• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.

Geografi

Pantai Utara NAD meliputi wilayah sekitar kota Banda Aceh dan sekitar kota Lhokseumawe. Untuk wilayah sekitar Banda Aceh kegiatan dilakukan di beberapa desa di Kabupaten Aceh Besar, yaitu: 1. Desa Kajhu

2. Desa Gampong Baru 3. Desa Lam Ujong 4. Dea Paya Kameng

Wilayah Kabupaten Aceh Besar pada sisi barat dibatasi oleh Samudra Hindia, di timurnya oleh Selat Malaka, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pidie dan Teluk Benggala disisi utaranya. Ke empat desa yang menjadi objek penelitian letaknya relatif dekat dengan Kota Banda Aceh, dengan kendaraan bermotor hanya dibutuhkan waktu 30-60 menit dari kota Banda Aceh untuk mencapai lokasi terjauh (desa Paya Kameng). Akses jalan sangat baik sekali karena relatif tidak terganggu ketika terjadi Tsunami. Kedekatan posisi dan kemudahan akses ke kota Banda Aceh mempengaruhi tingkat pembangunan dan okupasi lahan di wilayah Kabupaten Aceh Besar terutama di kecamatan Baitussalam. Hampir setiap jengkal lahan telah dimanfaatkan oleh manusia baik untuk lahan pemukiman maupun lahan budidaya terutama tambak.

Walaupun berada disisi timur dr propinsi NAD, besar dan kuatnya hempasan ombak Tsunami menyebabkan banyak desa di wilayah pesisir timur ikut hancur temasuk kota Banda Aceh sendiri. Untuk wilayah sekitar kota Lhokseumawe, kegiatan Green Coast II dilakukan di dua lokasi:

1. Desa Keude Aceh 2. Desa Jambo Timu

Desa Keude Aceh terletak di wilayah kota Lhokseumawe yang merupakan pemekaran dari Kecamatan Aceh Utara, tepatnya di wilayah Teluk Pusong yang merupakan kawasan muara dan dataran lumpur di sisi pantai kota. Kota Lhokseumawe sendiri merupakan kota industri karena ada beberapa instalasi gas

alam milik beberapa perusahaan besar. Keberadaan industri ini menyebabkan pembangunan kota cukup maju. Kota Lhokseumawe terbagi dua, yaitu wilayah yang berada di pulau Sumatra dan Kecamatan Banda Sakti yang sebenarnya merupakan pulau terpisah dengan Sumatra, kedua bagian kota ini dihubungkan dengan beberapa buah jembatan. Terbatasnya ketersediaan lahan dan pesatnya pembangunan menyebabkan penataan ruang kota menjadi sangat sulit. Desa Jambo Timu terletak sekitar 15 km ke arah timur kota Lhokseumawe, desa ini sudah berada di luar wilayah kota Lhokseumawe dan termasuk kedalam wilayah kecamatan Aceh Utara. Walaupun desa Jambo Timu lokasinya cukup jauh dari kota Lhokseumawe, akses jalan sangat mudah dan baik, penataan ruang juga cukup baik dimana terlihat jelas pembagian lahan pemukiman, budidaya dan sempadan pantai.

Karena langsung berhadapan dengan laut maka mata pencaharian sebagian besar penduduk di wilayah Aceh Utara ini berprofesi di bidang perikanan baik perikanan tangkap maupun budidaya.

2.

Profil Ekosistem Umum

Desa-desa di wilayah pantai timur ini sebagian besar merupakan kawasan mangrove yang dikonversi menjadi tambak. Proses konversi kemungkinan sudah berlangsung lama jauh sebelum terjadi bencana Tsunami. Tambak-tambak banyak menjadi terbengkalai ketika terjadi wabah penyakit pada udang-udang yang dipelihara. Pola budidaya masyarakat yang sering mengikuti arus bidang usaha apa yang paling berprospek, menimbulkan besarnya tekanan terhadap konversi kawasan pesisir. Secara geologis wilayah Aceh Utara termasuk kedalam wilayah Delta Krueng Aceh yang merupakan zona pantai di Dataran Rendah. alluvial dan membentuk danau pinggir laut di belakang perbatasan garis pantai sempit yang dulunya digunakan sebagai pelindung.Tanah di daerah dataran rendah terdiri dari lempung sungai dan laut hingga deposit tanah liat, dan sebelum tsunami tanah ini sangat produktif untuk ditanami. Daerah pantai di dataran rendah ini dikelilingi oleh pegunungan (primer dan sekunder) dan perbukitan yang merupakan bagian dari Bukit Barisan. Bukit-bukit curam di beberapa tempat tertutup, walaupun terdapat beberapa ladang namun daerah ini tidak sesuai untuk pertanian. Selain itu terdapat potensi tanah yang tercemar dengan asam sulfat dan memiliki salinitas tinggi di daerah yang dulunya merupakan dataranalluvial dan cekungan oxbow.

Dampak yang ditimbulkan oleh tsunami sangat buruk di daerah pantai, menghancurkan sebagian besar bukit-bukit pantai, kolam-kolam ikan dan tambak, serta sebagian besar dataran pantai - alluvial. Drainase air laut dan air bersih menjadi masalah karena aliran air yang terbentuk secara alami telah terbendung. Dapat dibayangkan hal ini dapat menimbulkan permasalahan di masa yang akan datang. Dataran rendah Krueng Aceh memiliki potensi untuk tanaman tahunan dan musiman, serta tanaman buah-buahan dan sayuran di sekitar kebun rumah. Selain itu tambak atau kolam-kolam ikan juga dapat digunakan untuk budi daya udang windu dan kepiting.

3.

Iklim

Data iklim untuk daerah lokasi Banda Aceh dan Aceh besar diambil dari stasiun Blang Bintang Banda Aceh selama 5 tahun dari tahun 2000 sampai 2004. Data iklim yang tercatat teridiri dari curah hujan, suhu udara dan kelembaban.

Berdasarkan data iklim, lokasi penelitian menurut Schmidt and Fergusson (1951) termasuk dalam Tipe hujan C (agak basah) dengan nilai Q= 0.4%, sedangkan menurut sistem klasifikasi Oldeman (1975) tergolong Zona E, yaitu wilayah yang mempunyai bulan basah (>200 mm) selama < 3 bulan dan bulan kering (< 100 mm) secara berturut-tureu selama 5 bulan dan pada Peta zone agroklimat menurut Oldeman et al., (1975) termasuk zona E2. KOPPEN (dalam Schmidt and Fergoson, 1951) menggolongkan lokasi penelitian kedalam tipe iklim A, yaitu iklim hujan tropis (Tropical rainy climate), mempunyai suhu bulan terdingin > 18oC.

Flukuasi temperatur udara rata-tata antara 260C - 27.60C dengan rata-rata tahunan 26.8 0C. Temperatur udara tertinggi terjadi pada Agustus dan terendah terjadi pada bulan Januari. Sedangkan Fluktuasi kelembaban udara berkisar antara 73.2 % sampai 86.4 % dengan kelembaban tertinggi terjadi pada bulan Desember dan terendah pada bulan Agustus.

Tabel 7. Data iklim (Temperatur, Curah hujan, Hari hujan dan Kelembaban) Pada stasiun Blang Bintang Banda Aceh, (2000-2005 ).

Curah Hujan Kelembaban

Bulan Temperatur (0C) mm HH % Januari 26.0 168.2 16 84.9 Februari 26.3 86.4 8 82.3 Maret 26.6 120.6 13 82.3 April 27.5 73.5 13 83.0 Mei 27.5 98.3 13 78.7 Juni 27.6 83.6 10 76.8 Juli 27.4 50.3 10 76.0 Agustus 27.6 43.9 9 73.2 September 26.6 90.2 15 80.0 Oktober 26.3 229.7 16 81.7 Nopember 26.1 243.6 17 86.4 Desember 26.0 191.4 15 85.2 Rata-rata 26.8 1479.5 154 80.9 0 50 100 150 200 250

Jan Peb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nov Des

Curah hujan

C.

PULAU WEH