• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

4.1 Profil Perusahaan

4.1.2 Ruang Lingkup Program CSR PT Arutmin

I. Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang penting bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Jika ingin maju maka dukungan kualitas pendidikan merupakan jalan menuju kemajuan yang diharapkan. Kondisi pendidikan masyarakat sekitar tambang rendah, hal ini terbukti dengan kondisi pendidikan di daerah pertambangan Satui Mine. Sebagian besar masyarakatanya hanya sampai mengenyam pendidikan Sekolah Dasar (SD). Minimnya fasilitas pendidikan (sekolah), mahalnya biaya pendidikan dan jauhnya jarak yang harus ditempuh serta kurangnya dukungan sarana transportasi membuat rendahnya sebagian besar pendidikan masyarakat sekitar tambang. Hal inilah yang mendorong PT Arutmin Indonesia Satui Mine untuk memajukan pendidikan di wilayah sekitar tambang dengan beberapa kegiatan (program) di bidang pendidikan.

Adapun program pendidikan yang dilakukan adalah: 1) memberikan bantuan Bus Sekolah gratis sebagai sarana transportasi antar jemput sekolah. Keberadaan bus sekolah menguntungkan bagi para siswa karena mereka tidak perlu kuatir lagi untuk datang ke sekolah walaupun jaraknya yang jauh. Sampai saat ini jumlah bus sekolah yang ada sebanyak dua buah bus yang biasanya beroperasi pada pagi hari dan siang hari. 2) membangun dua buah gedung sekolah dasar yang 100 persen pembiayaannya dibiayai oleh PT Arutmin Indonesia Satui Mine yang berlokasi di kampung Lokpadi dan KM 29. Selain membiayai pembangunan, gaji guru tiap bulan dibayarkan oleh perusahaan.

II. Pemberdayaan Ekonomi

Program pengembangan masyarakat yang menekankan pada pemberdayaan ekonomi mulai dicanangkan pada awal tahun 2007 dengan membuat program Aku Himung Petani Banua (AHPB). Program ini memiliki tiga bidang usaha utama yaitu usaha pertanian, peternakan, dan budidaya perikanan. Pada tahap awal program AHPB peserta program diberikan pelatihan teknik budidaya ikan, teknik bercocok tanam, dan teknik berternak. Dalam pelatihan biasanya dihadiri oleh tiga stakeholder yaitu pihak perusahaan sendiri yang diwakili oleh tim Comdev PT Arutmin Indonesia Satui Mine, tenaga ahli yang berasal dari dosen Universitas Lambung Mangkurat dan PNM serta masyarakat sebagai peserta pelatihan dari bidang perikanan, peternakan, dan pertanian.

Program AHPB ditunjang oleh pembentukan lembaga-lembaga seperti BMT Agro Banua, Penyewaan Al-Sintan, pabrik pakan dan pupuk, serta Kios Tani Agro Banua. Masing masing lembaga di bina oleh Comdev PT Arutmin Indonesia Satui Mine dan juga perusahaan sebagai penyedia modal dan menggaji karyawan. Penjelasan masing-masing lembaga sebagai berikut:

1. BMT Agro Banua: diawali dengan adanya permasalahan yang dihadapi mitra binaan PT Arutmin Indonesia Satui Mine dalam program pelatihan Aku Himung Patani Banua dalam mengakses pembiayaan untuk modal kerja, dikarenakan pihak permodalan (bank, koperasi dan lembaga keuangan lainnya) melihat terlalu besar resiko kerugian yang akan terjadi jika ber-investasi langsung ke pelaku usaha pertanian atau sektor agro (peternakan dan perikanan) sehinga dibentuklah Baitul Mal wat Tamwil (BMT Agro Banua).

2. Peyewaan Al-Sintan adalah lembaga yang bertugas menyediakan kebutuhan penyewaan alat berat bagi pertanian, misalnya menyediakan penyewaan alat traktor yang digunakan untuk membajak lahan sebelum ditanami.

3. Pabrik pakan dan pupuk menyediakan kebutuhan pupuk dan pakan bagi peserta binaan dan juga memasok kebutuhan pupuk dan pakan ke Koperasi Agro Banua. Pabrik pakan dan pupuk dikelola oleh Kios di bawah naungan

PT Arutmin Indonesia dengan mempekerjakan masyarakat sekitar perusahaan.

4. Kios Tani Agro Banua merupakan penyedia kebutuhan pertanian, peternakan dan perikanan seperti pupuk, bibit, obat-obatan, pestisida, alat-alat petanian dll.

Lembaga-lembaga yang ada di atas berada dalam naungan PT Arutmin Indonesia Satui Mine yang dikhususkan untuk menyukseskan program pemberdayaan khususnya program AHPB. Lembaga-lembaga tersebut saling berkaitan satu sama lain, dimana peserta program AHPB yang akan memulai usahanya dapat melakukan pinjaman modal kepada BMT Agro Banua. Pinjaman yang diberikan oleh BMT Agro Banua bukan berbentuk uang tetapi berupa kebutuhan usaha seperti pakan, bibit dan pupuk. Setelah modal pinjaman disetujui oleh BMT Agro Banua maka peserta akan mendapatkan bibit, pupuk, dan pakan dari Koperasi Agro Banua. BMT membayar langsung kepada koperasi berupa uang tunai sebesar dana yang dipinjam. Peserta program yang meminjam akan membayar kepada BMT dengan sistem bagi hasil yang dapat dibayar setelah usaha menghasilkan.

III. Infrastruktur

Pembangunan infra struktur menjadi salah satu program CSR PT Arutmin Indonesia Satui Mine selain program-program pengembangan masyarakat lainnya. Infra struktur yang telah dibangun dengan bantuan perusahaan adalah jembatan, jalan, gedung sekolah, dan bangunan masjid. Khusus untuk bangunan masjid sebagai sarana ibadah, perusahaan memiliki komitmen untuk merealisasikan satu masjid setiap tahun dengan biaya 100 persen PT Arutmin indonesia.

Berdasarkan ruang lingkup program pengembangan masyarakat yang dikemukakan oleh Budimanta dkk. (2008), maka program pengembangan masyarakat perusahaan dapat dikategori berdasarkan tiga kategori, yaitu 1) Community Relation, 2) Community Service, dan 3) Community Empowering. Kegiatan program pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh PT Arutmin masih menunjukkan tiga kategori tersebut, namun di dalamnya terdapat Comunity Development.

Community Relation

Program perusahaan dilakukan dengan pengembangan kesepahaman melalui komunikasi dan penyampaian informasi kepada pihak-pihak yang terkait. Bentuk program yang dilakukan masih berupa bentuk kedermawanan (charity), misalnya bantuan sembako dan uang tunai saat hari raya, bantuan korban bencana alam, serta pembangunan infra struktur.

Program yang dijalankan bersifat charity karena swadaya masyarakat kurang di dalamnya baik dalam hal swadaya pendanaan maupun partisipasi dalam pembangunannya. Hal ini membuat masyarakat merasa ketergantungan kepada perusahaan dan perasaan kurang memiliki. Hal itu terlihat ketika ada kerusakan pada bangunan masyarakat tidak berswadaya untuk berusaha memperbaikinya namun melaporkannya dan meminta bantuan kepada perusahaan. Pada kategori ini, dapat dirancang suatu program yang dapat menciptakan hubungan yang lebih mendalam dengan masyarakat dengan mengetahui kebutuhan-kebutuhan dan masalah-masalah yang ada di komunitas lokal, sehingga perusahaan dapat menerapkan program selanjutnya.

Community Services

Berupa pelayanan perusahaan untuk memenuhi kepentingan komunitas ataupun kepentingan umum. Dalam kategori ini bentuk program yang dilakukan oleh perusahaan adalah pembangunan secara fisik sektor kesehatan, keagamaan, pendidikan, transportasi, dan sarana umum lainnya. Sektor kesehatan perusahaan membangunkan Posyandu yang tersebar di beberapa desa sekitar tambang. Sektor keagamaan, perusahaan membangunkan masjid sebagai sarana ibadah bagi umat Muslim, bahkan perusahaan memiliki program setiap tahunnya membangunkan satu buah masjid dengan 100 persen biaya dari perusahaan. Sektor pendidikan perusahaan membangunkan gedung sekolah, sedangkan untuk transportasi perusahaan membeli dua bus untuk antara jemput siswa yang bersekolah serta membangunkan jembatan untuk mempermudah akses jalan.

Selama ini, kebutuhan yang ada di komunitas dan pemecahan masalah yang ada di komunitas dilakukan oleh komunitas sendiri, dan perusahaan sebagai fasilitator dari pemecahan masalah yang ada di komunitas. Kebutuhan yang ada dianalisis oleh para community officer dari perusahaan.

Community Empowering

Program pengembangan masyarakat “Aku Himung Petani Banua” masuk kepada kategori community empowering. Kategori ini memberikan akses yang luas kepada komunitas untuk menunjang kemandiriannya, misalnya saja dengan dibentuknya koperasi Agro Banua dan lembaga keuangan BMT Agro Banua yang memfasilitasi mereka untuk pemenuhan kebutuhan usaha.

Sejauh ini, masyarakat belum mampu mandiri meskipun telah dibangun koperasi dan lembaga keuangan mikro, ketergantungan masyarakat terhadap bantuan dari perusahaan masih cukup tinggi. Hal tersebut terlihat dari harapan masyarakat yang masih menginginkan bantuan dari perusahaan berupa bantuan uang.

4.1.3 Ciri Program CSR Berbasis Pengembangan Masyarakat

Dokumen terkait