• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh-Contoh Perkembangan Islam di Indonesia

C Amal Saleh

Pasal 38 Perkawinan dapat putus karena:

B. Contoh-Contoh Perkembangan Islam di Indonesia

Perkembangan Islam di Indonesia, jika dilihat dari ajarannya memiliki ciri tertentu dengan corak budaya lokal. Oleh karena itu, pemahaman keagamaan masyarakat pada setiap daerah terdapat perbedaan. Hal ini menunjukkan bahwa Islam telah ter-Indonesia-kan dengan khazanah budaya lokal.

Jika menyimak pada persebarannya, awal mulanya Islam masuk ke Indonesia melalui daerah perkotaan. Sebagai contoh di Pasai, Demak, Majapahit, Cirebon, dan tempat-tempat lainnya. Dari perkotaan Islam selanjutnya menyebar ke pedesaan. Ketika para mubalig yang melakukan dakwah di wilayah perkotaan tidak memiliki kekuasaan, mereka memilih

untuk keluar dan menyebar menuju desa. Dari sini, Islam yang berkembang di Indonesia kental dengan ciri pedesaan yang kurang dinamis dan cenderung mempertahankan keyakinan pada mitos-mitos tertentu. Inilah sebabnya corak Islam di Indonesia sangat kental dengan tradisi-tradisi lokal.

Sebagai agama yang telah lama hadir di Indonesia dan paling banyak dianut, Islam telah mempengaruhi khazanah budaya bangsa. Kita dapat menemukan perkembangan Islam ini dalam berbagai aspek kehidupan, misalnya bidang pendidikan, seni, hukum, pemikiran, dan organisasi.

1. Ilmu Keislaman

Setelah Islam dianut oleh pejabat kerajaan, para ulama diangkat sebagai penasihat atau hakim kerajaan. Pada saat itu para ulama juga memperoleh kesempatan yang luas dalam menyebarkan Islam. Misalnya, untuk mencetak kader-kader mubalig. Sebagai referensi pengetahuan agama untuk mubalig-mubalig, para ulama menyusun buku dan kitab.

Para ulama dan karya-karyanya yang terkenal pada masa itu antara lain sebagai berikut.

a. Hamzah Fansury yang merupakan tokoh sufi pertama di Indonesia. Ulama yang berasal dari Baros, Aceh ini banyak berjasa dalam pengembangan ilmu pengetahuan, misalnya dengan karyanya yang terkenal Asra-rul ‘A-rifi-n fi- Baya-n ila Sulu-k wat-Tauh.i-d.

b. Nuruddin ar-Raniry, seorang ulama yang berasal dari Aceh Barat, menulis banyak buku.

c. Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, seorang ulama fikih dari

Banjarmasin, Kalimantan, adalah seorang penyusun kitab bernama

Sabi-lul Muhtadi-n.

d. Syamsuddin as-Sumatrani, dengan salah satu karya besarnya adalah

Mir’atul Mu’mini-n.

e. Syekh Ahmad Khatib Minangkabau, ulama tersohor dengan salah

satu karyanya kitab Iz.a-mul Zaglil Kaz.ibi-n fi- Tasyabuhin bis.-S.a-diqi-n.

Perkembangan pengetahuan yang juga tidak kalah penting untuk diperhatikan adalah didirikannya lembaga pendidikan Islam di tanah air. Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional yang mendidik para santri memahami ajaran Islam. Pesantren telah ada sejak lama di tanah air dan tetap bertahan hingga sekarang.

2. Kesenian Islam

Dalam bidang seni, kita perlu meneladani peran para wali yang mampu memasukkan nilai-nilai Islam melalui kesenian. Sebagai contoh, Sunan Kalijaga yang memperkenalkan Islam melalui seni pertunjukan wayang.

Ada banyak bidang seni yang menjadi perhatian para ulama. Dalam bidang seni sastra, ada beberapa ulama yang mampu menuliskan karya yang memiliki corak Islam, seperti hikayat, babad, dan suluk.

Adapun bidang seni arsitektur corak islami dapat dilihat pada bangunan masjid Agung Demak, menara Kudus, masjid Sunan Ampel, Kesepuhan Cirebon, dan masih ada banyak lagi. Semua bangunan tersebut juga tampak sentuhan budaya lokalnya.

Perkembangan kesenian sebagaimana dicontohkan di atas tentu tidak lepas dari kepiawaian para ulama dahulu dalam menyiarkan agama Islam melalui pendekatan-pendekatan yang mudah diterima oleh masyarakat.

3. Hukum Islam

Masuknya para ulama dalam lingkungan kerajaan sebagai penasihat raja memberi kesempatan mereka untuk memasukkan ajaran Islam, misalnya dalam bidang hukum. Oleh karena itu, hukum Islam pernah juga diberlakukan di beberapa kerajaan.

Salah satu contoh adalah di Kesultanan Banjar pernah berdiri Mahkamah Syariah. Pada masa kepemimpinan Sultan Tahmidullah II (1773–1808 M), Kesultanan Banjar menerapkan hukum Islam. Tidak terbatas pada hukum perdata, tetapi juga pada hukum pidana Islam. Untuk melaksanakan hukum tersebut dibentuklah Mahkamah Syariah yang saat itu digagas oleh ulama terkenal bernama Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari.

4. Organisasi-Organisasi Islam

Berdirinya organisasi-organisasi Islam didasarkan pada keinginan umat Islam untuk lepas dari penjajahan. Corak pergerakan organisasi- organisasi Islam sangat beragam mulai yang bercorak keagamaan, sosial, maupun politik.

Organisasi-organisasi Islam yang memberi pengaruh terhadap perkembangan ajaran Islam di Indonesia antara lain Sarekat Dagang In- donesia yang berganti menjadi Sarekat Islam, Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, al-Irsyad, dan Persis.

a. Sarekat Islam

Organisasi ini didirikan pada tanggal 10 September 1912. Sarekat Islam (SI) tumbuh dari organisasi pendahulunya yang bernama Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan oleh Haji Samanhudi.

Sumber: Ensiklopedi Islam 3

▼ Gambar 6.4

Bangunan menara pada gambar di atas tampak ada perpaduan budaya antara Islam dan budaya lain.

Sebenarnya, organisasi itu sudah mulai tumbuh sejak tahun 1909 di bawah pimpinan R.M. Tirtodisurjo yang beranggotakan para pedagang Islam. Organisasi ini untuk masanya sangat modern dengan jumlah anggota menyebar di beberapa kepulauan Nusantara. (Ensiklopedi Islam untuk Pelajar 5. 2001. Halaman 72)

b. Muhammadiyah

Muhammadiyah adalah salah satu organisasi Islam di Indonesia. Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada tanggal 8 Zulhijah 1330 Hijriah (tanggal 18 November 1912). Muhammadiyah dikenal se- bagai organisasi yang telah mengembuskan jiwa pem- baruan pemikiran Islam di Indonesia dan bergerak di berbagai bidang kehidupan umat.

c. Jong Islamieten Bond (JIB)

Jong Islamieten Bond (JIB) merupakan salah satu organisasi Islam yang anggotanya sebagian besar dari golongan elite berpendidikan Barat yang tetap berpegang teguh pada prinsip keislaman. Jong Islamieten Bond (JIB) didirikan di Jakarta pada tahun 1925 oleh para pemuda pelajar Islam. (Ensiklopedi Islam untuk Pelajar 3. 2001. Halaman 61)

d. Nahdatul Ulama

Nahdatul Ulama (NU) secara bahasa berarti kebangkitan ulama. Organisasi ini didirikan pada tanggal 16 Rajab 1344 (31 Januari 1926) di Surabaya atas prakarsa K.H. Hasyim Asy’ari dan K.H. Abdul Wahab Hasbullah. Tujuan didirikan organisasi ini untuk memperjuangkan ber- lakunya ajaran Islam yang berhaluan ahlusunah waljamaah dan menganut mazhab empat, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali, dalam wadah negara kesatuan. (Ensiklopedi Islam untuk Pelajar 4. 2001. Halaman 109–110)

e. Al-Irsyad

Organisasi al-Irsyad bergerak dalam bidang pendidikan dan sosial keagamaan. Organisasi ini didirikan di Jakarta pada tahun 1914. Para pendirinya sebagian besar pedagang, pengusaha, dan ulama keturun- an suku Arab. Di antaranya Ahmad Soorkati, Umar Manggus, Saleh bin Ubaid, Sayid bin Salim Masyhabi, Salim bin Umar Balfas, Abdullah Harharah, Umar bin Saleh, dan Nahdi.

Sumber: Tempo, Edisi 30 Juli–5 Agustus 2001

▼ Gambar 6.5

Muhammadiyah merupakan satu dari organisasi- organisasi Islam yang berkembang di tanah air.

f. Persatuan Islam (Persis)

Organisasi Islam di Indonesia yang mempunyai tujuan utama untuk memberlakukan hukum Islam berdasarkan Al-Qur’an dan hadis di masyarakat. Persis didirikan di Bandung pada tanggal 17 September 1923 oleh K.H. Zamzam. Organisasi ini berusaha keras untuk mengembalikan kaum muslimin pada ajaran Al-Qur’an dan hadis, menghidupkan jihad dan ijtihad, membasmi bid‘ah, khurafat, takhayul, taklid, dan syirik, memperluas tablig serta dakwah Islam kepada segenap masyarakat, mendirikan pesantren dan sekolah untuk mendidik kader Islam. (Ensiklopedi Islam untuk Pelajar 5. 2001. Halaman 16)

g. Persatuan Tarbiyah Islamiah (Perti)

Sebuah organisasi keagamaan yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1930 di Candung (10 km di sebelah timur Bukittinggi). Gagasan untuk membentuk wadah ini dilatarbelakangi oleh perkembangan paham keagamaan di Sumatra Barat pada awal abad XX. Per- kembangan itu digerakkan oleh kaum muda untuk mengubah tradisi, terutama gerakan tarekat.

Beberapa bidang yang telah disebutkan di atas semakin lama mengalami perkembangan. Dengan alasan ini, jelaslah bahwa ajaran- ajaran bersifat terbuka untuk menerima perubahan zaman. Hal ini tentu memudahkan umat Islam dalam menerapkan berbagai ajaran Islam dalam proses pembangunan bangsa.

Peran serta umat Islam dalam pembangunan bangsa tentu sudah tidak diragukan lagi. Semenjak zaman kolonial, umat Islam tampil sebagai penggagas lahirnya kemerdekaan bangsa. Demikian halnya setelah kolonial mampu ditumpas, bukan berarti umat Islam tinggal diam. Umat Islam tetap terus berperan dalam pembangunan, mulai masa Orde Lama, Orde Baru, bahkan Orde Reformasi sekarang ini.

5. Pembangunan Bangsa

Dalam pembangunan bangsa, umat Islam juga memegang peranan yang sangat penting. Sejak masa sebelum kemerdekaan, umat Islam paling terdepan melakukan perjuangan mengusir penjajah.

Sejak zaman penjajah, mulai dari bangsa Portugis, Belanda, Jepang hingga sekutu, umat Islam berada di barisan terdepan dalam perjuangan mengusir penjajah. Bagi umat Islam, mengusir penjajah asing termasuk jihad. Banyak para pahlawan bangsa adalah dari kalangan para pemimpin Islam.

Di antara para pahlawan muslim yang melakukan perlawanan pada masa penjajahan Portugis adalah Sultan Mahmud Syah (1488–1511) saat mengusir mereka dari Bandar Malaka. Perjuangan yang sama juga dilaku- kan oleh Adipati Unus (1513) yang dilanjutkan oleh Sultan Trenggono (1521–1546). Meskipun perjuangan para pejuang muslim belum berhasil,

Selain melalui bidang pedidikan, seni, pemikiran, dan politik Islam juga turut mewarnai pada bidang-bidang lain. Coba Anda tunjukkan pengaruh Islam pada bidang-bidang lain yang Anda ketahui. Untuk memudahkan, Anda dapat merangkumnya dari berbagai referensi, bisa ensiklopedi, buku sejarah, atau internet. Selanjutnya, tulislah informasi penting yang Anda butuhkan dalam tugas sekolah.