• Tidak ada hasil yang ditemukan

commit to user d. Nilai Pendidikan Sosial

Dalam dokumen Anang Sudigdo S.841108043 (Halaman 177-185)

Nilai pendidikan sosial adalah hubungan antar manusia.Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan manusia lain, meskipun pada dasarnya dalam diri manusia terdapat sifat individu yang senantiasa inginmengutamakan kepentingannya sendiri.

Sementara Mustari (2011: 136) norma sosial merupakan perilaku standard yang disetujui bersama anggota suatu kelompok dan anggota kelompok itu diharapkan akan mematuhinya. Sebagai tingkah laku standard, norma sosial merupakan peraturan yang ditentukan dan disetujui oleh sebagian besar anggota masyarakat mengenai layak atau tidaknya suatu tingkah laku. Pada umumnya, norma sosial merupakan suatu garis paduan bagi anggota masyarakat ketika menghadapi keadaan tertentu.

Nilai pendidikan sosial yang terkandung dalam novel Ruma h di seribu Ombak yaitu persahabatan yang tulus walaupun berbeda agama, serta kehidupan masyarakat Bali yang hidup rukun dan saling membantu walupun berbeda agama. Di sekolah, terlihat anak-anak yang sedang kerja bakti membersihkan ruang kelas dan pekarangan sekolah. Tong pembuangan sampah, sapu lidi, dan serokan tanah bergeletakan bekas dipakai. Aku memang sengaja terlambat datang agar tak harus ikut membersihkan lapangan dan halaman sekolah. Sudah terbayang banyaknya sampah dan bau menyengat dari selokan yang sering mampet, di lapangan depan kelasku. Kerja bakti dilanjutkan ke kelas dan ruang guru. Setelah kusadarkan si Perak, kuajak Yanik ke kelas yang bangku-bangkunya sudah dikeluarkan dari ruangan. (Rumah di Seribu Ombak: 95).

Nilai pendidikan sosial yang terkandung dalam kutipan di atas adalah anak-anak di sekolah menjalankan kerja bakti. Kerjabakti merupakan kegiatan sosial yaitu secara bersama-sama membersihkan lingkungan sekolah.

commit to user

Kutipan lain yang mengandung nilai pendidikan sosial yaitu:

“Singaraja itu punya arti khusus buat Ayah,” katanya suatu kali usai kami mengaji di masjid, di dekat rumah kami. “Ayah tidak pernah melihat kampung yang isinya orang-orang yang taat ibadah, setia pada Tuhannya, tapi juga bisa toleran terhadap pemeluk agama lain,” tambahnya. (Rumah di Seribu Ombak: 35-36).

Nilai pendidikan sosial yang terkandung dalam kutipan tersebut bahwa warga Singaraja hidup bertoleransi terhadap pemeluk agama lain.

Di kebun kelapa milik Nyoman Merdika kulihat sekitar 15 orang bergerombol menenteng tombak bambu, pemukul kayu, parang, dan kentongan. Mereka rata-rata berusia tiga puluh hingga empat puluh tahun dan merupakan anggota seka semal dari banjar tempat tinggal Nyoman Merdika. Sementara beranjak lima meter dari anggota seka semal berdiri sekitar 20 orang anak-anak seusiaku yang merentang jaring dari arah utara mengitari orang dewasa yang siap menggebuk semal yang loncat dari atas pohon kelapa. Anak-anak inilah penggembira yang tugasnya mencegat tupai dengan rentangan jaring dan membuat tupai turun dari pohon dengan memukul tetabuhan seribut mungkin. (Rumah di Seribu Ombak: 76). Kutipan di atas menjelaskan anggota seka semal bekerja sama untuk memburu sema l (tupai) di kebun milik Nyoman Merdika karena semal tersebut telak merusak kebun kelapa. Anggota seka sema l terdiri sekitar 15 orang berusia sekitar tiga puluh tahun ditambah sekitar 20 anak-anak. Anggota seka sema l

bergerombol menenteng tombak bambu, pemukul kayu, parang dan kentongan. Anak-anak dalam pemburuan tupai, mereka merentangkan jaring dan memukul tetabuhan seribut mungkin agar tupai turun dari pohon kelapa.

Setelah ditinggal ayahnya, Yanik tinggal bersama ibunya di rumah yang tak seberapa besar. Aku yang penasaran kenapa ia tidak bersekolah, akhirnya tahu bahwa Yanik putus sekolah karena ayahnya tak mampu membayar uang sekolah. Ibunya hanya bisa berjualan kain dan barang suvenir di Pantai Lovina. Sesekali, ia juga jadi pekerja sambilan di pembakaran batu bata. Kata Yanik, ia tidak punya saudara lagi yang bisa dimintai bantuan. (Rumah di Seribu Ombak: 28).

commit to user

Kehidupan status sosial Yanik dijelaskan sangat sederhana. Yanik harus putus sekolah karena ayahnya tidak mampu membayar uang sekolahnya. Ibunya hanya bisa berjualan kain dan barang suvenir di Pantai Lovina.

Hati siapa yang bisa tahan mendengar sekitar dua ratus orang meninggal seketika, berbarengan kena ledakan bom. Sebagian dari mereka ditemukan dalam keadaan badan yang tak lagi utuh. Bahkan, sulit dikenali. Aku yakin, Ayah dan tetangga-tetanggaku yang semalam bergerombol membahas kejadian di Legian, tak mampu menahan ngilu melihat gelimpangan mayat yang tersaji di Koran hari itu. (Rumah di Seribu Ombak: 179).

Kutipan tersebut menjelaskan bahwa, tokoh dalam cerita mempunyai kepedulian sosial terhadap korban ledakan bom di Legian, Kuta. Kutipan nilai pendidikan sosial lain yaitu:

Kabar kembalinya Yanik dan ibunya ke Kalidukuh menyebar cepat. Sekejap, orang-orang yang dulu membicarakan dan sempat lupa akan keberadaannya, kini mengingatnya kembali. Beberapa orang mendadak meluangkan waktu memenui Yanik. Entah sekedar menanyakan kabar, atau menawarkan bantuan. Simpati berdatangan karena peristiwa masa lalu Yanik, yang dianggap sebagai bagian dari kesalahan pengawasan masyarakat sekitar terhadap salah satu anggotanya.

Ada saja yang dibawa tetangga Yanik, untuk menunjukkan simpai kekerabatan mereka. Mulai dari beras hingga makanan jadi dan kain untuk Me Yanik. Semuanya disampaikan secara tulus. Seolah-olah mereka ingin menunjukkan bahwa penderitaan Yanik adalah bagian dari mereka juga. (Rumah di Seribu Ombak: 351).

Tetangga Yanik perhatian dan simpati pada Yanik dan Me Yanik. Mereka meluangkan waktu untuk menanyakan kabar dan menawarkan bantuan. Mereka juga datang dengan membawa beras hingga makanan jadi serta kain untuk Me Yanik. Mereka memberikan dengan tulus. Mereka juga ingin menunjukkan bahwa penderitaan yang dialami Yanik adalah bagian dari mereka juga.

Rasa saling tolong-menolong sangat patut diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan dasar saling menolong maka dalam kehidupan sosial akan

commit to user

terjalin hidup rukun dan tentram. Manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia merupakan mahkluk sosial yang saling membutuhkan bantuan orang lain. Nilai pendidikan sosial yang menerapkan sikap saling menolong yaitu, terdapat pada kutipan berikut.

Mendengarkan gegurita n akhirnya jadi kegemaran baru kami.

Yanik sibuk mencari-cari bahan dan orang yang bisa dimintai tolong mengajariku. Setiap mendapat informasi, ia langsung mengabari. Semangatnya malah kelihatan melebihi semangatku.

Suatu sore, ia memberi informasi yang kuanggap penting.

“Samihi, kita harus cari tempat orang pioda lan. Di pioda lan, biasanya ada yang mengkidung,” tuturnya.

Berdua, kami mulai mencari pidola n. Upaya kami tak terlalu sulit karena hampir tiap minggu ada saja pidola n yang diadakan di satu pura atau

banja r. (Rumah di Seribu Ombak: 57-58).

Kutipan tersebut menjelaskan bahwa, Yanik telah menolong Samihi yang akan berlomba mengaji. Yanik membantu Samihi untuk mencari tempat-tempat diadakan pioda lan. Piodalan yaitu hari berlangsung suatu acara keagamaan.

Pioda lan biasanya dilaksanakan di pura atau banja r. Dalam acara piodola n

biasanya ada yang menkidung. Mengkidung yaitu menyanyikan lagu untuk dewa. Dari mengkidung Samii bisa menyimak teknik menyanyi tersebut.

“Ngapain kau di sini, Nik?” tanyaku keheranan.

“Menjemputmu Sami, kau lupa kita harus ke Desa Kalianget?

Kita harus jalan sekarang juga, aku sudah membuat janji ketemu dengan si suara emas dari Karang Asem,” katanya.

“Tadi, kau yang membisikkan jawaban kepadaku, ya?”

Yanik tersenyum-senyum tidak jelas ketika tahu aku sudah sadar dia-lah yang memberi contekan. (Rumah di Seribu Ombak: 85).

Nilai pendidikan sosial pada kutipan di atas yaitu, Yanik membantu samihi belajar teknik vocal. Yanik mengajak Samihi untuk bertemu dengan suara emas dari Karang Asem.

commit to user

“Kalian anak Temukus, kan? Jangan berbuat onar di kampung ini, ya. Saya tidak akan segan-segan mengadukan ke Kelia n Desa di sana,” kata Ngurah Panji tegas seraya mengusir mereka dari hadapan kami.

Tiga orang yang ingin mencuri sepedaku berjalan tertatih kearah ujung pantai menuju jalan besar.

Si anak tanggung yang menolongku, berlalu di sebelah kiriku seolah tak terjadi sesuatu apa pun. Ia hanya melirik dan mengangguk kepadaku sambil mengusap memar di pipinya.

“Bli, tunggu. Terima kasih sudah menolong tadi,” kataku sambil menyorongkan tangan, yang langsung dijabatnya. (Rumah di Seribu Ombak: 24-25).

Nilai pendidikan sosial yang terdapat dalam kutipan di atas yaitu, Ngurah Panji telah menolong Samii dari tiga anak dari desa Temukus yang ingin mencuri sepeda Samii.

Aku merasa terusik, lalu dengan reflex kubelokkan sepeda kea rah tadi aku datang. Kukayuh sadel sepeda dengan mantap.

Aku harus kembali, menolong Yanik di sana. Aku bukan pengecut, batinku bicara.

Sepeda kukayuh sama kencangnya seperti saat kabur dari tempat pemandian. Rasa was-was dan rasa bersalah menumpuk jadi satu. Mengarahku untuk segera menyelamatkan Yanik dari cengkeraman orang-orang yang telah menzalimi-nya. (Rumah di Seribu Ombak: 155).

Kutipan di atas menjelaskan bahwa, Samihi bukan seorang pengecut. Sami ingin menolong Yanik dari cengkeraman orang-orang yang telah menzaliminya. Kutipan lain yaitu:

Suara sirene ambulans makin riuh, menandakan bala bantuan mulai berdatangan. Sirene polisi bersahutan dengan teriakan para penolong yang mencoba menyeret korban dari dalam gedung. Aku merinding melihat di layar TV ada beberapa orang asing yang berlarian panik dengan setengah badan penuh luka bakar. Beberapa petugas yang memakai seragam putih dengan palang merah di dada tampak tergopoh-gopoh menggotong tandu yang isinya seorang wanita asing yang lengannya berlumuran darah. Darah segar menetes menceceri jalan beraspal yang dilewati tandu itu. Wanita itu meraung-raung kesakitan, tubuhnya dipegangi beberapa orang yang bajunya sudah berlumur darah korban. Mereka menahan tubuh korban yang meronta-ronta sekuat tenaga, lalu diam kehilangan tenaga. Semakin lengkaplah tragedi itu tergambar di depan mataku. Sungguh sebuah malapetaka yang tak terkira. (Rumah di Seribu Ombak: 177).

commit to user

Nilai pendidikan sosial yang terdapat dalam kutipan tersebut adalah mengajarkan untuk selalu menolong kepada orang yang terkena bencana. Kutipan di atas menjelaskan ambulan dan polisi serta warga setempat telah berdatangan untuk menolong korban bom di Legian, Kuta. Para penolong menyeret korban dari dalam gedung. beberapa orang asing yang berlarian panik dengan setengah badan penuh luka bakar. Beberapa petugas yang memakai seragam putih dengan palang merah di dada tampak tergopoh-gopoh menggotong tandu berisi korban yang lengannya berlumuran darah.

e. Nilai Pendidikan Moral

Moral merupakan tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari nilai baik-buruk, benar dan salah berdasarkan adat kebiasaan di mana individu itu berada. Nilai moral dalam karya sastra bertujuan untuk mendidik manusia agar mengenal nilai-nilai estetika dan budi pekerti. Nilai pendidikan moral yang di sampaikan Erwin Arnada melalui novel Ruma h di Seribu Ombak adalah tentang anak-anak yang jadi korban pedofili. Pada tahun 2008 Erwin Arnada melakukan riset untuk sebuah tulisan tentang Bali. Akhirnya Erwin Arnada ke Singaraja, di sana Erwin Arnada menemukan fakta-fakta bahwa banyak anak yang jadi korban pedofilia dan mendapat perlakuan yang tidak senonoh dari pria dewasa. Melalui novel tersebut Erwin Arnada mencoba ingin mengkomunikasikan lebih luas agar peristiwa kelam tersebut tidak terjadi lagi. (CLHW no. 4).

Di tengah tidur lelapnya, Yanik tak sadar kalau Andrew melihat sebuah kesempatan yang sudah lama ia harapkan sejak berteman erat dengan Yanik. Dan malam itu, kesempatan itu terhidang di depan matanya. Jari jemari Andrew mulai mengelus kaki Yanik, lalu naik ke betis. Yanik, seperti dilumpuhkan oleh mimpi dan tidur lelapnya, tak menyadari bahaya

commit to user

mulai menghampiri. Andrew yang biasanya berlaku sopan dan penuh tata karma dalam memperlakukan Yanik, kini berubah menjadi srigala yang siap menerkam dan melumat mangsanya. Andai Yanik tersadar dari tidurnya, mungkin ia bisa merasakan napas Andrew yang memburu dan tersengal. Mungkin ia sadar akan bahaya di depanya. Namun, Yanik tak bangun. Dan, Andrew melanjutkan elusan jemarinya ke paha Yanik, naik ke pangkal paha. (Rumah di Seribu Ombak: 125).

Kutipan di atas menjelaskan peristiwa kelam yang dialami Yanik saat berteman dengan Andrew. Yaitu saat Yaniktidur lelap, ia tak sadar kalau Andrew memanfaatkan kesempatan itu. Jemari Andrew mengelus kaki Yanik, lalu naik ke betis, ke paha dan naik ke pangkal paha. Yanik kaget ketika terbangun celananya sudah tergeletak di lantai. Andrew sudah menyentuh semua badan Yanik dan mencium dada serta leher Yanik. Yanik sangat takut dengan kejadian tesebut, Andrew membentak Yanik untuk kembali tidur dan memeluknya dari belakang. Akhirnya Yanik pura-pura tidur dan pagi-pagi yanik kabur dari rumah Andrew.

Nilai pendidikan moral yang disampaikan dalam kutipan di atas adalah tentang kerusakan akhlak manusia yaitu tokoh Andrew. Andrew yang merupakan teman Yanik. Yang biasanya berlaku sopan dan penuh tata karma dalam memperlakukan Yanik, kini Andrew berubah menjadi srigala. Di saat Yanik tertidur lelap ia tak sadar kalau Andrew telah lama menunggu kesempatan itu. Kesempatan itu terhidang di depan mata Andrew. Jari jemari Andrew mulai mengelus kaki Yanik, lalu naik ke betis. Andrew melanjutkan elusan jemarinya ke paha Yanik, naik ke pangkal paha. Pesan moral lain yang disampaikan yaitu lebih waspada dan berhati-hati dalam berteman. Tidak semua teman mempunyai niat baik. Terdapat juga teman yang mempunyai niat jahat.

“Barang-barangnya bagus dan mahal,” gumamku ketika melihat satu per satu perabotan di rumah Andrew. Memasuki kamar Andrew, hatiku makin

commit to user

berdebar. Kuingat, ayah ibuku selalu mengajariku sopan santun-kami tak boleh masuk ke rumah orang, apalagi kamar tidur, tanpa izin dan permisi. Yang kami lakukan sekarang, bagiku sudah lewat batas-berlebihan. Namun, bodohnya aku, masih saja menuruti apa yang dilakukan Yanik. (Rumah di Seribu Ombak: 134).

Pesan moran yang disampaikan dalam kutipan tersebut yaitu orang tua mengajarkan sopan santun kepada anaknya. Serta larangan untuk tidak masuk rumah orang lain tanpa izin dan permisi apalgi masuk kamar.

Aku pernah mendengar nasihat tentang rahasia. Nasihat yang disampaikan ibuku sebelum ia sakit-sakitan dan meninggal. Ibuku bilang, mengetahui rahasia orang lain, sama saja dengan memegang amanat suci. Bila berhasil menjaganya, maka engkau telah menunaikan satu ibadah. Kata-kata Ibu inilah yang kuingat ketika Yanik menuturkan sebuah rahasia yang lama dipendamnya siang ini. (Rumah di Seribu Ombak: 117).

Nilai pendidikan moral yang terdapat dalam kutipan tersebut yaitu apabila mengetahui rahasia orang lain harus menjaganya karena itu sama halnya dengan memegang amanat suci bila berhasil menjaganya maka sama halnya telah menunaikan satu ibadah.

Terungkap sudah semua kejahatan yang dilakukan Andrew. Tuturan Yanik ditambah cerita yang lebih detai dan panjang dari si Rambut Jagung membuat Andrew tak bisa mengelak. Ia kelihatan kecewa pada si Rambut Jagung. Barangkali, Andrew tak menyangka, kaki tangannya yang ia percaya membongkar semua perilakunya. Ia terpojok. Mungkin ia merasakan tidak enaknya harus terpojok, tak berdaya dan pasrah di depan orang lain, seperti dirasakan dan dialami Yanik saat ia diseret ke dalam rumah Andrew. (Rumah di Seribu Ombak:217).

Nilai pendidikan moral yang disampaikan dalam kutipan tersebut adalah kejahatan pasti akan terungkap. Bisa saja orang yang telah menjadi kepercayaan dapat membongkar hal yang dirahasiakan.

commit to user

Dalam dokumen Anang Sudigdo S.841108043 (Halaman 177-185)