BAB IV HASIL PENELITIAN
4.3 Deskripsi Hasil Penelitian
4.3.5 Coordinating (Pengkoordinasian)
Pengkoordinasian adalah kewajiban yang penting untuk menghubungkan
berbagai kegiatan daripada pekerjaan. Selain itu, koordinasi juga merupakan suatu
usaha yang singkron dan teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat,
dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam
dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan. Pengkoordinasian yang
dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang dalam
mengelola situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur akan dijelaskan
“Koordinasi yang ada diantaranya koordinasi dengan kasi muskala dan jarahnitra serta dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang yang dimana merupakan pengelola situs batu goong namun hanya dalam penganggaran dan juga berkoordinasi dengan juru pelihara situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur. Koordinasi dilakukan agar tidak adanya kesalahpahaman dalam mengelola situs cagar budaya tersebut.” (wawancara dengan Kepala Bidang Kebudayaan, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 11:43 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang) Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa koordinasi yang
dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang ini
diantaranya dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang yang
merupakan pengelola situs batu goong karena situs ini telah diakui oleh
pemerintah pusat dan sudah mempunyai surat keputusan dari Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Peninggalan Sejarah dan Purbakala dan
Permuseuman yang memiliki wilayah kerja Provinsi Banten, Jawa Barat, DKI
Jakarta dan Lampung. Selain berkoordinasi dengan Balai Pelestarian Cagar
Budaya (BPCB) Serang, Bidang Kebudayaan juga berkoordinasi dengan Kasi
Muskala dan Jarahnitra dan juga berkoordinasi dengan juru pelihara yang sudah
diutus secara langsung oleh dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Pandeglang untuk merawat, menjaga, memelihara dan melestarikan situs batu
goong dan komplek makam Syekh Mansyur.
Selain itu pula, mengenai fungsi manajemen tentang pengkoordinasian ini
telah disampaikan oleh I1.3 sebagai berikut:
“Tentang pengkoordinasian, pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang ini hanya berkoordinasi dengan juru pelihara situs batu goong saja, sedangkan koordinasi dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang hanya sesekali dan hanya berkoordinasi jika ada kerusakan.” (wawancara dengan Kasi
Perlindungan, Pengembangan dan Pemanfaatan, hari Rabu, 27 Agustus 2014 pukul 15:55 WIB di Kantor Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang)
Dari hasil wawancara di atas, maka dapat disimpulkan bahwa koordinasi
yang dilakukan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang tersebut
hanya berkoordinasi dengan juru pelihara situs batu goong, sedangkan koordinasi
yang dilakukan kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang
dilakukan hanya seperlunya saja. Bahkan menurut observasi dan wawancara saya
dengan Kasi Perlindungan, Pengembangan dan Pemanfaatan UPT Balai Pelestaian
Cagar Budaya (BPCB) Serang dan juga dengan Kasi Muskala dan Jarahnitra
DInas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang menjelaskan bahwa
pihak yang terkait satu sama lain tidak saling berkoordinasi dengan rutin sehingga
berdampak pada penganggaran kerusakan situs batu goong.
Dalam dimensi pengkoordinasian ini terdapat beberapa indikator yang
saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Indikator itu diantaranya ada
koordinasi tiap lembaga dan koordinasi tiap bagian yang dilaksanakan oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang untuk mengelola situs batu
goong dan komplek makam Syekh Mansyur.
a. Koordinasi tiap lembaga
Koordinas tiap lembaga merupakan kegiatan pekerjaan antar tiap lembaga
atau dinas yang terkait. Manajemen pengelolaan bisa tercapai dengan tujuan jika
dalam koordinasinya juga berjalan dengan baik dan sesuai dengan tugasnya
masing-masing. Seperti koordinasi yang dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan dan
dipaparkan mengenai koordinasi eksternal antar pihak terkait seperti yang
dijelaskan oleh I1.1 sebagai berikut:
“Kalau eksternal kita koordinasi dengan juru pelihara yang ada di lapangan saja, koordinasi tentang adanya kerusakan dan dengan yang lainnya. Kita juga koordinasi dengan arkeolog dan para ahli cagar budaya, koordinasi seputar tentang perbaikan kerusakan saja agar tidak merubah bentuk situsnya. Jika dengan dinas yang lain hanya membutuhkan perbaikan jalan, kita kerjasama juga dengan Dinas PU dan dinas-dinas lainnya yang saling berkaitan. Kemudian kami juga berkoordinasi dengan BPCB Serang tetapi tidak setiap hari dan tidak tiap bulan, seperlunya saja berkoordinasinya.”(wawancara dengan Kepala Bidang Kebudayaan, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 11:43 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang)
Dari hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa koordinasi
ekternal yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupetan
Pandeglang ini dengan para juru pelihara, para arkeolog, dengan dinas-dinas yang
ikut terkait seperti dinas PU (Pekerjaan Umum) dan juga berkoordinasi dengan
Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang. Namun koordinasi yang
dilakukan dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) ini tidak berjalan
secara rutin dan juga hanya berkoordinasi jika ada sesuatu yang sangat genting.
Sedangkan menurut I1.2 memaparkan sebagai berikut:
“Seharusnya kita berkoordinasi dengan BPCB Serang, tapi sampai saat ini setahu saya tidak pernah ada pihak BPCB yang kesini. Paling kita sering koordinasinya dengan para ahli dan arkeolog dari Bandung saja.”(wawancara dengan Kasi Muskala dan Jarahnitra, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 12.03 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang)
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa koordinasi
eksternal ini tidak berjalan dengan baik, karena Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
namun pihaknya tidak pernah datang untuk berkoordinasi secara langsung. Pihak
dinas hanya berkoordinasi dnegan para juru pelihara dan juga para arkeolog,
mereka berkoordinasi seputar kerusakan atau pun yang terkait dengan situs cagar
budaya.
Maka dari kedua wawancara di atas didapatkan hasil bahwa koordinasi
antar lembaga ini kurang terjalin dengan baik. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Pandeglang, khususnya pada Bidang Kebudayaan ini hanya
berkoordinasi dengan arkeolog atau para ahli cagar budaya. Selain itu pula
berkoordinasi dengan dinas-dinas terkait, seperti Dinas PU yang bekerjasama
untuk memperbaiki infrastruktur jalan menuju situs cagar budaya. Koordinasi
antar lembaga lainnya yang penting yaitu antar Balai Pelestarian Cagar Budaya
(BPCB) Serang. Koordinasi ini seharusnya dilaksanakan setiap sebulan sekali
untuk memberi informasi mengenai kerusakan atau penambahan situs cagar
budaya yang ada di Kabupaten Pandeglang. Namun pada kenyataannya, baik dari
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang dengan Balai
Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang tidak rutin berkoordinasi. Hal ini
menyebabkan terjadinya kekeliruan dalam hal pengelolaan cagar budaya,
sehingga situs cagar budaya tersebut banyak yang terabaikan.
Hal lainnya juga dipaparkan oleh I1.3 selaku Kasi Perlindungan,
Pengembangan dan Pemanfaatan UPT Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB)
sebagai berikut:
“Koordinasi eksternal yang kita lakukan disini sama pemerintah daerah yaitu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Tapi kita tidak
setiap saat koordinasi, jika ada kerusakan baru kita koordinasi dengan dinas. Selain itu juga kita koordinasi dengan juru pelihara, kita lebih sering koordinasi dengan juru pelihara saja, sedangkan jika
dengan dinas jarang.” (wawancara dengan Kasi Perlindungan,
Pengembangan dan Pemanfaatan, hari Rabu, 27 Agustus 2014 pukul 15:55 WIB di Kantor Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang. Dari hasil wawancara di atas mengenai koordinasi atar lembaga yang
dilaksanakan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang menyatakan
bahwa pihaknya tidak rutin berkoordinasi dengan pihak pemerintah daerah yaitu
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang. Balai Pelestarian Cagar
Budaya (BPCB) Serang hanya berkoordinasi setiap terjadi kerusakan di situs
cagar budaya. Jika tidak ada kerusakan maka koordinasi tersebut tidak berjalan
dengan semestinya. Pihaknya mengakui hanya berkoordinasi langsung dengan
juru pelihara yang ada di situs batu goong. Perlu diketahui bahwa situs batu goong
ini telah diakui oleh pemerintah pusat dan juga telah menerima surat keputusan
dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Peninggalan Sejarah
dan Purbakala dan Permuseuman yang memiliki wilayah kerja Provinsi Banten,
Jawa Barat, DKI Jakarta dan Lampung, oleh karenanya situs batu goong ini pun
dikelola oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang, namun pengelolaan
ini hanya berkaitan dengan anggaran dan jika ada kerusakan saja sehingga
selebihnya tetap dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Pandeglang.
a. Koordinasi tiap bagian
Selain koordinasi antar lembaga, dalam pengkoordinasian ini juga
merupakan kegiatan pekerjaan yang terjadi di tiap bagian yang terkait. Seperti
koordinasi yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Pandeglang kepada juru pelihara dan telah dipaparkan oleh I1.1 sebagai berikut:
“Kita selalu hadir ke lapangan sebulan sekali, memantau benar atau tidak kerjanya, benar tidak dia peduli, benar tidak dia selalu koordinasi dengan masyarakat. Dan juga masyarakat disekitar itu kita wawancara juga, benar tidak juru peiharal itu bekerja dengan baik, jika tidak kita akan ganti dengan orang yang lebih peduli.” (wawancara dengan Kepala Bidang Kebudayaan, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 11:43 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang)
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa koordinasi yang
dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang kepada
juru pelihara ini berjalan dengan baik karena setiap bulannya pihak dinas
memantau cara bekerjanya juru pelihara.
Hal serupa juga dipaparkan oleh I1.2 sebagai berikut: “Koordinasi paling kita dapat laporan pemeliharaan termasuk laporan kunjungan wisata. Jadi setiap bulan juru peliharanya lapor.” (wawancara dengan Kasi Muskala dan Jarahnitra, hari Selasa, 24 Juni 2014 pukul 12.03 WIB di Kantor Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Pandeglang)
Dari hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa koordinasi
tiap bagian ini berjalan dengan baik karena juru pelihara melaporkan segala
sesuatu yang berkaitan dengan situs cagar budaya kepada Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Pandeglang dan juga melaporkan kepada Balai Pelestarian
Dari kedua hasil wawancara di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
koordinasi tiap bagian yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
kepada juru pelihara ini dengan cara memantau setiap bulannya, bagaimana juru
pelihara itu bekerja, memelihara dan menjaga situs cagar budaya. Tiap bulannya
juga juru pelihara melaporkan kegiatannya kepada Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Pandeglang. Jika juru pelihara tersebut tidak melaksanakan
tugasnya dengan baik, maka akan diberikan sangsi berupa pemberhentian juru
pelihara dan menggantinya dengan yang lebih bertanggung jawab.