• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

C. Remaja dan Ciri-ciri Perkembangannya

2. Ciri-ciri Masa dan Perkembangan Remaja

“Perkembangan pribadi manusia menurut psikologi berlangsung sejak terjadinya konsepsi sampai mati yaitu sejak terjadinya sel bapak-ibu (konsepsi) sampai mati individu senantiasa mengalami perubahan-perubahan atau perkembangan”. 58 Perkembangan yang dimaksud adalah merupakan istilah perkembangan secara umum yang diartikan sebagai serangkaian perubahan dalam susunan yang berlangsung secara teratur, progresif, jalin menjalin dan terarah kepada kematangan atau kedewasaan.

Masa remaja merupakan periode perubahan yang sangat pesat baik dalam perubahan fisiknya maupun perubahan sikap dan perilakunya. Alisuf Sabri mengemukakan ada empat ciri perubahan yang bersifat universal selama masa remaja, yaitu:

1) Meningkatnya emosi, intensitasnya tergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi; perubahan emosi ini banyak terjadi pada masa awal remaja.

56

Heny Narendrany Hidayati dan Andri Yudiantoro, Psikologi Agama, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), cet. 1, h. 75

57

Zakiah Daradjat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977). Cet. 4. h. 109

58

2) Perubahan fisik, perubahan minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial menimbulkan masalah-masalah baru sehingga selama masa ini si remaja merasa ditimbuni masalah.

3) Dengan berubahnya minat dan perilaku, maka nilai-nilai juga berubah. Apa yang dianggap penting/bernilai pada masa kanak-kanak sekarang tidak lagi. Kalau pada masa kanak-kanak segi kwantitas yang dipentingkan, sekarang segi kwalitas yang diutamakan.

4) Sebagian besar remaja bersikap ambivalensi terhadap setiap perubahan. Mereka menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi mereka sering takut bertanggung jawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan mereka untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut.59

Menurut Zakiah Daradjat ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan remaja ditandai dengan:

a. Perkembangan Fisik

Pada remaja pertumbuhan jasmani menjadi cepat, badannya berubah dari kanak-kanak menjadi dewasa dalam masa empat tahun (usia 13-16 tahun). Perubahan tubuhnya tidak serentak dan kadang-kadang tidak seimbang, sehingga keserasian gerak hilang. Tanpa disengaja ia sering jatuh dan menjatuhkan barang yang dipegangnya, seperti piring, gelas, cangkir dan sebagainya. Hidungnya kelihatan besar, karena hidung lebih cepat tumbuh daripada bagian muka yang lainnya. Akibatnya, rupanya kurang cantik atau kurang gagah.60

Secara lengkap Sarlito menyebutkan urutan perubahan-perubahan fisik tersebut sebagai berikut; Pada anak perempuan: 1) Pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota-aanggota badan menjadi memanjang), 2) Pertumbuhan payudara, 3) Tumbuh bulu halus dan lurus berwarna gelap di kemaluan, 4) Mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimal setiap tahunnya, 5) Bulu kemaluan menjadi keriting, 6) Haid, 7) Tumbuh bulu-bulu ketiak. Pada anak laki-laki: 1) Pertumbuhan tulang-tulang, 2) Testis (buah pelir) membesar, 3) Tumbuh bulu kemaluan yang halus, dan berwarna gelap, 4) Awal

59

M. Alisuf Sabri, op.cit., h. 26 60

perubahan suara, 5) Ejakulasi (keluarnya air mani), 6) Bulu kemaluan menjadi keriting, 7) Pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat maksimal setiap tahunnya, 8) Tumbuh rambut-rambut halus di wajah (kumis, jenggot), 9) Tumbuh bulu ketiak, 10) Akhir perubahan suara, 11) Rambut-rambut di wajah bertambah tebal dan gelap, 12) Tumbuh bulu di dada. 61

Semua perubahan jasmani cepat itu, menimbulkan kecemasan pada remaja, sehingga menyebabkan terjadinya kegoncangan emosi, kecemasan dan kekuatiran bahkan kepercayaan kepada agama yang telah bertumbuh pada umur sebelumnya, mungkin pula mengalami kegoncangan, karena ia kecewa terhadap dirinya.62

Menurut Pustika Rucita, B.A., M. Psi. seperti dikutip Tribun Pontianak, Smart Mom, Minggu 29 April 2012, Psikolog dari personal Growth Counseling and Development Center, “proses kembang tumbuh anak usia ini (remaja) akan menjadi pesat. Pembentukan alat reproduksi mereka juga akan menjadi matang, yang berpengaruh pada kestabilan hormon. Masa remaja sering dianggap sebagai usia labil atau diistilahkan dengan: masa “ombak dan badai”, yang mana anak -anak tengah mencari identitas diri”.63 Adanya proses hormonal yang yang terus berkembang itu menurut Pustika, kerap membuat emosi anak-anak menjadi tidak selalu stabil. Terkadang mereka mudah terganggu oleh hal-hal kecil dan cenderung menjadi sensitif.

Zakiah Daradjat menambahkan pertumbuhan jasmani pada remaja membawa pula kepada timbulnya dorongan seks, yang memantul dalam tingkah laku dan perhatian terhadap jenis lain dan teman-temannya. kalau dulu waktu umur sekolah dasar, perhatian kepada teman lawan jenis itu kurang, tapi sekarang timbul rasa senang ingin mendekat dan bergaul dengan mereka. Akan tetapi keinginan itu mungkin akan dihalangi oleh perasaan yang goncang, karena ketidakserasian pertumbuhan jasmani. Maka sikapnya pun mundur maju dan kadang-kadang tampak kaku.64

61

Sarlito W Sarwono, op. cit., h. 62-63 62

Zakiah Daradjat, op. cit.,h. 133 63

Moh Haitami Salim, Pendidikan Agama dalam Keluarga, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), h. 118

64

Perubahan cepat yang kurang menyenangkan itu,bila tidak dipahami oleh remaja, akan menjadi resah dan takut. Jangan-jangan ia akan bertumbuh menjadi manusia yang tidak cantik, tidak tampan dan mempunyai kelainan, begitu kira-kira pendapatnya. Hal ini akan masuk akal, karena remaja mulai menapak menuju dewasa disertai oleh berbagai faktor yang jika tidak difahaminya, akan menyebabkannya cemas, takut dan menggoncangkan jiwanya.

Perubahan cepat yang terjadi pada fisik remaja, membawa pula pada sikap dan perhatian terhadap dirinya sendiri yang telah menjadi seperti orang dewasa itu.Ia menuntut agar orang dewasa memperlakukannya tidak lagi seperti kanak-kanak. Di lain pihak ia merasa belum mampu mandiri dan masih memerlukan bantuan orang tua untuk membiayai keperluan hidupnya.

Dari penjelasan di penulis berkesimpulan bahwa perkembangan fisik remaja berkembang pesat karena dipengaruhi oleh perubahan hormon, yang berakibat timbulnya dorongan seksual disertai perubahan bagian tubuh antara laki dan perempuan. Bagi perempuan akan mengalami menstruasi dan laki-laki mengalami mimpi basah.

b. Perkembangan Emosi

Keadaan emosi remaja yang goncang sering kali diungkapkan dengan cara yang tajam dan sungguh-sungguh. Kadang-kadang ia mudah meledak dan mudah tersinggung. Padahal ia juga mudah menyinggung perasaan orang tua atau orang lain tanpa disadarinya. Sementara itu ia mengalami perasaan aneh, ia mulai tertarik kepada temannya lawan jenis. Akan tetapi ia malu karena perkembangan tubuhnya kurang menarik. Kadang-kadang perasaannya galau tak menentu.

Di satu pihak, emosi yang menggebu-gebu ini memang menyulitkan, terutama untuk orang lain (termasuk orang tua dan guru), dalam memahami jiwa si remaja. Namun dipihak lain, bagi Sarlito emosi yang menggebu ini bermanfaat untuk remaja itu terus mencari identitas dirinya. Emosi yang tak terkendali itu antara lain disebabkan oleh konflik peran yang sedang dialami remaja. Ia ingin bebas, tetapi ia masih bergantung kepada orang tua. Ia ingin dianggap dewasa, sementara ia masih diperlakukan seperti anak kecil.

Menurut Zakiah Daradjat sesungguhnya pengaruh perasaan (emosi) terhadap agama, jauh lebih besar daripada rasio (logika). Banyak orang yang mengerti agama dan agama itu dapat diterima oleh fikirannya, tetapi dalam pelaksanaannya ia sangat lemah, kadang-kadang tidak sanggup mengendalikan dirinya sesuai dengan pengertiannya itu.65

Remaja yang sedang mengalami perubahan cepat dalam tubuhnya, dimana ia harus mampu pula menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut, sangat memerlukan perhatian dan bantuan dari berbagai pihak, baik dari pihak orang tuanya, guru, maupun orang dewasa lainnya. Orang tua yang memahami keadaan anaknya yang sedang berjuang menghadapi dirinya yang berubah cepat dengan kadar yang tidak seimbang itu, akan membantu menenangkan perasaan anaknya yang goncang itu dengan jalan tidak banyak mengkritiknya. Sebaliknya orang tua harus lebih banyak menghargai usahanya dan menyatakan bahwa semua orang melalui gelombang pertumbuhan dan perkembangan seperti itu dalam umur-umur remaja tersebut.66

Permasalahan diatas yang menyebabkan kegoncangan jiwa, biasanya tidak tampak dari luar secara langsung. Tapi remaja memperlihatkan diri dalam bidang-bidang kehidupan lainnya. Misalnya menjadi pemalas, acuh tak acuh, sakit-sakitan, nakal dan lainnya. Sehingga Peran orang tua untuk membimbing remaja dalam pendidikan agama di harapkan agar remaja tidak salah dalam bergaul, orang tua jangan sampai memungkiri perasaan yang mereka alami atau menanggapinya dengan hukum ketentuan dosa-pahala saja. Akan tetapi perlulah masalah itu ditanggapi dengan cara yang membuat remaja lega, dan dengan memberikan pendidikan-pendidikan dalam menanamkan nilai-nilai positif (moral) kepada remaja.

c. Perkembangan Kecerdasan

Masa remaja adalah masa perkembangan kecerdasan yang akan mencapai puncaknya. Pada umur kira-kira 14 tahun mereka telah mengambil kesimpulan abstrak dari kenyataan yang ditemukannya. Pada umur antara 16-18 tahun

65

Zakiah Daradjat, op. cit., h. 94 66

perkembangan kecerdasan dapat dikatakan selesai. Masa remaja awal merupakan tahap penting yang mempersiapkannya memasuki tahap remaja akhir (17-21 tahun), yang akan menghadapi berbagai masalah yang lebih berat dan menentukan dimasa dewasanya nanti.67

Secara kognitif anak di usia ini akan lebih mampu berfikir abstrak dan mampu menalarkan penyebab dari suatu permasalahan. Walaupun cara berfikir mereka terkadang masih kekanak-kanakan. Hal ini dapat terlihat dari bagaimana mereka menampilkan tingkah laku dalam keseharian.68

Pada usia ini seseorang telah mampu mengkritik orang tuanya, guru dan para pemimpin yang menurut penilaian obyektif kurang baik atau tidak bijaksana. Maka suasana demokrasi di dalam keluarga, sekolah, dan lingkungan akan membantu remaja menjadi orang yang kritis dan berfikiran matang. Masa dimana seseorang bertanggung jawab atas segala perbuatannya.69

Sepintas lalu peranan orang tua dalam pendidikan agama bagi remaja tidak ada, atau kurang, karena anak telah meninggalkan masa kanak-kanak dengan segala ketergantungannya kepada ibu-bapaknya. Ia telah melangkah menuju umur dewasa yang mandiri dan mampu mempertanggungjawabkan segala perbuatannya kepada Allah Swt. Namun demikian remaja awal (13-16 tahun) belum dapat mandiri dalam banyak hal, terutama dalam bidang keuangan dan penghidupan sehari-hari.

Dari paparan di atas dapat difahami bahwa perkembangan kecerdasan pada usia remaja belum mencapai sempurna sebelum usia 12 tahun. setelah masuk usia 14 tahun, barulah pemahaman mereka terhadap hal-hal yang abstrak sudah masuk mampu mengambil kesimpulan dari fakta-fakta yang ada.

d. Perkembangan Sosial

Zakiah Daradjat mengatakan perkembangan sosial pada masa remaja semakin meningkat, bahkan kebutuhan akan pengakuan teman lebih diutamakannya daripada perhatian orang tuanya, karena ia sedang mengalami

67

Ibid., h. 90-91 68

Moh Haitami Salim , loc. cit., h. 118 69

proses pertumbuhan dan perkembangan cepat yang sering kali tidak difahaminya. Hubungan remaja dengan orangtuanya kadang-kadang renggang, apabila orangtuanya tidak memahami proses pertumbuhan jasmaninya yang amat cepat itu dan perkembangan kecerdasan yang menyebabkan berubah dari suka menerima menjadi menentang apabila tidak masuk akalnya. Namun demikian remaja memerlukan orang tua sebagai tempat mengeluh, bercerita tentang diri, pengalaman yang tidak dapat difahaminya.70

Dalam interaksinya di dalam keluarga dan pergaulannya di masyarakat, remaja akan sangat merasa sedih apabila diremehkan atau dikucilkan dari masyarakat atau teman-temannya. Karena itu mereka tak mau ketinggalan dari mode atau kebiasaan teman-temannya. Mereka sangat gelisah apabila dipandang rendah atau diejek oleh anggota keluarga lainnya ataupun teman-temannya, terutama teman dari lawan jenis. Kadang-kadang, mereka juga akan sangat marah kepada orang tuanya, apabila orang tuannya itu mencela teman-temannya. Merekapun sangat marah atau tak senang apabila ditegur, dikritik, atau dimarahi di depan teman-temannya.71

Menghadapi anak pada usia ini, orang tua memang memerlukan kesabaran yang ekstra dan bersikap lembut tapi tegas. Dengan begitu, orangtua dapat memainkan ritme arahan dan bimbingannya kepada anak agar tetap terjaga dalam koridor agama yang baik dan tidak terhanyut pada sikap anak yang labil dalam mencari identitas dirinya.

Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa perkembangan sosial pada remaja awal mulai meningkat, walaupun peran mereka di masyarakat belum di akui karena sikap mereka yang terkadang masih labil. Dalam kondisi seperti inilah orang tua harus lebih ekstra memberikan perhatian kepada remaja.

e. Perkembangan Agama

Proses pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, sosial dan kejiwaan pada umumnya menyebabkan remaja goncang dan memerlukan bantuan

70

Zakiah Daradjat, op. cit., h. 91 71

dari luar, misalnya orang tua, guru dan teman yang mampu memahaminya serta mau membantunya. Dalam suasana yang kurang jelas dan tidak menentu itulah remaja sangat membutuhkan Tuhan Yang Maha Pengasih, Penyayang dan Penolong, yang selalu hadir dihatinya, kapan saja ia membutuhkannya. Disini pendidikan agama yang tepat sebelumnya dapat membantunya.

Ide-ide dan pokok ajaran-ajaran agama yang diterimanya waktu kecil itu akan berkembang dan bertambah subur, apabila anak atau remaja dalam menganut kepercayaan itu tidak mendapat kritikan-kritikan dalam hal agama itu. Dan apa yang bertumbuh dari kecil itulah yang menjadi keyakinan yang dipeganginya melalui pengalaman-pengalaman yang dirasakannya.72

Pertumbuhan pengertian tentang ide-ide agama sejalan dengan pertumbuhan kecerdasan. Pengertian-pengertian hal-hal yang abstrak, yang tidak dapat dirasakan atau dilihat langsung seperti pengertian tentang akhirat, surga, neraka, dan lain-lainnya, baru dapat diterima oleh anak-anak apabila pertumbuhan kecerdasannya telah memungkinkannya untuk itu. Itulah sebabnya seharusnya pengertian-pengertian yang abstrak dikurangi, apabila umur remaja belum dicapai anak.

Perasaan remaja terhadap Allah bukanlah perasaan yang tetap, tidak berubah-ubah, akan tetapi adalah perasaan yang bergantung pada perubahan-perubahan emosi yang sangat cepat, terutama pada masa-masa remaja pertama. Kebutuhan akan Allah kadang-kadang tidak terasa, apabila jiwa mereka dalam keadaan aman tentram dan tenang. Tetapi sebaliknya Allah sangat dibutuhkan apabila mereka dalam keadaan gelisah, karena menghadapi bahaya yang mengancam, ketika ia takut akan gagal, atau mungkin juga karena merasa berdosa. Dalam hal ini remaja akan merasa bahwa sembahyang atau membaca kitab suci dan kegiatan-kegiatan agama lainnya dapat mengurangi kesedihan, ketakutan, dan rasa penyesalan lainnya.73

Menurut Zakiah Daradjat, sikap remaja terhadap agama berbeda-beda, sehingga terbagi menjadi 4 bagian, yaitu:74

72

Zakiah Daradjat, op. cit., h. 86-87 73

Zakiah Daradjat, op. cit., 97 74

Dokumen terkait