• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

B. Konsep Keluarga dalam Islam

3. Interaksi Harmonis dalam keluarga

Masyarakat merupakan ajang hidup anak remaja di samping keluarga dan lingkungan sekolah. Masyarakat merupakan kelompok manusia yang sudah cukup lama mengadakan interaksi sosial dalam kehidupan bersama yang diliputi oleh struktur serta sistem yang mengatur kehidupan. Disamping itu di dalamnya terdapat pula kebudayaan dan salah satu unsur pokok masyarakat, yakni: Solidaritas sosial. Di dalam kehidupan manusia pastinya terjadi interaksi sosial di

43

antara individu dengan individu yang masing-masing mamiliki kesadaran dan pengertian tentang hubungan timbal balik tersebut.44

Adanya kesadaran dan pengertian akan tercerminnya dalam sifat kehidupan sehari-hari mereka yang satu sama lainnya merasa saling bergantung. Memang di dalam kehidupan sehari-hari seorang individu ternyata jarang sekali untuk mampu memenuhi segala kebutuhan hidupnya secara sendiri. Dengan demikian hubungan manusia dengan manusia lainnya di dalam masyarakat memerlukan perekat dan bekal agar hubungan tersebut terjalin dengan baik dan akrab. Agar dapat menjalin hubungan dengan baik antar sesama individu, maka peranan keluarga sebagai kelompok pertama yang dikenal individu sangat dibutuhkan.

Seperti halnya yang telah kita ketahui sebelumnya, keluarga terdiri dari suami, isteri dan anak-anaknya. Anak-anak inilah yang nantinya berkembang dan mulai bisa belajar melalui pengenalan itu. Apa yang dilihatnya, pada akhirnya akan memberinya suatu pengalaman individual. Dari situlah ia mulai dikenal sebagai individu. Individu ini pada tahap selanjutnya mulai merasakan bahwa telah ada individu-individu lainnya yang berhubungan secara fungsional. Individu-individu tersebut adalah keluarganyalah yang memelihara cara pandang dan cara menghadapi masalah-masalahnya, membinanya dengan cara menelusuri dan meramalkan hari esoknya untuk mempersiapkan pendidikan, keterampilan dan budi pekertinya. Akhirnya keluarga menjadi semacam model untuk mengidentifikasikan sebagai keluarga menjadi yang broken home, moderate atau keluarga yang harmonis.

Keluarga sebagai kelompok pertama yang dikenal anak, sangat berpengaruh secara langsung terhadap perkembangannya sebelum maupun sesudah terjun langsung secara individual di masyarakat. Jadi sebagian besar anak dibesarkan oleh keluarga, di samping itu kenyataan menunjukkan bahwa di dalam keluargalah anak mendapatkan pendidikan dan pembinaan yang pertamakali. Pada dasarnya keluarga merupakan lingkungan kelompok sosial yang paling kecil, akan

44

Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rineka Cipta, 1989), cet. 1, h. 16-17

tetapi juga merupakan lingkungan paling dekat dan terkuat di dalam mendidik dan membina anak, dengan demikian seluk beluk kehidupan keluarga memiliki pengaruh yang paling mendasar dalam perkembangan anak dan remaja.

Sudarsono menjelaskan, “sejak kecil anak dibesarkan oleh keluarga dan juga untuk seterusnya, sebagian besar waktunya adalah di dalam keluarga, maka sepantasnyalah ketika kemungkinan adanya deviasi pada perkembangan anak khususnya remaja sebagian besar pula bisa berasal dari keluarga.”45

Dalam kenyataannya sering terjadi hubungan individu dengan individu atau bahkan hubungan individu dengan kelompok mengalami gangguan yang disebabkan karena terdapat seorang atau sebagian anggota kelompok di dalam memenuhi kebutuhan hidupnya menimbulkan gangguan terhadap hak-hak orang lain, gangguan-gangguan yang terjadi tidak jarang muncul dari perbuatan-perbuatan anak remaja yang tidak terpuji serta mengancam hak-hak orang lain di tengah-tengah masyarakat, antara lain:

a. Mengancam hak milik orang lain misalnya: pencurian, penipuan dan penggelapan.

b. Mengancam hak-hak hidup dan kesehatan orang lain, seperti: pembunuhan dan penganiayaan.

c. Mengancam kehormatan orang lain dan bersifat tidak susila, seperti: pemerkosaan dan perzinahan.46

Perbuatan-perbuatan anak remaja tersebut pada akhirnya akan menimbulkan keresahan sosial sehingga kehidupan di dalam keluarga karena perbuatan si remaja tadi dan dalam masyarakat tidak harmonis lagi, ikatan solidaritas menjadi runtuh. Secara yuridis formal perbuatan-perbuatan mereka jelas melawan hukum tertulis atau undang-undang. Kemudian jika ditinjau dari segi moral dan kesusilaan, perbuatan-perbuatan tersebut melanggar moral, menyalahi norma-norma sosial dan bersifat anti susila. Kenakalan remaja yang dirasakan sangat mengganggu kehidupan masyarakat, sebenarnya bukanlah suatu keadaan yang berdiri sendiri, kenakalan remaja akan muncul karena beberapa

45

Ibid., h. 20 46

sebab, baik karena keadaan lingkungan masyarakat dan terlebih bisa juga karena keadaan keluarga si remaja.

Pada hakikatnya, kondisi keluarga yang menyebabkan timbulnya kenakalan remaja itu bersifat kompleks. Di antaranya kondisi tersebut dapat terjadi karena kelahiran anak di luar perkawinan yang syah menurut hukum atau agama. Di samping itu kenakalan anak atau remaja juga dapat disebabkan keadaan keluarga yang tidak normal, yang mencakup keadaan ekonomi keluarga, terutama menyangkut keluarga miskin atau keluarga yang menderita kekurangan jika dibandingkan dengan keadaan ekonomi penduduk pada umumnya. Bahkan sering terjadi dalam keadaan mendesak seluruh anggota keluarga ikut mencari nafkah untuk mempertahankan hidupnya. Kondisi keluarga seperti ini biasanya memiliki konsekuensi lebih lanjut dan kompleks terhadap anak-anak, antara lain: hampir setiap hari anak terlantar, biaya sekolah anak-anak tidak tercukupi, di samping itu biaya kebutuhan lainnya juga tidak tercukupi. Akibatnya akan kompleks pula, dalam kondisi yang serba sulit dapat mendorong anak atau remaja menjadi sembarangan bergaul, kemudian bisa terpengaruh gaya hidup temen sebayanya, sehingga bisa menjadi penyebab deviasi pada perkembangan anak dan remaja.47

Dalam perspektif teori sosial-psikologi memandang bahwa kebutuhan-kebutuhan remaja itu adalah berkaitan erat dengan pemuasan kebutuhan-kebutuhan mereka dalam kelompoknya. Kebutuhan-kebutuhan psikologi yang pokok akan mengarahkan tercapainya rasa aman. Kebutuhan-kebutuhan tersebut menurut Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, adalah sebagai berikut:

a. Kebutuhan untuk menerima afeksi dari kelompok atau individu lain, meliputi: 1) Menerima rasa kasih sayang dari keluarga atau orang lain di luar

kehidupan keluarga

2) Menerima pemujaan atau sambutan hangat dari teman-temannya 3) Menerima penghargaan dan apresiasi dari guru dan pendidik lainnya. b. Kebutuhan untuk memberikan sumbangan kepada kelompoknya, meliputi:

1) Menyatakan afeksi kepada kelompoknya 2) Turut serta memikul tanggung jawab kelompok

47

3) Menyatakan kesediaan dan kesetiaan kepada kelompok 4) Menghayati keberhasilan dalam kelompok

c. Kebutuhan untuk memahami

d. Kebutuhan untuk mempelajari dan menyelidiki sesuatu

Jika dikaji lebih lanjut tentang interaksi dalam keluarga. Keluarga memiliki pengaruh yang paling mendasar dalam perkembangan remaja. Untuk mencapai ketenteraman dan kebahagiaan dalam keluarga, di antaranya memang diperlukan penciptaan suasana yang baik adalah usaha menciptakan terwujudnya saling pengertian, saling menerima, saling menghargai, saling percaya dan saling menyayangi di antara suami isteri dan antara seluruh anggoata keluarga lainnya.48

Untuk pencapaian tujuan tersebut maka setiap rumah tangga dituntut untuk memiliki pola pembinaan terencana untuk keluarga khususnya terhadap anak. Di antara pola pembinaan terencana tersebut ialah memberi suri tauladan yang baik kepada anak-anak dalam berpegang teguh pada ajaran-ajaran agama dan akhlak yang mulia, menyediakan bagi anak-anak peluang-peluang dan suasana praktis di mana mereka mempraktekkan akhlak yang mulia yang diterimanya dari orang tuanya, memberi tanggung jawab yang sesuai kepada anak-anak supaya mereka merasa bebas memilih dalam tindak-tanduknya, menunjukkan bahwa keluarga selalu mengawasi mereka dengan sadar dan bijaksana dalam sikap dan tingkah laku kehidupan sehari-hari mereka, menjaga mereka dari pergaulan teman-teman yang menyeleweng dan tempat-tempat yang dapat menimbulkan kerusakan moral. Dengan demikian, jelas bahwa keluarga atau rumah tangga dengan anggota kelompoknya pada dasarnya dapat diidentifikasi sebagai sebuah kelas yang menjalankan proses transformasi perilaku, pengetahuan serta sikap, terutama sikap terampil dan mandiri. Selain itu sebagai sebuah lembaga pendidikan rumah tangga berkepentingan menyediakan pendidikan pra-nikah agar keharmonisan yang telah dicapai dapat diwariskan kepada generasi sesudahnya.49 Ada banyak problema yang bisa dijadikan bahan ajar terhadap remaja-remaja yang beranjak dewasa di dalam keluarga sebagai bekal bagi mereka ketika berumah tangga.

48

Zakiah Daradjat, op.cit., h. 47 49

Isyu-isyu kekerasan dalam rumah tangga, perilaku seks remaja dan akibatnya, ragam pesoalan suami isteri, pengaturan ekonomi dan pendidikan, perilaku berumah tangga serta memahami hubungan rumah tangga dengan masyarakat semuanya adalah bahan kajian yang bisa ditransfer kepada para remaja dalam rangka mempersiapkan diri mereka munuju gerbang pernikahan.

Dokumen terkait