• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.

Profil Umum Lokasi

Desa Ceunamprong secara administratif terletak di Kecamatan Jaya, Kemukiman Kuala Unga Kabupaten Aceh Jaya. Perjalanan menuju Desa Ceunamprong dapat dilalui melalui perjalanan darat sekitar dua jam dari Kota Lamno atau menumpuh jarak sejauh 20 km. Berpergian ke Desa Ceunamprong harus mempertimbangkan cuaca karena jalan menuju Desa Ceunamprong sebagian besar berupa jalan tanah yang sedang diperbaiki sehingga bila hujan besar jalan menjadi becek, sulit dilalui. Beberapa alat berat untuk pembangunan rumah seperti excavator tidak bekerja saat hujan lebat dan banyak yang diparkir dipinggir jalan sehingga mempersempit ruas jalan dan menyulitkan untuk memilih jalan yang keras/ tidak becek.

Secara geografis Desa Ceunamprong terletak di koordinat 4° 58' 38.24" 95° N 22' 38.42" E dengan batasan administratif yaitu :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Keude Unga

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Krueng No

• Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Krueng No

• Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Samudra Hindia

Desa Ceunamprong terdiri dari empat dusun yaitu Babah Awe, Dusun Tengoh, Dusun Uletiti dan Dusun Tutut. Namun tsunami telah merubah Dusun Tutut menjadi lautan. Tidak ada data yang mencatat jumlah korban yang meninggal dan hilang ketika tsunami.

Secara umum Desa ceunamprong mempunyai topografi yang landai hingga berbukit. Berdasarkan klasifikasi sistem lahan, termasuk kedalam sistem lahan Bukit Ayun yang berupa system-sistem punggung endapan bertufa yang sangat curam (“very steep tuffaceus sedimentary ridges system”). Batuan penyusun atau mineral dominan adalah batu pasir, batu lumpur, tufit, tefra berbutir harus dan batau lanau.

Dibandingkan dengan lahan kering yang ada, lahan basah di desa Ceunamprong relatif tidak dominan. Sungai permanent relatif kecil jika dibandingan dengan Keude Unga atau Krueng. Tunong. Di beberapa bagian dataran yang landai diolah menjadi tambak, dan yang paling banyak berada di sebelah utara di dekat perbatasan dengan desa Keude Unga.

2.

Tipologi Lahan Basah

Gambar 48. Foto satelit daerah Ceunamprong sebelum Tsunami, garis kuning diatas merupakan jalur transek tim survey mengikuti garis pantai saat ini (paska Tsunami)

E :Pantai berpasir

Pantai berpasir di desa ceunamprong membentang cukup panjang hampir mencapai 5 km. Seperti pantai di pesisir barat Aceh lainnya, garis pantai di desa Ceunamong juga bergeser ke arah darat, tetapi pergeserannya tidak jauh. Selain pantai berpasir, di sebelah selatan desa terdapat pantai berbatu. Terdapat bukit kecil tepat di pinggir pantai yang menjadikan tempat tersebut memili pantai yang relative sempit dan di beberapa titik agak curam. Di dekat muara sungai ditemukan pecahan terumbu karang yang merupakan material yang terangkut oleh gelombang tsunami. Pantai berpasir di Ceunamprong juga kerap digunakan penyu untuk bertelur.

M : Sungai permanent

Dibandingkan dengan yang ada di Glejong dan Keude Unga, sungai permanen yang mengalir di Desa Ceunamprong lebih kecil. Pada beberapa tempat, sungai ini dapat diseberangi dengan berjalan kaki dengan kedalaman air kurang dari 1 meter. Meskipun demikian bagian yang mengalir di desa Ceunamprong cukup panjang. Sungai ini tidak atau sangat sedikit terpengaruh oleh air pasang dari laut, di dekat muara memang airnya asin tetapi pada jarak hanya kurang lebih 500 m dari muara, airnya sudah kembali tawar.

T: Rawa atau kolam < 8 ha air tawar dengan tumbuhan herba.

Terletak di bagian selatan desa dan sebagian lainnya terletak di sebelah timur desa. Rawa yang berada di sebelah timur desa, menjadi lebih dalam dari sebelumnya karena aliran penghubung dengan laut tertutup pasir. Selain herba dan semak rawa, juga terdapat beberapa individu Sonneratia caseolaris .

1 : Aquaculture.

Tambak di desa ceunamprong sebagian berada di sebelah utara desa dan sebagian lainnya berada di sisi selatan desa. Tambak-tambak yang berada di sebelah utara, meskipun rusak oleh gelombang tsunami, saat ini sebagian sudah beroperasi. Sebaliknya tambak tambak yang berada di sebelah selatan desa masih belum beroperasi. Berdasarkan penuturan warga, kegiatan atau bantuan rehabilitasi tambak pernah diadakan tetapi berhenti di tengah jalan.

3.

Profil Vegetasi

Untuk mendapatkan profil vegetasi yang lebih komprehensif, pengamatan vegetasi dilakukan pada dua (2) lokasi di desa Ceunamprong. Sesuai dengan jenis kegiatan yang akan dilakukan, maka kedua lokasi ini difokuskan pada areal yang dicalonkan untuk penanaman mangrove dan lokasi yang dicadangkan untuk penanaman tanaman pantai daratan. Melalui pengamatan di kedua lokasi ini, maka profil vegetasi di desa ini akan dapat lebih terwakili. Dari pengamatan vegetasi di masing- masing lokasi, kedua lokasi ini memiliki karakteristik vegetasi dan berbeda, sesuai dengan tipe vegetasi /formasi yang ada di kedua lokasi tersebut.

a) Kondisi vegetasi di sekitar lokasi penanaman mangrove

Secara umum, kondisi vegetasi yang ada di sekitar lokasi penanaman mangrove tersusun dari empat tipologi lahan yaitu belukar pantai, rawa, tambak dan semak. Gelombang Tsunami telah menyapu areal ini, mematikan sebagian besar vegetasi di sepanjang pesisir pantai, merusak tambak dan berbagai infrastruktur lainnya. Setelah lebih dari tiga tahun, pemulihan lahan secara perlahan-lahan tengah berlangsung. Berbagai jenis tumbuhan dari beberapa tingkatan mulai menutupi lahan dan membentuk suatu komunitas yang dinamis. Di bawah ini adalah ilustrasi sederhana yang menggambarkan kondisi vegetasi di sekitar lokasi penanaman mangrove.

Keterangan:

A : Belukar pantai

B : Vegetasi rawa dan sekitar sungai C : Semak

D : Vegetasi sekitar tambak

Gambar 49. Profil melintang menggambarkan kondisi vegetasi di lokasi pengamatan

Untuk lebih jelasnya, paragraf di bawah ini menjelaskan kondisi vegetasi di masing-masing formasi atau tipologi lahan.

1. Belukar pantai

Tipe vegetasi ini tumbuh di suatu bukit kecil yang berada di barisan terdepan. Pentupan vegetasi di areal ini berkisar antara 85-95% yang didominasi oleh beberapa jenis tumbuhan berkayu antara lain

Hibiscus tiliaces, Macaranga tanarius, Abroma mollis, Pterospermun diversivolium, Guettarda speciosa, Eugenia cuminii, dan Callicarpa arborea. Selain itu, beberapa jenis herba juga mudah dijumpai di lokasi ini antara lain Timonius compressicaulis, Gmelina eliptica, Acacia farnesiana,

Abelmoschus moschatus dan Dodoaea viscose. Masih di lokasi yang sama, dijumpai pula beberap jenis palem antara lain Arenga pinnata, Calamus spp, Caryota mitis, dan Korthalsia spp.

Gambar 50. Kondisi umum belukar pantai yang tumbuh di atas bukit

2. Vegetasi di sekitar sungai dan rawa

Vegetasi ini mengacu pada semua tumbuhan yang berada di sekitar sekitar sungai dan rawa yang berada di balk bukit. Di sekeliling rawa, penutupan dikuasai oleh perumpung Praghmites karka

tumbuh mengikuti bentuk badan air (rawa). Lebar koloni perumpung ini bervariasi 3-7 meter, tergantung kondisi ssubtart dan genangan yang ada. Di beberapa lokasi tertentu, dijumpai beberapa koloni paku piai Acrostichum aureum yang menandakan bahwa air di raa ini masih terpengaruh oleh pasang air laut. Di tanah yang lembab hingga tergenang ringan, beberapa rumput rawa dan tumbuhan air sangat mudah dijumpai antara lain Hymenachne aurita, Schleria spp., dan Scirpus spp. Tidak jarang, herba galaran Ipomea pes caprae merambat di atas rerumputan sehingga membentuk suatu lapisan khsusu dengan kerapatan yang cukup tinggi.

Gambar 51. Kondisi vegetasi di rawa dan sekitar sungai

3. Semak

Tipe vegetasi ini tumbuh di atas lahan kering diantara rawa (bagian depan) dan tambak terlantar (bagian belakang), di dominasi oleh beberapa jenis tumbuhan semak dan diselingi oleh beberapa jenis tumbuhan pohon dan herba. Beberapa jenis tumbuhan yang paling umum dijumpai di lapangan antara lain Abroma mollis, Callatropis gigantea, Gmelina eliptica, Crotalaria spp., Abelmoschus moschatus, Dodoaea viscose, Timonius compressicaulis, Merremia hirta, Tetracera scandens,

Indigofera suffruticosa dan Leea indica.

Gambar 52. Jenis tumbuhan yang umum dijumpai ; Abroma mollis

4. Vegetasi di sekitar tambak

Tidak lebih dari 15 meter di belakang semak, terdapat tambak yang pada saat survey dilakukan tidak difungsikan. Oleh pemiliknya, tambak ini diterlantarkan mengingat keterbatasan dana untuk mengaktifkannya kembali. Di lokasi ini, penutupan vegetasi berada di pematang dan bagian tengah tambak yang berupa daratan. Beberapa vegetasi yang umum dijumpai di sekitar tambak adalah

Imperata cylindrica, Callatropis gigantea, Gmelina eliptica, Crotalaria spp., Abelmoschus moschatus,

Dodoaea viscose, Merremia hirta, Tetracera scandens, dan Indigofera suffruticosa. b) Kondisi vegetasi di sekitar lokasi tanaman pantai daratan

Pengamatan kedua dilakukan di sekitar pantai berpasir, tepatnya di calon lokasi penanaman. Di bagian depan pantai sebelah selatan, terdapat tegakan kelapa milik masyarakat yang mengalami degradarasi karena gelombang Tsunami. Masih di hamparan yang sama, dijumpai formasi Pes Caprae yang terhampar sekitar 50-75 dari garis pantai. Menuju ke arah belakang, dijumpai beberapa tipe vegetasi antara lain vegetasi rawa, vegetasi di sekitar tambak, semak belukar, padang rumput dan vegetasi di sekitar desa. Gambar di bawah ini mengilustrasikan profil vegetasi di sekitar pantai berpasir desa Ceunamprong.

Gambar 53. Sketsa melintang yang menggambarkan formasi dan tipe vegetasi di pesisir Desa Gampong Baru

Paragraf di bawah ini adalah penjelasan lebih detail mengenai masing-masing formasi atau tipe vegetasi yang ada di calon lokasi penanaman tanaman pantai di Desa Ceunamprong.

1. Tegakan kelapa

Tipe vegetasi ini mengacu pada suatu tegakan yang tersisa dari kebun kelapa yang telah terdegradasi oleh tsunami. Sebagian besar pohon kelapa telah tumbang atau patah oleh gelombang Tsunami. Sementara sisanya mati karena sebagian daratan mengalami penurunan sehingga saat ini telah menjadi bagian dari lautan.

Di lantai tegakan, vegetasi yang ada hanyalah beberapa jenis rumput saja dengan tutupan yang sangat rendah. Diduga kuat hal ini sebagai akbiat dari seringya daratan ini terkena air asin, terutama saat pasang.

Gambar 54. Tegakan kelapa yang masih tersisa

2. Formasi Pes-caprae (PC)

Sebagaimana namanya, formasi ini didominasi oleh herba merambat Ipomea pes-caprae atau galaran. Herba ini tumbuh dari arah belakang, menjalar ke depan dan berhenti pada titik dimana kondisi substrat sudah tidak memungkinkan. Tdak memungkinkannya kondisi ini bisa dikarenakan substratnya yang masih belum stabil atau salinitas tanhnya masih tinggi. Di sela-sela dominasi galaran, dijumpai beberapa vegetasi yang tumbuh secara alami antara lain Casuarina equisetifolia, Waru Hibiscus tiliaces, dan Malapari Pongamia pinnata.

3. Vegetasi rawa

Pantai berpasir secara alami di batasi oleh sungai yang mengalir berada di belakang pantai berpasir (gumuk pasir). Sungai ini bermuara pada suatu rawa berukuran luas. Vegetasi yang ada hanya dijumpai di sekeliling saratannya. Phragmites karka atau perumpung mendominasi penutupan di sekeliling sungai dan rawa. Hanya sedikit jenis tumbuan lainnya yang dapat dijumpai di sela-sela dominasi perumpung antara lain Mikania cordhata,

4. Vegetasi di sekitar tambak

Beberapa petak tambak milik masyarakat dijumpai di belakang semak dengan kondisi terlantar. Di bagian tengah tambak, terdapat lahan yang disisakan (tidak digali) sehingga ditumbuhi oleh beberapa jenis tumbuhan antara lain Trema orientalis, Pterospermum spp., Widelia biflora, dan beberapa jenis lainnya. Pentupan lahan di areal ini cukup tinggi berkisar 80-95%. Sementara di pematang tambak, penutupan vegetasi jeuh lebih rendah yaitu hanya berkisar 60-70%. Hal ini karena pematang ini sering dilalui oleh manusai maupun hewan ternak. Beberapa jenis tumbuhan berkayu yang tumbuh di pematang seringkali ditebang karena mengganggu jalan. Beberapa jenis tumbuhan yang umum diumpai di pematang tamba anatara lain Mimosa pudica, Calatropis gigantea, Widelia biflora dan beberpa jenis tumbuhan lainnya.

Gambar 56. Kondisi vegetasi di sekitar tambak

5. Padang alang-alang

Padang alang-alang ini tumbuh di atas lahan bekas terbakar dengan luasan sekitar 1 hektar. Jenis ini (Imperata cylindrica) memiliki sifat dominan yang sangat tinggi sehingga tidak memberikan ruang dan kondisi yang memadai bagi jenis tumbuhan lain untuk tumbuh. Beberapa jejnsi tumbuhan umumnya hanya bisa ditemukan di tepi padang antara lain Mimosa pudica, Mimosa pigra, dan Mikania cordata.

6. Semak belukar

Tipe vegetasi ini berada di belakang tambak terlantar, ditandai dengan dominasi tumbuhan berkayu antara lain Trema orientalis, Ceasalpinia crista, dan Muntingia calabura. Berdasarkan pengamatan vegetasi di lapangan, beberapa jenis tumbuhan herba dan semak juga dijumpai antara lain biduri

Calatropis gigantea, Desmodium umbellatum, Opiorrizha spp., Calopogonium mucunoides, Crotalaria striata, pecut kuda Stachytarpeta indica, dan Dodoaea viscosa. Kondisi semak belukar di desa ini cukup memprihatinkan, diakibatkan oleh aktifitas destruktif yang dilakukan oleh oknum penduduk misalnya pembakaran. Berdasarkan observasi yang dilakukan di lapangan, motivasi utama dari pembakaran ini adalah untuk membersihkan lahan dari semak belukar. Membakar lahan dinilai masyarakat sebagai langkah yang sangat murah, efektif dan efisien dalam membersihkan lahan mereka. Mereka sama sekali tidak mempertimbangkan dampak pembakaran ini bagi lingkungan. Terkait dengan hal ini, perlu dilakukan upaya-upaya serius dalam rangka menghadapi hal ini.

Gambar 58. Semak belukar yang baru saja terbakar

4.

Keanekaan Fauna

Pengamatan di daerah ini berlangsung sangat singkat, yaitu pada tanggal 12 November 2007. Temuan satwa liar sangat minim, tim survey mencatat serta mengidentifikasi: 4 jenis mammalia, 24 jenis burung, serta satu jenis herpetofauna.

a) Mammalia

Hanya empat jenis mammalia yang ditemukan secara langsung, dua diantaranya merupakan jenis yang dilindungi, yaitu: Monyet Beruk Macaca nemestrina, dan Siamang Hylobates syndactilus.

Selain temuan langsung, penduduk menginformasikan bahwa terdapat jejak kaki harimau sekitar akhir bulan Oktober 2007 di bagian perbukitan. Masyarakat juga menginformasikan bahwa ada sebuah aturan tidak tertulis yang selalu dipatuhi warga yaitu pada setiap hari rabu, minggu ke-4 bulan Hijjriyah (kalender kabisat), tidak boleh melakukan aktifitas kerja, terutama yang berkaitan dengan hutan. Apabila hal ini dilanggar maka hewan ternak akan di mangsa oleh harimau atau bahkan orang tersebut akan mengalami musibah.

b) Avifauna

23 jenis burung yang teramati dan teridentifikasi di daerah ini, dari jumlah tersebut, 5 jenis diantaranya merupakan jenis yang dilindungi berdasarkan undang-undang yang berlaku di Indonesia. Jenis yang dilindungi tersebut, yaitu: Kuntul besar Egretta alba Kuntul kecil E. garzetta, Cekakak sungai Halcyon chloris, Burung-madu kelapa Anthreptes malacensis, dan Burung-madu sriganti Nectarinia jugularis. c) Herpetofauna

Tercatat hanya satu jenis dari kelompok herpetofauna ditemukan di daerah ini, yaitu: Biawak Varanus salvator.

5.

Tanah dan Pertanian

a) Fisiografi, Topografi dan Geologi

Berdasarkan pengamatan lapang daerah survei merupakan dataran pasang surut sepanjang pantai (Bfq 4.3) dan komplek beting pesisir pantai berseling dengan cekungan (Bfq 1.1). Secara umum mempunyai topografi datar, lereng 1-3 persen, hanya menjelang arah perbukitan agak bergelombang dengan lereng 3-8 persen. Formasi tersusun dari aluvium (Qa) yang berumur kuarter yang terditri dari krikil, pasir, lumpur dan bahan organik.

b) Keadaan Tanah

Kondisi lahan di lokasi Ceunamprong, Keudu Unga, Glejong dan Krueng Tenong hampir sama baik secara fisiografi, topografi dan bahan induk tanah (geologi), sehinggga menurukan tanah-tanah yang tidak jauh berbeda satua dengan yang lainya.

a). Pada bagian sepanjang pantai mempunyai tanah Typic Psammaquents (Regosol), berpasir, dalam, agak salin, drainase cepat. Bentuk wilayah datar, lereng 0-1. Penggunaan lahan wilayah ini umumnya semak belukar dan sebagian kecil terdapat pohon kelapa yang sudah tidak terpelihara. Potensi lahan. Dapat dikembangkan untuk lahan rehabilitasi pantai seperti cemara, waru dll ataupun dengan tanaman kelapa.

Kesesuai lahan. Secara umum tanah-tanahnya tidak sesuai (N) untuk pengembangan pertanian dengan faktor pembatas teksture berpasir kasar

b). Pada bagian di belakang sepanjang pantai terdapat rawa-rawa dengan tanah Typic Sulfaquents (Gleisol), berliat, dalam, agak salin, drainase sangat terhambat. Bentuk wilayah datar, lereng 0-1. Penggunaan lahan wilayah ini sebagian besar bekas tambak yang sudah tertutup oleh bahan-bahan yang dibawa gelombang Tsunami, tumbuhannya berupa belukar rawa.

Potensi lahan. Dapat direbabilitasi untuk lahan tambak akan tetapi terdapat permasalahan pasokan air tawar yang masih baik.

Kesesuain lahan. Pada bagian sepanjang pantai dan rawa belakang pantai, secara umum tanah- tanahnya tidak sesuai (N) untuk pengembangan pertanian dengan faktor pembatas, kondisi tanah berpasir, dan potensi sulfat masam.

6.

Sosial Ekonomi

a) Sejarah Desa

Penduduk percaya bahwa kata Ceunamprong sendiri berasal dari Bahasa Aceh yang terdiridari kata “Ceu dan Namprong” yang berarti “Cina Lari”. Histori yang dipercaya oleh penduduk dibalik nama tersebut adalah sebelum masuk Portugis ke Aceh Jaya masuklah bangsa Cina melalui Selat Malaka karena saat itu daerah Aceh Bagian Utara dan Timur telah ramai dan relatif maju saat itu, maka bangsa Cina yang datang melakukan ekspansi ke pesisir Barat dan tibalah di Aceh Jaya. Datangnya bangsa Cina untuk mengembangkan bisnis lari ke pesisir Barat untuk menghindari keramaian atau persaingan, diasumsikan penduduk dengan istilah Cina Lari. Disamping nama Ceunamprong, salah satu nama dusun dari empat dusun yang ada di Desa Ceunamprong bernama Babah Awe yang berarti Bapak dalam bahasa Cina.

Namun demikian kedua hal tersebut belum dapat dijadikan sebagai sumber sejarah yang jelas karena tidak ada bukti-bukti histori otentik yang mendukung kepercayaan tersebut , selain penggunaan istilah Cina dengan menggunakan bahasa Aceh.

Saat masa konflik tahun 1978 sampai dengan sebelum tsunami 2004 daerah ini merupakan daerah yang jarang dilalui selain bukan merupakan jalan utama di pesisir Barat, penjagaan wilayah Kabupaten Aceh Jaya yang dilakukan oleh TNI sangat ketat, disamping itu tidak ada sumberdaya alam atau suatu produk dari Desa Ceunamprong yang merupakan primadona ekonomi secara global sehingga tidak ada alasan kuat bagi pendatang dari luar untuk mengunjungi Desa Ceunamprong. Salah saorang penduduk menunjukan kondisi jalan aspal besar sepanjang jalan Desa Ceunamprong yang masih bagus dan sepanjang pinggir jalan ditumbuhi rerumputan mencerminkan sepinya arus lalu lintas Desa Ceunamprong saat itu dan sampai dengan saat ini.

Gambar 59. Peta Desa Ceunamprong pasca Tsunami

b) Demografi

(1)

Populasi

Berdasarkan pendataan yang dilakukan BPS pada tahun 2003 tercatat jumlah populasi penduduk Desa Ceunamprong tahun 2003 sebanyak 682 jiwa dengan komposisi 335 laki-laki dan 347 perempuan yang tergabung dalam 121 KK. Bila diambil nilai rata-rata dalam satu KK terdiri dari 5-6 orang. Penurunan drastis jumlah penduduk terjadi setelah tsunami dimana hasil pendataan BPS menunjukan pada tahun 2005, populasi penduduk menurun sebesar 43,5% dengan jumlah penduduk tahun 2005 sebanyak 385 jiwa dengan komposisi 183 laki-laki dan 165 perempuan. Terjadi penambahan jumlah KK dari tahun 2003 ke tahun 2005 sebesar 11,5% namun terjadi penurunan jumlah anggota kelurga rata-rata tiga orang per keluarga.

Berdasarkan hasil pendataan jumlah penduduk yang dilakukan oleh Canada Red Cross untuk keperluan pembangunan rumah bantuan, tercatat total penduduk Desa Ceunamprong pada tahun 2007 sebanyak 569 jiwa denga komposisi 246 laki-laki dan 323 perempuan, dengan jumlah keluarga sebanyak 161 KK atau meningkat 48% dari tahun 2005. Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk tahun 2003, penduduk tahun 2007 menurun sekitar 17%, namun terjadi peningkatan jumlah keluarga sebesar 33% seperti ditunjukan pada gambar 60 di bawah ini.

Tabel 41. Populasi penduduk Desa Ceunamprong dan Kecamatan Jaya tahun 2003 dan 2005

Populasi Kepadatan

Penduduk Tahun

Laki-laki Perempuan Total (ind/ km2)

Jumlah KK Desa Ceunamprong 2003 335 347 682 23 121 2005 183 202 385 Na 135 2007 246 323 569 Na 161 Kecamatan Jaya 2003 5,259 5,232 10,491 280 2,294 2005 5887 5594 11481 N/A 2856 100 300 500 700 900 1100 1300 2003 2005 2007

Desa Ceu Namprong Kecamatan Jaya X 10 Perempuan Laki-laki

Gambar 60. Grafik pertumbuhan penduduk antara sebelum tsunamai tahun 2003 dan sesudah tsunami tahun 2005

Suku yang mendiami Desa Ceunamprong dari sebelum dan setelah Tsunami terdiri dari multi etnis yang didominasi Etnis Aceh. Agama utama yang dianut oleh penduduk adalah adalah Islam dan berdasarkan informasi dari Kheuchik/ Kepala Desa sejak zaman dahulu belum pernah tercatat penduduk Desa Ceunamprong yang menganut selain agama Islam. Meski ada kepercayaan kedatangan bangsa Cina ke Desa Ceunamprong namun diyakini tidak terjadi asimilasi atau pencampuran dengan bangsa Cina tersebut.

Saat kunjungan ke Desa Ceunamprong terlihat sedang adanya kegiatan pembangunan lapangan olahraga. Berdasarkan informasi langsung dari pekerja banguna tersebut, mereka sengaja didatangkan dari Purwodadi Jawa Tengah sebanyak 200 orang tukang untuk mengerjakan proyek pembangunan pembangunan runah dan lapangan sepakbola desa yaitu Stadion Persena yang difasilitasi oleh Australia-Indonesia Partnership.

Masuknya pekerja dari luar Aceh tidak menimbulkan kecemburuan mata pencaharian atau lapangan kerja dengan penduduk asli. Masyarakat mengasumsikan pekerja tersebut didatangkan untuk membantu pembangunan fasilitas penduduk Ceunamprong karena mereka sendiri tidak memiliki keterampilan untuk menjadi tukang bangunan. Disamping itu kedatangan pekerja ini sangat dirasakan danpak positifnya bagi beberapa pemilik kedai karena meningkatnya jumlah pembelian dan para pekerja dari luar Aceh tersebut belum ada yang terlibat hutang kepada pemilik kedai. Berbeda dengan penduduk asli yang terlibat pada penunggakan hutang sehingga mengambat perputaran modal usaha. Para pemilik kedai percaya bahwa penunggakan hutang terjadi karena penduduk tidak memiliki penghasilan yang tetap juga adanya faktor kepercayaan atau tidak sungkan lagi untuk memiliki hutang karena sudah saling mengenal satu sama lain.

Tabel 42. Agama dan Etnis Penduduk Desa CeunamprongTahun 2003 dan 2005

Tahun Agama Utama Etnis Etnis Utama

2003 Islam Multi Etnis Aceh

2005 Islam Satu Etnis Aceh

2007 Islam Multi Etnis Aceh