korban dan berlari mundur karena dilihat oleh mereka tombak dan keris terhunus di pihak Karangasem, dan api men jilat-jilat di atas obor sehingga membuat orang ketakutan.

Disaat itu Datuk Seleparang yang terkenal sakti memahami keadaan bahwa yang diadapi bukanlah manusia dan tidak mungkin dikalahkan. Karena itu setelah bertempur 117 hari lamanya Datuk Selepa-rang menawarkan persahabatan lalu mengadakan pesta besar di dusun Agung. Laskar Karangasem bersenang-senang merayakan kemenang-an, menari-nari sambil duduk bersila mengitari sajian tuak. Tarian ini bernama cakepung berasal dari kata jeg kepung (kejar terus) dan Datuk Seleparang raib tanpa diketahui jejaknya.

Setelah Seleparang jatuh, Raja-Raja di Sokong, Langko dan Bayan tanpa perlawanan yang berarti. Selanjutnya dalam pembicaraan antara I Gusti Anglurah Karangasem dengan Arya Banjar Getas, Senapatinya Karangasem menyerahkan wilayah timur Lombok kepada Arya Banjar Getas dan bagian barat seluruhnya dikuasai oleh Karang-asem. Beberapa hari setelah kemenangan I Gusti Anglurah Ktut Karangasem kembali ke Bali. Melaporkan kemengannya dengan kakak-nya I Gusti Anglurah Nengah Karangasem. Beliau pulang membawa oleh-oleh tanda kemenangan berupa Bende (gong) yang mulanya dipakai sebagai genderang perang oleh Kerajaan Seleparang. Diceritakan dengan jatuhnya Kerajaan Seleparang dan Pejanggi pada tahun 1692M maka daerah di Lombok kecuali yang dikuasakan kepada Arya Banjar Getas di bagian timur maka menjadi wilayah Karangasem, Laskar Karangasem yang sudah mendapat kemenangan ada yang pulang ada yang menetap di Lombok.

176

Menurut catatan sejarah, Taman Narmada dibangun tahun 1727 oleh Raja Mataram Lombok, yakni Anak Agung Ngurah Karangasem. Pemilihan nama Narmada juga tidak lepas dari agama Hindu yang dianut oleh raja dan rakyat pada masa itu. Narmada diambil dari kata Narmadanadi, nama sebuah anak Sungai Gangga di India yang dianggap suci oleh umat Hindu. Dulunya taman ini digunakan sebagai tempat upacara Pakelem yang diadakan pada bulan Oktober-November. Selain tempat upacara, Taman Narmada juga digunakan sebagai tempat peristirahatan keluarga raja pada saat musim kemarau.

Uniknya, desain Taman Narmada ini merupakan replika dari Gunung Rinjani, gunung tertinggi di Pulau Lombok, di mana puncak Gunung Rinjani di Taman Narmada direfleksikan dengan keberadaan Pura Kelasa di puncak, kemudian kolamnya ibarat Danau Segara Anak. Di dalam kompleks Taman Narmada terdapat beberapa bangunan yang mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Berkat penataan taman dengan aneka macam tanaman yang hijau membuat suasana di Taman Narmada terasa sejuk. Ditambah lagi deretan bangunan kuno yang mempunyai nilai sejarah yang tinggi.

Yang menarik lagi di Taman Narmada ini adalah sebuah bangunan yang disebut Balai Petirtaan yang sumber airnya berasal dari Gunung Rinjani dan merupakan pertemuan antara tiga sumber mata air, yaitu Lingsar, Suranadi, dan Narmada. Karena mata airnya berasal dari Gunung Rinjani dan tempat pertemuan tiga sumber mata air, maka air yang ada di Balai Petirtaan dipercaya dapat menjadikan orang yang meminum dan membasuh mukanya dengan air di situ akan awet muda.

Taman ini luasnya kurang lebih dua hektare dan memiliki bagian, antara lain: Pura Narmada, Bale Terang, Bale Loji, Telaga Kembar, Telaga Padmawangi, Bale Bancingah, Bale Pamerajan dan beberapa bagian lainnya. Objek wisata ini sekarang berada di bawah naungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan NTB dan telah ditetapkan sebagai benda cagar budaya. Antara kurun waktu 1980-1988, taman ini sudah mengalami beberapa kali renovasi. Beberapa bagian yang sudah lapuk dan rusak, seperti tebing-tebing kolam, taman, pagar, dan pura telah diperbaiki, namun tetap dipertahankan keasliannya. Salah satu bangunan yang kondisinya masih terjaga adalah vila peristirahatan Raja, yang disebut Bale Loji.

177

NO KARAKTER URAIAN

1. ANCHOR/PENYIAR INTRO

Ada satu ungkapan yang berkembang di masyarakat: Anda dapat melihat Bali di Lombok, tetapi tidak dapat melihat Lombok di Bali. Arti ungkapan ini adalah di Lombok kita dapat melihat arsitektur dan keberagaman budaya masyarakat Hindu Bali; sementara di Bali, belum tentu kita dapat melihat arsitektur dan ragam budaya masyarakat suku Sasak. Suku Sasak ini adalah suku asli Pulau Lombok.

Nah untuk itu, InsanEdukasi… hari PENYIAR) akan mengajak Anda jalan-jalan sejenak ke Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Kalau menyebut kata Lombok, yang melintas di benak kita adalah wisata pantai pasir putih dan kulinernya yang pedas. Betul kan? Hari ini beda…s ajak Anda ke tempat wisata bersejarah, yaitu taman peristirahatan raja dan keluarga Kerajaan Karangasem. Kisah ini merupakan hasil penelusuran dari Mariana Susanti, dengan judul “Jejak Kerajaan Karangasem di Taman Narmada”

2. TUNE PEMBUKA TELUSUR SEJARAH

3. MUSIK INSTRUMENTAL KHAS LOMBOK

4. NARATOR SEGMEN SATU (3 MENIT)

Insan Edukasi, Lombok termasuk provinsi Nusa Tenggara Barat, NTB. Pulau ini mempunyai empat kabupaten dan satu kota, yaitu Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, dan Lombok Utara. Sekitar delapan puluh persen penduduknya adalah Suku Sasak, yang masih dekat dengan suku Bali. Bedanya, sebagian besar Suku Sasak beragama Islam. Di Lombok Barat, banyak kita jumpai perkampungan Bali. Penduduk Lombok Barat sebagian besar adalah Suku Bali, sehingga tidak heran jika di sini percakapan sehari-hari warga menggunakan bahasa Bali. Penyebab masuknya suku Bali di Lombok berkaitan erat dengan penaklukan Kerajaan Karangasem Bali atas Kerajaan

178

Seleparang, Lombok. Bagaimana kisah masuknya Kerajaan Karangasem Bali di Pulau Lombok?

5. MUSIK INSTRUMEN KHAS LOMBOK

6. NARATOR Insan Edukasi, sejarah Kerajaan Karangasem Bali tidak dapat dipisahkan dari sejarah Kerajaan Karangasem Lombok. Keberhasilan kerajaan Karangasem menaklukkan Lombok tidak lepas dari lahirnya seorang bayi yang menjadi dewa, bernama Ida Bhatara Alit Sakti. Ia beristana di Pura Bukit, Bali. Laskar Karangasem Bali dipimpin oleh I Gusti Anglurah Ketut Karangasem, paman dari Ida Bhatara Alit Sakti. Sebelum berangkat ke Lombok, Gusti Anglurah Ketut minta restu kepada Ida Bhatara Alit Sakti, keponakannya sendiri. Laskar Karangasem berangkat pada pagi hari dengan empat perahu, pada awal tahun 1700 Masehi. Perahu yang lain berangkat dari desa Seraya, dipimpin oleh Ki Bendesa Seraya. Kepergian mereka diantarkan oleh ribuan kupu-kupu kuning yang memenuhi angkasa. Kupu-kupu kuning ini, diyakini sebagai anugerah dari Ida Bhatara Alit Sakti dari Pura Bukit. Kupu-kupu kuning menunjukkan jalan dan arah tujuan dari perahu-perahu laskar Karangasem.

Rombongan pertama kali sampai di Tanjung Rubeh, kemudian berbelok meneruskan perjalanan hingga berlabuh di Pantai Pasoan Padang Rea, Lombok Barat. Saat akan berlabuh, rombongan melihat laskar penuh sesak berjejal menanti dengan posisi duduk bersila. Orang banyak duduk bersila ini kemudian lenyap dari pandangan mata, bersamaan dengan lenyapnya kupu-kupu kuning. Rombongan yakin Mereka itu tidak lain adalah pasukan bayangan yang siap tempur.

7. MUSIK INSTRUMEN KHAS LOMBOK