• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mengimani Qada dan Qadar Allah

C Amal Saleh

Pasal 38 Perkawinan dapat putus karena:

A. Mengimani Qada dan Qadar Allah

1. Pengertian Iman kepada Qada dan Qadar

Kata qada dan qadar dalam kehidupan kita sehari-hari bukan sesuatu yang asing. Secara bahasa, kata qada berarti keputusan atau ketetapan. Qada secara istilah berarti keputusan atau ketetapan atas suatu rencana Allah Swt. yang hendak dilaksanakan. Kata qadar secara bahasa berarti jangka atau ukuran. Qadar secara istilah mengandung pengertian pelaksanaan dari rencana Allah, baik yang berupa ukuran atas sesuatu atau pelaksanaan ketentuan Allah di dunia ini.

Dengan pengertian di atas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa qada adalah ketentuan Allah Swt. atas segala sesuatu yang di dalamnya terdapat kehendak-Nya sedangkan qadar adalah perwujudan atas kehendak, ukuran, dan ketentuan Allah atas segala sesuatu. Kedua hal tersebut biasa kita kenal sebagai takdir.

Iman kepada qada dan qadar artinya membenarkan dalam hati tentang adanya qada dan qadar Allah kemudian diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan anggota badan. Mengimani qada dan qadar merupakan bagian dari rukun iman sehingga harus kita yakini. Bukti adanya qada dan qadar Allah sebagaimana banyak dijelaskan dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis Rasulullah. (Ensiklopedi Islam. 1993. Halaman 46–47)

2. Contoh-Contoh Qada dan Qadar dalam Ayat-Ayat Al-Qur’an

Agar dapat memahami qada dan qadar secara mendalam, kita perlu memperhatikan beberapa dalil dari Al-Qur’an dan hadis berikut ini.

a. Surah al-Qamar [54] Ayat 49

Inn± kulla syai’in khalaqn±hu biqadar(in).

Artinya: Sungguh, Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran (masing-masing).

Ayat ini dengan jelas me- nyatakan bahwa Allah Swt. telah menciptakan segala se- suatu menurut ukuran (kadar) masing-masing. Apa pun yang diciptakan Allah Swt. seperti yang ada di alam semesta, misalnya bumi, langit, manusia, batu, binatang, hingga atom terkecil telah ditetapkan ukuran- nya. Arti ukuran di sini bisa berarti ukuran besarnya, jumlahnya, kemampuannya, atau sifat-sifatnya.

Sumber: muntohar.files.wordpress.com

Gambar 8.2

Allah telah menciptakan alam semesta dengan ukuran-ukuran tertentu.

b. Surah Ya-si-n [36] Ayat 38

Wasy-syamsu tajr³ limustaqarril lah±, ©±lika taqd³rul-‘azizil-‘al³m(i).

Artinya: Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikian ketetapan/ takdir (Allah Swt.) Yang Mahaperkasa Maha Mengetahui.

Dalam ayat ini Allah Swt. menyatakan bahwa matahari berjalan di tempat peredarannya. Seperti kita ketahui dengan ilmu pengetahuan terkini, matahari, bintang, planet dan setiap benda langit, tidak diam di satu tempat. Setiap benda langit senantiasa bergerak dalam garis edarnya. Ilmu pengetahuan menyebut garis edar ini sebagai orbit.

Adanya garis orbit tersebut menyebabkan setiap benda langit bergerak dengan teratur sehingga tidak bertabrakan satu dengan yang lain. Allah Swt. telah dengan cermat mengatur jarak antarbenda langit dan menentukan jalan edar masing-masing. Jarak dan jalan edar tersebut merupakan takdir atau ketentuan Allah Swt.

3. Surah Al-H.adi-d [57] Ayat 22–23

M± a¡±ba mim mu¡³batin fil-ar«i wa l± f³ anfusikum ill± f³ kitabim min qabli an- nabra’ah±, inna ©±lika ‘alall±hi yas³r(un). Likail± ta’sau ‘al± m± f± takum wa l± tafra¥μ bim± ±t±kum, wall±hμ l± yu¥ibbu kulla mukht±lin fakhμr(in).

Artinya: Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah. Agar Anda tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan- Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri. (Q.S. al-H.adi-d [57]: 22–23)

Ayat ke-22 Surah al-H.adi-d [57] menyatakan bahwa setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa diri kita telah tertulis dalam kitab (lauh mahfud). Dengan kata lain, apa pun yang terjadi di bumi dan pada diri kita sebenarnya telah tercatat di dalam kitab atau lauh mahfud sebelum ditunjukkan oleh Allah dalam kenyataan.

Pernyataan ini memiliki dua makna penting. Pertama, menunjukkan pengetahuan Allah Swt. atas segala sesuatu. Sebagai sebuah urutan kejadian, Allah telah menuliskan apa pun yang akan terjadi di dunia ini dalam sebuah kitab yang dikenal sebagai lauh mahfud atau lembaran yang terjaga. Akan tetapi, hal ini tidak berarti bahwa Allah telah menentukan segala sesuatu yang akan terjadi.

Meskipun Allah telah berkehendak atas sesuatu, Dia masih membuka peluang interaksi dengan manusia sebagai pelaku kehidupannya. Dengan demikian, manusia masih memiliki kesempatan untuk berkontribusi pada sesuatu yang akan terjadi, sedangkan Allah tetap sebagai penentu akhir. Manusia boleh berusaha sekeras dan sebaik yang ia bisa. Akan tetapi, keputusan tetap dalam kekuasaan Allah Swt. Keberhasilan dan kegagalan tidak ditentukan oleh usaha manusia, tetapi atas keputusan Allah Swt.

Hal ini tidak dapat dipahami bahwa manusia tidak perlu berusaha karena yang menentukan pada akhirnya juga Allah Swt. Maksud ayat ini agar manusia tidak bersedih hati atas harapan yang tidak tercapai, meskipun telah berusaha karena hal ini telah menjadi keputusan Allah. Demikian pula sebaliknya, keberhasilan yang kita peroleh pada hakikatnya karena keputusan Allah Swt. dan bukan semata karena kita.

4. Surah Ar-Ra’d [13] Ayat 11

. . . . . . .

. . . Innall±ha l± yugayyiru m± biqaumin ¥att± yugayyirμ m± bi anfusihim . . . .

Artinya: . . . sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri . . .

Ayat ini menyatakan bahwa Allah Swt. tidak akan mengubah keadaan pada diri seorang sebelum berusaha sebaik mungkin untuk mengubah keadaan dirinya sendiri. Dengan penjelasan ayat di atas, menunjukkan adanya hukum sebab akibat dalam penentuan takdir manusia. Contohnya, jika kita mau bekerja dengan sungguh-sungguh, kita akan berubah dari keadaan tidak berpunya menjadi manusia yang sukses.

5. Macam-Macam Qada dan Qadar Allah

Qada dan qadar atau takdir Allah dapat dibagi menjadi dua, sebagai berikut.

a. Takdir Mubram

Takdir mubram adalah takdir yang telah ditentukan Allah secara pasti dan mendasar bagi setiap makhluk. Sebagaimana penjelasan pada ayat-ayat di atas, dapat kita ketahui bahwa penciptaan alam

semesta ini beserta seluruh isi- nya, telah ditetapkan oleh Allah dengan ukuran-ukuran tertentu. Penetapan ukuran-ukuran dan ketentuan ini didasarkan pada kehendak Allah Swt. Misalnya yang berkaitan dengan jenis kelamin manusia, sifat air yang mengalir ke bawah, planet yang beredar dalam orbitnya, dan ber- bagai ukuran serta sifat lainnya. Takdir jenis ini disebut sebagai takdir mubram.

b. Takdir Mu‘allaq

Takdir mu’allaq yaitu takdir yang pelaksanaannya sangat dipengaruhi oleh usaha manusia. Pelaksanaan takdir mu‘allaq ini berlaku menurut hukum sebab akibat (sunatullah) yang ditetapkan Allah bagi kehidupan di muka bumi ini. Allah memberikan kesempatan kepada makhluk-Nya untuk berkreasi dan berusaha sebaik mungkin untuk menyikapi keadaan mereka. Kesempatan ini hanya berlaku bagi manusia dan jin karena akal dan nafsu yang dikaruniakan Allah Swt. kepada keduanya. Dengan akal dan nafsunya, manusia serta jin diberi kebebasan menentukan tindakan yang akan mereka lakukan di dunia ini.

Manusia dan jin dapat berusaha untuk menyikapi keadaan mereka. Akan tetapi, keputusan akhir yang akan terjadi tetap di tangan Allah Swt. Dengan demikian, terjadinya sesuatu bukan berdasarkan rencana Allah Swt. semata, melainkan mengikutkan peran serta manusia untuk menjadi kenyataan. Contoh takdir mu‘allaq adalah hasil yang diperoleh manusia berkaitan dengan kekayaan harta, kepandaian ilmu, kesuksesan hidup, atau kesehatan tubuh.

Dalam menyikapi qada dan qadar, di kalangan umat Islam terdapat tiga pendapat utama sebagai berikut.

1. Pendapat Kelompok Jabbariyah

Pendapat ini meyakini bahwa Allah telah menentukan apa pun yang terjadi di dunia ini. Apa pun bentuknya bahkan setiap langkah tindakan manusia telah ditentukan terlebih dahulu oleh Allah Swt. dan kenyataan yang terlihat hanya perwujudan rencana detail yang telah dirancang oleh Allah Swt. Dalam pendapat ini, manusia tidak lebih dari sebuah boneka berada di tangan seorang anak kecil yang tidak dapat melawan apa pun yang diinginkan si bocah. Aliran ini dikenal sebagai aliran fatalisme.

Sumber: now.cs.berkeley.edu

Gambar 8.3

Air yang selalu mengalir dari atas ke bawah menunjukkan takdir mubram.

2. Pendapat Kelompok Qadariyah

Pendapat ini meyakini bahwa manusia memiliki kebebasan melakukan apa pun yang diinginkannya. Dalam pendapat ini, Allah Swt. tidak ikut campur dalam kehidupan manusia. Dengan demikian, manusia menjadi raja bagi dirinya sendiri. Apa pun yang terjadi pada diri manusia merupakan hasil dari usaha dan tindakan yang dilakukannya di dunia ini. Aliran ini dikenal sebagai aliran free will.

3. Pendapat Kelompok Asy’ariyah dan Maturidiyah

Pendapat ini menyatakan bahwa manusia diberi kebebasan melakukan apa pun yang diinginkannya. Manusia diberi kesempatan membuat rencana dan berusaha sekuat tenaganya untuk mendapatkan apa pun yang diinginkannya. Akan tetapi, pada saat yang sama Allah Swt. yang menentukan usaha manusia itu akan berhasil atau tidak. Dalam pandangan ketiga ini terdapat semboyan yang sangat terkenal, yaitu manusia berusaha Tuhanlah yang menentukan.

Setelah Anda mempelajari pengertian qada dan qadar Allah serta macam-macamnya, perlu menunjukkan contoh-contohnya. Anda dapat menemukannya dalam kehidupan sehari- hari. Perhatikan tugas berikut.

1. Catatlah contoh-contoh takdir mubram dan takdir mu‘allaq yang ada pada diri manusia atau alam ini!

2. Tunjukkan sikap yang benar pada diri kita berkaitan dengan adanya takdir mu‘allaq sebagaimana dicontohkan di atas!

3. Tunjukkan beberapa manfaat dari sikap beriman kepada qada dan qadar Allah Swt.! Selesaikan tugas ini secara pribadi untuk tiap-tiap siswa. Selanjutnya, kumpulkan hasilnya di meja Bapak atau Ibu Guru.