• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

4.1 Profil Perusahaan

4.1.3 Ciri Program CSR Berbasis Pengembangan Masyarakat

Sasaran dari program pemberdayaan masyarakat yang dijalankan oleh perusahaan adalah masyarakat sekitar tambang yang bermukim di area pertambangan dengan karakteristik masyarakat dibedakan ke dalam tiga kelompok, yaitu:

1. Masyarakat yang terlibat konflik dengan perusahaan; masyarakat kategori ini merupakan masyarakat yang mendapatkan program dari perusahaan agar tidak terjadi gangguan dan hambatan terhadap aktivitas penambangan batu bara. Karakteristik masyarakat seperti ini jika tidak mendapatkan bantuan program maka akan melakukan aksi profokasi dan demo yang dapat menghambat kelancaran operasi pertambangan.

2. Masyarakat yang telah memiliki modal sosial untuk diberdayakan, biasanya masyarakat pendatang, transmigran dan pelaku UKM yang telah memiliki usaha. Karakteristik masyarakat seperti ini penting untuk mendapatkan

bantuan program agar mampu menjadi motivasi dan dorongan bagi masyarakat lain untuk maju dan berkembang. Masyarakat pendatang biasanya berasal dari pulau Jawa yang melakukan transmigrasi ke Kalimantan Selatan. Karakteristik masyarakat seperti ini memiliki modal sosial berupa keterampilan bercocok tanam dan berternak yang bagus karena pengalaman mereka saat berada di Pulau Jawa. Berbeda dengan sebagian karakteristik warga asli pribumi yang cenderung menyukai pekerjaan sebagai penebang kayu di hutan karena mereka dapat menjual hasilnya secara langsung dan mendapatkan uang secara tunai. Kondisi tersebut berbeda jika mereka harus bertani dan beternak yang membutuhkan waktu relatif lama (rata-rata 4 bulan/panen). Hal inilah yang mendorong sebagian besar penerima program AHPB adalah warga pendatang (transmigran). 3. Masyarakat yang tidak berdaya dan terbatas akses menuju kesejahteraan

yaitu masyarakat yang memiliki karakteristik masyarakat miskin, masyarakat adat terpencil, dan masyarakat dengan tingkat pendidikan dan pendapatan rendah. Kategori masyarakat seperti ini merupakan sasaran dari program sehingga diharapkan nantinya mereka meningkat kesejahterannya.

4.1.3.2 Community Development, Tenaga Pendamping dan Tim Teknis AHPB

Konsultan pendamping merupakan sarjana pertanian, sarjana peternakan dan sarjana perikanan dengan status magang dan melakukan pendampingan kepada petani binaan. Konsultan pendamping wajib melakukan peninjauan dan pemantauan kegiatan petani. Hasil pemantauan selalu dilaporkan kepada dosen selaku konsultan teknis (tenaga ahli).

Dosen Unlam sebagai tenaga teknis dan juga tenaga ahli yang berasal dari perguruan tinggi yang berlokasi di Banjarmasin, minimal dua minggu sekali melaksanakan kunjungan lapang untuk memberikan bimbingan dan konsultasi kepada para petani binaan. Tim Community Development PT Arutmin Satui Mine bekerja sama dengan dua orang dosen pertanian, dua orang dosen perikanan dan satu orang dosen peternakan konsultan teknis program AHPB. Kerjasama yang dilakukan berupa diskusi dan penerimaan laporan mengenai kegiatan AHPB dari tim teknis. Tidak jarang ketika dilakukan kunjungan teknis lapang tim Comdev

juga turut serta sehingga dapat memantau secara langsung kegiatan AHPB di lapang.

Pendampingan dan bimbingan secara intensif yang dilakukan, diharapkan kegiatan petani binaan selalu terpantau untuk mencegah gagal panen yang akan berdampak pada gagalnya petani untuk membayar pinjaman kepada BMT Agro Banua. Kesuksesan panen petani binaan akan berdampak pada pengembalian dana bergulir dari BMT Agro Banua.

4.1.3.3 Community Relasion dan Pengaman Tambang (Kopel)

Satuan tugas lapang PT Arutmin Indonesia Satui Mine ada yang dikenal dengan Community Relasion (Comrel) dan Pengaman Tambang (Kopel). Selain Comdev, Comrel dan Kopel lah yang berhubungan langsung dengan msyarakat. Sebagai satuan tugas lapang, Comrel dan Kopel memiliki tugas sebagai berikut: 1. Jembatan penghubung antara kepentingan perusahaan dan masyarakat. Jika

terjadi konflik antara perusahaan dan masyarakat maka Comrel akan bernegosiasi langsung kepada sumber konflik untuk memperoleh solusi yang diinginkan oleh kedua belah pihak agar mining operation perusahaan dapat berjalan dengan lancar.

2. Melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat, tokoh agama, pemerintah lokal, dan LSM untuk menyerap informasi sebagai antisipasi segala kemungkinan yang dapat mengganggu jalannya mining operation perusahaan.

3. Sebagai intelejen dalam melindungi keamanan mining operation.

4. Rutin melakukan sosialisasi kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan dampak mining operation bagi masyarakat.

5. Sebagai pengaman tambang, Kopel berfungsi sebagai self defense dengan tugas utama pengaman tambang.

6. Cara lama gangguan terhadap mining operation harus dicegah sejak dini, sehingga segala perundingan konflik perusahaan dan masyarakat bisa dilaksanakan dengan sopan santun elegan dan tidak merugikan kedua belah pihak.

4.1.3.2 Alokasi Dana Comdev Satui

Perusahaan telah mengalokasikan dana tersendiri untuk kegiatan program pengembangan masyarakat yang dilakukan. Alokasi dana tersebut dipergunakan dalam berbagai bidang kegiatan, yaitu pengembangan ekonomi (31%), infrastruktur fasilitas sosial dan fasilitas umum masyarakat (27%), sosial dan keagamaan (10%), kesehatan masyarakat (12%), pendidikan (12%), dan donasi (8%). Alokasi dana untuk pengembangan masyarakat paling besar karena sesuai dengan fokus utama dari program pengembangan masyarakat perusahaan adalah pengembangan ekonomi yang dimulai sejak tahun 2007 dengan program Aku himung Petani Banua (AHPB).

Program pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh perusahaan dapat dianalisis dengan tiga unsur dasar yang mencirikan program pengembangan masyarakat Menurut Glen (1993) dalam Adi (2003) yang dilihat dari tujuaannya, proses pelaksanaannya, dan praktisi.

Program pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh perusahaan, dilihat dari tujuaannya seharusnya mengembangkan kemandirian dan pada dasarnya memantapkan rasa kebersamaan sebagai suatu komunitas berdasarkan basis ketetanggaan. Program pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh PT Arutmin belum sepenuhnya mampu membuat masyarakat mandiri dan menciptakan kebersamaan sebagai suatu komunitas. Dalam temuan di lapang, terdapat beberapa kelompok binaan yang kebersamaannya kurang. Hal ini terlihat dari tidak berjalannya agenda kerja kelompok dan antar anggota kurang memiliki rasa kepercayaan dan kepedulian.

Proses pelaksanaannya melibatkan kreatifitas dan kerjasama masyarakat ataupun kelompok-kelompok dalam masyarakat. Program AHPB sebagai program pengembangan ekonomi masyarakat menuntut adanya kerjasama dan kreatifitas. Perusahaan melihat masyarakat sebagai masyarakat yang potensial kreatif dan kooperatif terhadap upaya-upaya kolaboratif dan pembentukan identitas komunitas. Identitas dalam program AHPB adalah identitas kebanggaan sebagai orang “Banua” yang memajukan Banua melaluai pertanian, peternakan, dan perikanan.

Sampai sejauh ini kolaborasi yang terbangun antara kelompok di dalam masyarakat belum sepenuhnya baik, hal tersebut terlihat dari belum adanya suatu forum atau wadah yang memfasilitasi mereka untuk bertemu dan berdiskusi. Sehingga ada kelompok yang berkembang dan ada pula kelompok yang belum mampu berkembang. Salah satu kelompok binaan PT Arutmin yang sudah mampu berkembang adalah kelompok Tani Pelopor yang diketuai oleh bapak Sunatur. Kelompok ini sudah tercatat secara resmi di dinas pertanian setempat dan pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah. Setiap minggunya diadakan pertemuan anggota untuk membicarakan perkembangan usaha dari masing-masing anggota. Jika ada kendala-kendala dibahas bersama, namun jika ada masalah yang tidak mampu diselesaikan oleh kelompok maka akan meminta bantuan kepada perusahaan.

Praktisi, dalam hal ini CD Worker menggunakan pendekatan masyarakat yang bersifat non-directif. Peran CD sebagai pemercepat perubahan (enabler), pembangkit semangat (encourager), dan pendidik (educator). Hal tersebut lah yang dilakukan oleh para CD Worker PT Arutmin. Sebagai pendidik, sebaiknya CD Worker perusahaan juga dibekali dengan keterampilan dan pengetahuan mengenai kegiatan pertanian, perikanan dan peterrnakan sehingga mereka dapat memberikan informasi dan masukan kepada masyarakat.

Secara rinci, ciri-ciri program pengembangan masyarakat di PT Arutmin dapat diuraikan sebagai berikut:

4.2 Gambaran Umum Program Aku Himung Jadi Petani Banua (AHBP)

Program ini dilaksanakan dengan spirit untuk menumbuhkan kemandirian masyarakat agar tidak bergantung pada kegiatan mining operation, sehingga diharapkan pada saat pasca tutup tambang masyarakat lingkungan tambang tetap dapat melanjutkan aktivitas perekonomiannya. Program ini terdiri dari program pengelolaan sumberdaya alam pertanian, peternakan, dan perikanan yang dilaksanakan oleh para petani binaan yang tersebar di desa-desa sekitar tambang. Program ini telah dilaksanakan sejak 2007 dengan total biaya yang telah digulirkan mencapai Rp.970.000.000. Sejauh ini telah terbina 74 petani, 22

peternak dan 34 pembudidaya ikan yang terdiri dari para petani dari desa-desa lingkungan tambang. Program Aku Himung Jadi Petani Banua terdiri dari program pelatihan, pendampingan teknis, pemberian modal produksi, konsultasi peningkatan produksi, pinjaman dana bergulir, penyegaran pengetahuan teknis budaya, pengelolaan pasca panen dan pemasaran.

Selain menerima bantuan berupa modal produksi (bibit, pupuk, dan pakan), peserta juga mendapatkan pelatihan dan pendampingan berkala sesuai dengan program yang diterimanya. Pendampingan dilaksanakan melalui mekanisme kunjungan dan pemantauan 1 minggu sekali, dan pelatihan dilaksanakan 2 minggu sekali hingga satu bulan sekali, tergantung dari jenis usaha yang dilaksanakannya. Pendampingan umumnya berupa bimbingan teknis, manajemen dan keuangan.

Masyarakat dikelompokkan sesuai dengan bidang usahanya dan diarahkan untuk membentuk koperasi. Pola pemberdayaan petani AHPB dikembangkan melalui dibentuknya Koperasi Pertanian Agro Banua Manunggal untuk mewadahi para petani, Koperasi Perikanan Bangun Baimbai untuk mewadahi pembudidaya ikan dan Koperasi Peternak Bina Banua untuk mewadahi para peternak. Menurut M.Soegiannor (koordinator pendampingan program AHPB PT Arutmin Indonesia Satui Mine), pengembangan program Aku Himung Petani Banua melalui pemberdayaan koperasi merupakan stimulus bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia antar petani peserta program. Dengan pola koperasi, diharapkan bisa menjadi wadah interaksi para petani, para peserta program bisa mendapatkan kemudahan dalam mendapatkan akses simpan pinjam permodalan, kemudahan kredit pakan atau pupuk dam terjaminnya pemasaran produk.

Dokumen terkait