• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN PENGELOLAAN SITUS BATU GOONG DAN KOMPLEK MAKAM SYEKH MANSYUR OLEH DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN - FISIP Untirta Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MANAJEMEN PENGELOLAAN SITUS BATU GOONG DAN KOMPLEK MAKAM SYEKH MANSYUR OLEH DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN - FISIP Untirta Repository"

Copied!
286
0
0

Teks penuh

(1)

i

MANAJEMEN PENGELOLAAN SITUS BATU GOONG

DAN KOMPLEK MAKAM SYEKH MANSYUR OLEH

DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Pada Konsentrasi Manajemen Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh: Dwi Mayang Sari NIM 6661100065

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG

(2)
(3)
(4)
(5)

v

“Orang-orang yang hebat di bidang apapun bukan baru bekerja karena mereka terinspirasi, namun mereka menjadi terinspirasi karena mereka lebih suka bekerja.

Mereka menyia-nyiakan waktu untuk menunggu inspirasi.” (Ernest Newman)

“Kita berdoa kalau kita kesusahan dan membutuhkan sesuatu, mestinya kita juga berdoa dalam kegembiraan besar dan saat rezeki melimpah.” (Khalil Gibran)

“Success is not a final and failure is not initial.”

Sukses bukanlah sebuah akhir dan kegagalan bukanlah sebuah awal.

(6)

vi ABSTRAK

Dwi Mayang Sari. NIM 6661100065. Manajemen Pengelolaan Situs Batu Goong dan Komplek Makam Syekh Mansyur oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Pembimbing I Ipah Ema Jumiati, S.IP., M.Si, Pembimbing II Rina Yulianti, S.IP., M.Si

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan pengelolaan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. Situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur mempunyai dasar hukum yaitu Undang-Undang No.11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Penelitian ini menggunakan teori fungsi manajemen Luther Gullick dalam Handoko 2003. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Manajemen Pengelolaan Situs Batu Goong dan Komplek Makam Syekh Mansyur oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, studi dokumentasi dan teknik analisis data menggunakan teknik analisis menurut Miles dan Huberman kemudian untuk menguji validitas data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Manajemen Pengelolaan Situs Batu Goong dan Komplek Makam Syekh Mansyur oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten belum berjalan maksimal dan masih perlu pembenahan dalam berbagai aspek. Hal ini disebabkan tidak adanya perencanaan untuk menyikapi pengawasan, pemeliharaan serta pengelolaan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur, koordinasi yang kurang berjalan dengan baik antar bidang dan dinas terkait mengenai pengelolaan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur dan tidak adanya anggaran yang dikhususkan untuk perawatan kerusakan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur.

(7)

vii

ABSTRACT

Dwi Mayang Sari. NIM 6661100065. The Management of Batu Goong Site and Grave of Sheikh Mansyur Complex by The Department of Culture and Tourism District Pandeglang Province Banten. State Administration Science Courses, Faculty of Social and Politic Science, Sultan Ageng Tirtayasa University. Advisor I Ipah Ema Jumiati, S.IP., M.Si, Adivisor II Rina Yulianti, S.IP., M.Si

Force behind of this research is management problems of Batu Goong Site and Grave of Sheikh Mansyur Complex by The Department of Culture and Tourism District Pandeglang Province Banten. Batu Goong Site and Grave of Sheikh Mansyur Complex have a legal basis is Undang-Undang No.11 year 2010 about cultural heritage. This research used Luther Gulick theory in Handoko 2003.The objective of the research was to know The Management of Batu Goong Site and Grave of Sheikh Mansyur Complex by The Department of Culture and Tourism District Pandeglang Province Banten. The method used in this investigation is descriptive with a qualitative approach. While, data collection technique used for this research is interview, observation, documentation study, and this research used data analisys technique by Miles and Huberman and for test data validity used source triangulation and technique triangulation. This research result indicates that The Management of Batu Goong Site and Grave of Sheikh Mansyur Complex by The Department of Culture and Tourism District Pandeglang Province Banten has not ran optimally and it still needs improvement in many aspects. This is caused by the lack of planning in addressing the supervision, maintenance and management of the Batu Goong Site and Grave of Sheikh Mansyur, the less than effective coordination between sectors and agencies involved in the management of the Batu Goong Site and Grave of Sheikh Mansyur and finally the lack of bidget specifically dedicated to the care and repairs of the Batu Goong Site and Grave of Sheikh Mansyur

(8)

i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu,

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi kemudian solawat serta salam semoga terlimpah dan tercurah kepada Nabi besar Muhammad S.A.W yang telah mengiringi doa dan harapan penulis untuk mewujudkan terselesaikannya penelitian skripsi ini yang berjudul Manajemen Pengelolaan Situs Batu Goong dan Komplek Makam Syekh Mansyur oleh

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten.

Penelitian skripsi ini dibuat sebagai persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Strata satu (S1) Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada konsentrasi Manajemen Publik program studi Ilmu Administrasi Negara. Sekalipun penulis menemukan hambatan dan kesulitan dalam memperoleh informasi akurasi data dari para narasumber namun disisi lain penulis juga sangat bersyukur karena banyak mendapat masukan untuk menambah wawasan dan pengetahuan khususnya pada bidang yang sedang diteliti oleh penulis.

(9)

ii

Pada kesempatan ini juga suatu kebanggaan bagi penulis untuk mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah membantu dan mendukung, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

2. Bapak DR. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Ibu Mia Dwiana, M.Ikom., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Bapak Gandung Ismanto, S.Sos, MM., Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan juga Pembimbing Akademik atas bimbingannya dari awal perkuliahan sampai dengan akhir perkuliahan.

(10)

iii

7. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si., Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

8. Ibu Ipah Ema Jumiati S.IP, M.Si., dosen pembimbing I yang telah senantiasa memberikan arahan dan bimbingan secara sabar dan juga dukungan selama proses penyusunan skripsi.

9. Kepada seluruh Dosen dan Staf Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan. 10.Para staff Tata Usaha (TU) Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa atas segala bantuan informasi selama perkuliahan;

11.Pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang yang telah memberikan informasi, data, dan ketersediaan waktu dalam proses pengambilan data untuk penulis;

12.Pihak UPT Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang yang telah memberikan informasi, data, dan ketersediaan waktu dalam proses pengambilan data untuk penulis;

(11)

iv

waktu dalam proses pengambilan data untuk penulis serta ilmu pengetahuannya mengenai fokus penelitian pada skripsi ini;

14.Bapak Drs. Zakaria Kasimin selaku Kasi Perlindungan, Pengembangan dan Pemanfaatan UPT Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang yang telah menjadi informan dan memberikan informasi, data, dan ketersediaan waktu dalam proses pengambilan data untuk penulis serta ilmu pengetahuannya mengenai fokus penelitian pada skripsi ini

;

15.Bapak Wargo dan Saepullah selaku juru pelihara Situs Batu Goong dan Komplek Makam Syekh Mansyur yang telah menjadi informan dan memberikan banyak informasi yang saya butuhkan selama penyusunan skripsi;

16.Kepada orang tuaku tercinta dan tersayang Bapak Tedy Rustandi dan Ibu Mimih Sumiati yang telah menjadi motivator terbesar selama perjalanan hidupku. Terimakasih atas segala doa, bimbingan, kasih sayang, penyemangat, perhatian, dukungan serta motivasi yang tidak ada henti-hentinya yang selalu diberikan untukku dan tak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada Yudha Pratama;

17.Kepada seluruh saudara-saudaraku yang telah mendoakan, memberi semangat dan motivasi serta yang telah mengantarkan ke lokasi penelitian; 18.Teman-teman seperjuangan angkatan 2010 baik regular maupun

(12)

v

19. Teman-teman kelas A angkatan 2010 Ilmu Administrasi Negara selama menuntut ilmu. Terimakasih atas semua kenangan selama empat tahun perkuliahan;

20.Kepada para sahabat Rachmawati Dwi M, Pratiwi, Kanari Gemilang, Astri Permatasari, Emma Marlini, Ivan Setiawan, M. Fajar Kurniawan dan Faizal Setyahadi yang telah memberikan dukungan serta keceriaan dan kebahagiaan;

21.Kepada teman-temanku Rahmat Budianto, Sefi Maulida, Syntia Pratiwi, Rini Alfia, Isna Fayyadah, Fitri Liana Sari, Hendriyana, Solihin, Annisa Fitiriani, Ace Doni, Mukarammah Halim dan Reza Adhi Nugraha serta teman-teman lainnya yang telah memberikan semangat, motivasi dan kebahagiaan yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Dengan ini penelitian skripsi telah selesai disusun. Penulis meminta maaf apabila terdapat kesalahan-kesalahan dalam pembuatan skripsi ini. Maka dari itu kritik dan saran saya harapkan guna memperbaiki dan menyempurnakan skripsi berikutnya. Penulis pun berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan peneliti sendiri.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu,

Pandeglang, Oktober 2014 Penulis

(13)

vi

(14)

vii

3.7Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data ………. 62

3.7.1 Teknik Pengumpulan Data ………... 62

3.7.2 Teknik Analisis Data ……….. 65

3.7.2.1 Data Collection (Pengumpulan Data) ………. 66

3.7.2.2 Data Reducion (Reduksi Data) ……… 66

3.7.2.3 Data Display (Penyajian Data) ……… 67

3.7.2.4 Conclusion Drawing / verification (Penarikan Kesimpulan) ………. 67

3.7.2.5 Triangulasi ………. 68

3.8Jadwal Penelitian ……… 70

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1Deskripsi Obyek Penelitian ………... 71

4.1.1 Deskripsi Wilayah Kabupaten Pandeglang ………. 71

4.1.2 Gambaran Umum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang ………... 72

4.1.2.1Kedudukan dan Tupoksi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang ……….. 72

4.1.2.2 Susunan Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang ……….. 74

4.1.2.3 Visi Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang ………... 77

4.1.3 Gambaran Umum Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang ………. 78

4.1.3.1 Visi Misi UPT Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang ………. 78

4.1.3.2 Tugas Pokok dan Struktur Organisasi UPT Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang ……….. 79

(15)

viii

4.3.2 Organizing (Pengorganisasian) ……….... 114

4.3.3 Staffing (Penyusunan Pegawai) ……… 121

4.3.4 Directing (Pembinaan Kerja) ……… 126

4.3.5 Coordinating (Pengkoordinasian) ………... 134

4.3.6 Reporting (Pelaporan) ……….. 141

4.3.7 Budgeting (Penganggaran) ………... 147

4.4 Pembahasan ……… 156

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ……… 177

5.2 Saran ………... 179

DAFTAR PUSTAKA ………... xi LAMPIRAN

(16)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Cagar Budaya Kabupaten Pandeglang ……….. 8

Tabel 1.2 Daftar Nama Situs Cagar Budaya Kabupaten Pandeglang …... 9

Tabel 3.1 Informan Penelitian ……….. 62

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara ………... 64

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ……… 70

Tabel 4.1 Daftar Informan ………... 87

(17)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.3 Kerangka Berfikir ……… 54 Gambar 3.1 Siklus Teknis Analisi Data Menurut Miles dan Huberman … 68 Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

(18)

1 1.1Latar Belakang Masalah

Provinsi Banten dikenal sebagai provinsi yang mempunyai sejarah agama yang sangat kental dan baik karena Banten ikut berperan serta dalam menyebarkan agama Islam di daerah Jawa. Oleh karenanya, Banten mempunyai banyak peninggalan sejarah pada jaman dahulu dan tidak sedikit pula banyak masyarakat yang berkunjung ke Provinsi Banten untuk melihat, mengetahui, meneliti bahkan tidak sedikit pula yang ingin berjiarah ke daerah yang berada di Provinsi Banten.

(19)

Berbagai bentuk budaya Banten yang potensinya untuk dikembangkan dan dimodifikasi dalam beragam kreasi dan inovasi yang lebih menarik dan mempunyai nilai jual untuk sektor pariwisata di Banten dan bisa juga dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan masyarakat Banten, baik kepentingan sosial, pendidikan, ekonomi, politik maupun untuk mendatangkan manfaat yang lebih luas.

Tidak hanya di daerah Banten saja, penyebaran agama dan budaya juga terjadi di daerah selatan Provinsi Banten yaitu Kabupaten Pandeglang dan menghasilkan peninggalan-peninggalan yang sangat bermanfaat bagi masyarakat di Kabupaten Pandeglang yang tersebar di sebagian kecamatannya. Peninggalan-peninggalan sejarah tersebut masuk ke dalam cagar budaya yang dilindungi oleh pemerintah.

Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, bahwa keadaan alam, flora dan fauna sebagai Karunia Tuhan Yang Maha Esa, serta peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, serta seni dan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan sumber daya dan modal pembangunan kepariwisataan untuk peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat sebagaimana terkandung dalam pancasila dan pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Hal tersebut juga diperkuat oleh pasal 32 ayat (1) dan pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.

(20)

melindungi, mengembangkan dan memanfaatkan cagar budaya. Pengelolaan yang dilakukan ini berupaya untuk melindungi, mengembangkan dan memanfaatkan cagar budaya melalui kebijakan pengaturan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat. Dengan adanya peran serta masyarakat dalam melindungi benda ataupun situs cagar budaya yaitu menjaga, mencegah dan menanggulangi dari kerusakan, kehancuran dan kemusnahan dengan cara penyelamatan pengamanan, zonasi, pemeliharaan, pemugaran, menjaga dan merawat agar kondisi fisik cagar budaya tetap lestari. Namun pada hakikatnya baik benda cagar budaya dan kawasan cagar budaya keduanya tetap dikuasai oleh pemerintah dan terikat dalam suatu peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

Peninggalan pada jaman dahulu dilindungi dan diatur oleh Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya sebagai pembaruan dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992, pemerintah yang sebelumnya memiliki tanggung jawab, pelestarian dan pengawasan atas situs maupun benda cagar budaya. Dengan dibentuknya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010, maka perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan benda cagar budaya di bawah tanggung jawab dan pengawasan pengelola benda cagar budaya.

(21)

pemerintah ini selain bertujuan untuk melestarikan objek, juga dapat mengakomodasikan kepentingan-kepentingan lain terutama yang terkait dengan pemanfaatan benda cagar budaya. Pelestarian secara fisik lainnya adalah upaya penghambat proses penurunan kualitas benda cagar budaya dengan cara preservasi dan konservasi. Dalam kegiatan ini harus dilakukan secara berkesinambungan. Untuk benda cagar budaya yang tidak bergerak dapat dilakukan kegiatan pemugaran, apabila komponen-komponen bangunan atau monumen tersebut secara teknis memungkinkan untuk dilakukan restorasi. Pelestarian cagar budaya ini terdapat pada pasal 3 dalam Undang-Undang Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya yang bertujuan sebagai berikut:

a. Melestarikan warisan budaya bangsa dan warisan umat manusia, b. Meningkatkan harkat dan martabat bangsa melalui cagar budaya, c. Memperkuat kepribadian bangsa,

d. Meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan

e. Mempromosikan warisan budaya bangsa kepada masyarakat internasional.

Komitmen pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam pelestarian cagar budaya ini yaitu sebagai pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, pariwisata dan kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta memajukan kebudayaan nasional untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

(22)

memperhatikan benda cagar budaya yang ada di daerahnya. Ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya para wisatawan yang datang ke Candi Borobudur tersebut. Tidak hanya wisatawan lokal tetapi wisatawan luar negeri pun ikut datang untuk mengunjungi Candi Borobudur. Pengelolaan cagar budaya yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah Jawa Tengah dinilai sangat jauh berbeda dengan pengelolaan cagar budaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Pandeglang. Pengelolaan cagar budaya yang telah dilakukan oleh pemerintah Jawa Tengah mampu meningkatkan kepariwisataan yang ada di daerah tersebut.

(23)

kepada masyarakat internasional dan juga bisa mengangkat sektor kepariwisataannya.

Pemerintah Kabupaten Pandeglang seharusnya lebih serius dalam hal manajemen pengelolaan cagar budaya yang telah dimiliki. Dengan sistem pengelolaan yang baik ini, maka setiap rencana, tujuan, koordinasi, pengorganisasian, pengarahan, serta pengendalian yang berkaitan dengan manajemen akan terlaksana dengan maksimal dan berhasil guna.

Pengelolaan cagar budaya tersebut harus merata, yang dimulai dari perawatan situs cagar budaya, tempat benda cagar budaya atau pun museum benda cagar budaya yang merupakan tempat benda-benda cagar budaya yang harus dilindungi atau diambil demi keamanan dan kelestariannya, itu semua tidak boleh luput dari pengelolaan yang efektif agar tetap terjaga dan tidak tersentuh oleh tangan-tangan orang yang berbuat negatif.

Kabupaten Pandeglang memiliki benda cagar budaya sebanyak 202 yang terdiri dari 3 macam jenis yaitu cagar budaya yang berbentuk situs, bangunan atau gedung dan makam keramat, seperti pada tabel 1.1 di bawah ini:

Tabel 1.1

Cagar Budaya Kabupaten Pandeglang

No. Jenis Jumlah

1. Situs 96 Situs

2. Bangunan atau Gedung 20 Bangunan atau Gedung

3. Makam Keramat 86 Makam Keramat

Jumlah: 202 Benda Cagar Budaya

(24)

Benda cagar budaya tersebut terdiri dari situs cagar budaya yang ada dan diantaranya berbentuk situs meliputi batu, arca dan benteng. Bangunan cagar budaya yang meliputi gedung pendopo, kewadanan, rumah sakit, water turn, gedung sipir dan masjid kuno peninggalan jaman dulu. Kemudian makam keramat yang meliputi makam-makam para leluhur atau makam-makam para sultan, syekh dan juga makam yang sangat dikeramatkan. Dari ke 202 benda cagar budaya ini letaknya sangat berjauhan satu dengan yang lainnya.

Dari ke 202 benda cagar budaya yang ada, hanya 40 benda cagar budaya saja yang sudah ditetapkan oleh pemerintah karena 40 benda cagar budaya ini sudah diteliti oleh seorang arkeolog yang kemudian oleh pemerintah disahkan atau ditepatkan sebagai benda cagar budaya peninggalan jaman dahulu seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 11 tahun 2010 pasal 33 ayat (1). Sedangkan sisanya tersebut masih harus diteliti oleh seorang arkeolog dan harus membutuhkan waktu yang cukup lama, karena cagar budaya tersebut hanya masuk ke dalam kriteria cagar budaya, akan tetapi benda cagar budaya tersebut tetap milik pemerintah daerah dan dikelola oleh pemerintah daerah. Seperti yang tercantum dalam BAB III pasal 5 Undang-Undang Nomor 11 tahun 2010 mengenai kriteria cagar budaya sebagai berikut:

a. Berusia 50 tahun atau lebih,

b. Mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 tahun,

c. Memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama dan/atau kebudayaan, dan

(25)

Dalam penelitian ini, saya akan meneliti situs cagar budaya di Kabupaten Pandeglang yang secara keseluruhan ada 96, namun yang sudah ditetapkan hanya ada 24 situs saja dan tersebar di 13 kecamatan yang ada di Kabupaten Pandeglang.

Hal tersebut juga telah disampaikan oleh Bapak Wiraatmajaya selaku Kepala Bidang Kebudayaan di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang, yaitu bahwasannya situs cagar budaya yang ada di Kabupaten Pandeglang ini secara keseluruhan ada 96 situs, akan tetapi yang sudah ditetapkan oleh pemerintah hanya ada 24 situs dan sudah memiliki juru pelihara yang diutus secara langsung oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang. Sedangkan untuk sisanya ini baru diajukan dan masuk ke dalam kriteria situs cagar budaya, namun pengelolaannya tetap oleh pemerintah daerah. Pemerintah daerah akan terus mengkaji cagar budaya yang ada di kabupaten Pandeglang, karena daerah Pandeglang memiliki banyak benda peninggalan jaman dahulu yang harus tetap dilindungi, dirawat, dilestarikan dan juga ditata letak keasliannya.

(26)

Tabel 1.2

Daftar Nama Situs Cagar Budaya Kabupaten Pandeglang

No. Nama Situs Kecamatan

1. Situs Pahoman Pasir Peuteuy Cadasari

2. Situs Batu Gedong Cadasari

3. Situs Batu Tapak Pasir Gumapak Cadasari

4. Batu Kuda Pandeglang

5. Syekh Maghrib Pandeglang

6. Batu Ranjang Cipeucang

7. Batu Orok Cipeucang

8. Situs Cidaresi Batu Tum Bergores Cipeucang

9. Situs Syeh Mansyur Cipeucang

10. Situs Gunung Cupu Cimanuk

11. Situs Pangasaman Saketi

12. Sanghiang Heuleut Pulosari

13. Sanghiang Dengdek Pulosari

14. Situs Batu Goong Pulosari

15. Situs Batu Tulis Citaman Pulosari

16. Situs Batu Tulis Muruy Menes

17. Situs Cihunjuran Mandalawangi

18. Situs Genta Vijra Tugu Mandalawangi

19. Situs Nyi Jompong Cibaliung

20. Situs Batu Tulis Munjul Munjul

21. Situs Keraton Majasari

22. Situs Dipati Ukur Cimanggu

23. Situs Dungus Tugu Cimanggu

24. Situs Batu Lingga Banjar

(Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang, 2013)

(27)

Dalam penelitian ini yaitu mengenai manajemen pengelolaan situs yang dimana peneliti hanya meneliti 2 situs yaitu Situs Batu Goong dan Komplek Makam Syekh Mansyur. Situs Batu Goong sendiri telah diakui oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Peninggalan Sejarah dan Purbakala dan Permuseuman yang memiliki wilayah kerja Provinsi Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta dan Lampung, yang pengelolanya berada di bawah Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang, namun pengelolaannya tetap oleh pemerintah daerah dalam arti kantor Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) tidak melakukan kegiatan secara langsung turun ke situs batu goong tersebut secara rutin, akan tetapi pihak dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) ini menempatkan juru pelihara yang bertugas untuk merawat, memelihara, menjaga, melestarikan dan juga memberikan informasi mengenai asal mula atau sejarah situs cagar budaya tersebut. Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang ini mengelola situs batu goong hanya dalam hal penganggaran kerusakan saja.

(28)

mungkin disebabkan karena Gunung Pulosari sejak jaman prasejarah dianggap sebagai gunung suci. Situs Batu Goong berada di sebuah perbukitan yang disebut Kaduguling, terletak di Kecamatan Pulosari dengan ketinggian sekitar 250 meter dari permukaan laut. (Sumber: Dokumentasi Benda Cagar Budaya dan Kepurbakalaan Provinsi Banten Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi

Banten, 2008).

Kemudian untuk Komplek Makam Syekh Mansyur merupakan makam yang sangat dihormati oleh masyarakat dan banyak dikunjungi oleh penjiarah yang tidak hanya dari pulau Jawa, namun juga dari pulau luar Jawa. Makam Syekh Mansyur ini terletak di Kecamatan Cimanuk. Syekh Mansyur adalah ulama besar yang berasal dari Jawa Timur yang hidup semasa dengan Syekh Nawawi al Bantani. Kepurbakalaan yang terdapat di komplek makam Syekh Mansyur Cikadueun ini hanyalah batu nisan pada makam Syekh Mansyur yang tipologinya menyerupai batu nisan tipe Aceh. Nisan ini memiliki bentuk dasar pipih, bagian kepala memiliki dua undakan, makin ke atas makin mengecil. Pada bagian atas badan nisan terdapat tonjolan berbentuk tanduk. Hiasan berupa sulur dan dan tanaman terdapat hampir di seluruh badan nisan tanpa ragam hias kaligrafi. (Sumber: Dokumentasi Benda Cagar Budaya dan Kepurbakalaan Provinsi

Banten Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, 2008).

(29)

Pertama, perencanaan yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengelola situs Batu Goong dan komplek makam Syekh Mansyur ini masih jauh dari kata maksimal. Hal tersebut dapat dilihat dari kurangnya pengawasan, perawatan, perlindungan dan perhatian serta fasilitas yang diberikan oleh pemerintah untuk situs cagar budaya tersebut. Dalam hal ini pihak pengelola atau sumber daya manusia yang ada kurang merencanakan secara benar dan efektif untuk dapat mengelola situs tersebut. Salah satu perencanaan yang kurang baik dalam hal perawatan yaitu terjadi pada situs Batu Goong yaitu salah satunya tempat penyimpanan batu yang hanya dilindungi oleh pagar dan letak situs cagar budaya ini berada di bukit Gunung Pulosari sehingga jauh dari kata aman dan bisa saja merubah bentuk keaslian dan tata letak daripada situs Batu Goong tersebut. Karena pagar yang melindungi batu itu sudah tidak layak dan memang seharusnya diganti dengan yang lebih aman dan terhindar dari orang-orang yang akan berbuat jahat. Begitu pula dengan komplek Makam Syekh Mansyur yang banyak dikunjungi oleh para pejiarah.

Walaupun situs tersebut sudah dirawat oleh seorang juru pelihara, akan tetapi wewenang sepenuhnya dipegang oleh pemerintah daerah. Kurangnya perawatan dan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah ini bisa mengganggu kenyamanan para wisatawan yang akan berkunjung ke situs tersebut.

(30)

menengok dan mengobrol saja jika berkunjung ke situs cagar budaya yang ada, padahal situs Batu Goong dan komplek makam Syekh Mansyur masih banyak kekurangannya dan benar-benar harus dikelola secara serius oleh pemerintah dan juga sumber daya manusia yang memang lebih mengerti mengenai situs cagar budaya. Seharusnya dalam perencanaan ini, pemerintah harus memiliki perencanaan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang agar dapat menyelesaikan maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam hal pengelolaan situs cagar budaya.

Kedua, kurangnya koordinasi antar bidang dan dinas yang terkait dalam

pengelolaan situs Batu Goong dan komplek makam Syekh Mansyur, sehingga banyak terjadi kekeliruan dalam hal pengelolaan cagar budaya tersebut. Ini menjadikan situs ini terabaikan karena koordinasi yang kurang berjalan baik dalam hal pengelolaan situs. Namun pada kenyataannya tidak seperti yang diharapkan, karena pemerintah kurang mengkoordinasikan hal tersebut secara efisien sehingga berdampak kepada pengelolaan situs. Koordinasi yang baik sebagaimana dalam fungsi manajemen ini seharusnya dapat menghubungkan segala bentuk kegiatan dengan pekerjaannya di tiap-tiap bidang. Koordinasi yang baik bisa dilihat dari hasil yang maksimal yang terdapat di pengelolaan masing-masing situs.

Ketiga, menyangkut hal penganggaran maka peneliti mendapat hasil

(31)

pemerintah daerah akan mencairkan dana untuk perawatan atau kerusakan jika dalam situs cagar budaya tersebut terjadi kerusakan yang cukup parah dan sangat membahayakan situs dan juga pengunjung. Sedangkan, jika dalam situs itu tidak ada kerusakan maka tidak akan ada anggaran untuk perawatan situs cagar budaya. Situs batu goong hanya mengandalkan dana dari hasil penjualan tiket masuk yaitu sebesar Rp. 4000-, sedangkan untuk komplek makam Syekh Mansyur hanya mengandalkan dari kotak amal yang disumbangkan dari para pengunjung yang datang. Dana dari pengunjung tersebut yang akan dianggarkan sebagai perawatan situs cagar budaya, seperti membeli peralatan kebersihan dan lain sebagainya.

Dalam hal ini pemerintah daerah kurang bertanggung jawab, karena anggaran yang ada hanya pada saat ada kerusakan saja dan tiap bulannya tidak ada anggaran untuk perawatan situs cagar budaya. Ini juga yang menyebabkan kurang nyamannya pengunjung yang datang ke situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur.

Jika saja manajemen pengelolaan situs cagar budaya yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang berjalan dan berkerjasama dan terkoordinasi dengan baik, maka pengelolaannya akan lebih berhasil guna bagi Kabupaten Pandeglang. Hasil yang baik itu bukan hanya memberikan efek positif bagi pemerintah daerah, namun juga bagi masyarakat dan pemerintah pusat juga.

(32)

melakukan sebuah penelitian yang berjudul “Manajemen Pengelolaan Situs

Batu Goong Dan Komplek Makam Syekh Mansyur Oleh Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten”

1.2Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya perhatian dari pemerintah dalam menyikapi pengelolaan, pengawasan, bantuan serta pemeliharaan situs Batu Goong dan komplek makam Syekh Mansyur di Kabupaten Pandeglang,

2. Koordinasi antar bidang dan antar dinas terkait yang kurang berjalan mengenai pengelolaan, pengawasan, pemeliharaan dan anggaran situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur,

(33)

1.3Pembatasan Masalah

Dalam pembatasan masalah ini, maka peneliti akan melakukan penelitian mengenai:

1. Perencanaan yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang dari segi pengelolaan situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur,

2. Aspek pemeliharaan dan anggaran situs batu goong dan komplek makam Syekh Mansyur yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang.

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah serta batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam memaparkan manajemen pengelolaan situs cagar budaya, sehingga permasalahannya yang akan dibahas dalam penulisan ini yaitu:

1. Bagaimanakah perencanaan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dari segi pengelolaan situs Batu Goong dan komplek makam Syekh Mansyur?

(34)

3. Bagaimanakah anggaran khusus untuk pemeliharaan pada situs Batu Goong dan komplek makam Syekh Mansyur yang dilakukan oleh dinas terkait?

1.5Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah pasti mempunyai tujuan tertentu. Adapun tujuan penulisan dalam melakukan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perencanaan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dari segi pengelolaan situs Batu Goong dan komplek makam Syekh Mansyur;

2. Untuk mengetahui koordinasi yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang mengenai pengelolaan situs Batu Goong dan komplek makam Syekh Mansyur;

3. Untuk mengetahui anggaran khusus untuk pemeliharaan pada situs Batu Goong dan komplek makam Syekh Mansyur yang dilakukan oleh dinas terkait.

1.6Manfaat Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dilakukan agar dapat memberikan manfaat yaitu:

1.6.1 Secara Teoritis

(35)

administari negara di ranah manajemen publik dan khususnya mengenai manajemen pengelolaan.

b. Dapat dijadikan sebagai acuan untuk pengembangan ilmu manajemen yang terkait dalam masalah tersebut. Dalam artian setiap hasil yang didapatkan dari penelitian ini bisa kita kembangkan menjadi suatu ilmu yang terkonsep yang nantinya dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk pengembangan atau penelitian selanjutnya.

1.6.2 Secara Praktis

a. Bagi Peneliti

Memberikan kesempatan peneliti untuk mengaplikasikan ilmu dan teori yang telah dipelajari selama ini.

b. Bagi Instansi

(36)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

ASUMSI DASAR

2.1 Tinjauan Pustaka

Pada bab ini peneliti akan menggunakan beberapa teori yang mendukung masalah dalam penelitian ini, dimana berfungsi untuk menjelaskan dan menjadi panduan dalam penelitian. Teori yang akan digunakan adalah beberapa teori yang mendukung masalah peneliti mengenai Manajemen Pengelolaan Situs Batu Goong dan Komplek Makam Syekh Mansyur oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten.

2.1.1 Definisi Manajemen

Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan, Stoner dalam Handoko (2003:9). Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen itu. Jadi, manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Manajemen dan organisasi bukan tujuan, tetapi hanya alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan, karena tujuan yang dicapai itu adalah pelayanan atau laba (profit).

(37)

Menurut Hasibuan dalam bukunya Manajemen (2011:2). Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya dan manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Manajemen menurut Sikula dalam Hasibuan (2011:2) yang diterjemahkan sebagai berikut:

“bahwa manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara efisien.”

Terry dalam Hasibuan (2011:2) mendefinisikan manajemen sebagai suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.

Selanjutnya pengertian manajemen menurut Koontz dan O’Donnel dalam Hasibuan (2011:3) yang diterjemahkan sebagai berikut:

“bahwa manajemen adalah usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian manajer mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan, dan pengendalian.”

(38)

dalam melakukan pekerjaan mendorong manusia membagi pekerjaan, tugas dan tanggung jawab. Dengan adanya pembagian kerja, tugas dan tanggung jawab ini ini maka terbentuklah kerja sama dan keterikatan formal dalam suatu organisasi. Dalam organisasi maka pekerjaan yang berat dan sulit akan dapat diselesaikan dengan baik serta tujuan yang diinginkan tercapai.

Adapun menurut George R. Terry (1972) dikutip dalam (Rusadi, 1998: 1) menyatakan bahwa manajemen merupakan:

“…….sebuah proses yang khas dan terdiri dari tindakan-tindakan seperti perencanaan, pengorganisasian, pengaktifan, dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaranyang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.”

Secara sederhana pengertian manajemen menurut George R. Terry (1972) meliputi:

a. Perencanaan (Planning);

b. Pengorganisasian (Organizing); c. Penggerakan (Actualing); d. Pengawasan (Controlling).

(39)

Definisi lainnya yaitu dikemukakan oleh Makharita, expert PBB yang diperbantukan pada kantor Pusat Lembaga Administrasi Negara dari tahun 1977-1980 (Handayaningrat, 1990:19) memberikan definisi yang sudah diterjemahhkan yaitu bahwa manajemen adalah pemanfaatan sumber-smber yang tersedia atau yang berpotensial di dalam pencapaian tujuan.

Dalam definisi ini manajemen dititikberatkan pada usaha menggunakan atau memanfaatkan sumber yang tersedia atau yang berpotensi dalam pencapaian tujuan.

Istilah manajemen (management) telah diartikan oleh berbagai pihak dengan persfektif yang berbeda, misalnya pengelolaan, pembinaan, pengurusan, ketatalaksanaan, kepemimpinan, pemimpin, ketatapengurusan, administrasi dan sebagainya.

Menurut Millet dalam Siswanto (2009:1) membatasi manajemen yang diterjemahkan sebagai berikut:

“bahwa adalah suatu proses pengarahan dan pemberian fasilitas kerja kepada orang yang diorganisasikan dalam kelompok formal untuk mencapai tujuan.”

Stoner dan Wankel dalam Siswanto (2009:2) memberikan batasan manajemen yang diterjemahkan sebagai berikut:

(40)

Menurut Hersey dan Kenneth dalam Siswanto (2009:2) memberikan batasan manajemen yaitu bahwa sebagai suatu usaha yang dilakukan dengan dan bersama individu atau kelompok untuk mencapai tujuan organisasi.

Manajemen merupakan suatu ilmu dan seni untuk melakukan tindakan guna mencapai suatu tujuan. Manajemen sebagai suatu ilmu adalah pengetahuan yang disistematiskan atau kesatuan pengetahuan yang terorganisasi (Siswanto, 2009:7). Menurut Handoko (2003:11) manajemen merupakan ilmu pengetahuan juga dalam artian bahwa manajemen memerlukan disiplin ilmu-ilmu pengetahuan lain dalam penerapannya, misal: ilmu ekonomi, statistik, akuntansi dan sebagainya. Bidang-bidang ilmu ini dapat kita pelajari secara universal.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya manajemen dapat didefinisikan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh individu satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penyusunan personalia atau karyawan (staffing), pengarahan dan

kepemimpinan (leading) dan pengawasan (controlling).

2.1.2 Asas-asas Manajemen

(41)

sesuatu yang absolut atau mutlak. Artinya penerapan asas baru harus mempertimbangkan keadaan-keadaan khusus dan keadaan yang berubah-ubah.

Asas bukanlah hukum atau dogma, tetapi hanya sebagai hipotesis yang harus diterapkan secara fleksibel, praktis relevan dan konsisten. Dengan menggunakan asas-asas manajemen, seorang manajer dapat mengurangi atau menghindari kesalahan-kesalahan dasar dalam menjalankan pekerjaannya dan kepercayaan pada diri sendiri pun akan semakin besar. Menurut Fayol dalam Hasibuan (2011:10) asas-asas umum manajemen adalah:

1. Division of work (asas pembagian kerja)

2. Authority and responsibility (asas wewenang dan tanggung jawab) 3. Disciple (asas displin)

4. Unity of command (asas kesatuan perintah)

5. Unity of direction (asas kesatuan jurusan atau arah)

6. Subordination of individual interest into general interest (asas kepentingan umum di atas kepentingan pribadi)

7. Renumeration of personnel (asas pembagian lagi yang wajar) 8. Centralization (asas pemusatan wewenang)

9. Scharal of chain (asas hierarki atau asas rantai berkala) 10.Order (asas keteraturan)

11.Equity (asas keadilan) 12.Initiative (asas inisiatif)

13.Esprit de corps (asas kesatuan)

14.Stability of turn-over personnel (asas keadilan masa jabatan) Dalam bukunya Taylor The Principle of Scienific Management (Hasibuan,

2011:7) menunjukkan bahwa asas-asas dasar ilmu manajemen dapat dipakai untuk segala macam kegiatan manusia. Taylor mengemukakan asas-asas manajemen sebagai berikut:

1. Pengembangan metode-metode kerja yang baik. 2. Pemilihan serta pengembangan para pekerja.

(42)

4. Kerja sama yang harmonis antar manajer dan nonmanajer, meliputi pembagian kerja dan tanggung jawab manajer untuk merencakan pekerjaan.

2.1.3 Fungsi Manajemen

Manajemen dapat berarti pencapaian tujuan melalui pelaksanaan fungsi-fungsi tertentu, tetapi dalam hal ini belum ada persamaan pendapat dari para ahli manajemen tentang apa fungsi-fungsi itu. Salah satu klarifikasi paling awal dari fungsi-fungsi manajerial dibuat oleh Fayol, yang menyatakan bahwa perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pemberian perintah dan pengawasan adalah fungsi-fungsi utama (Handoko,2003:21).

Fungsi manajemen menurut Terry dalam Handayaningrat (1990:25) yang dikenal dengan POAC yaitu:

1. Perencanaan (Planning), adalah suatu pemilihan yang berhubungan dengan kenyataan-kenyataan, membuat dan menggunakan asumsi-asumsi yang berhubungan dengan waktu yang akan datang (future) dalam menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diusulkan dengan penuh keyakinan untuk tercapainya hasil yang dikehendaki.

2. Pengorganisasian (Organizing), adalah menentukan, mengelompokkan dan pengatur berbagai kegiatan yang dianggap perlu untuk pencapaian tujuan, penugasan orang-orang dalam kegiatan ini, dengan menetapkan faktor-faktor lingkungan fisik yang sesuai dan menunjukkan hubungan kewenangan yang dilimpahkan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. 3. Penggerakkan Pelaksanaan (Actuating), merupakan usaha agar semua

anggota kelompok suka melaksanakan tercapainya tujuan dengan kesadarannya dan berpedoman pada perencanaan (planning) dan usaha pengorganisasian.

(43)

Koontz dan O’Donnell dalam Handayaningrat (1990:22) fungsi-fungsi manajemen yang disingkat POSDICO yaitu:

1. Perencanaan (Planning), berhubungan dengan pemilihan sasaran/tujuan (objective), strategi, kebijaksanaan, program dan prosedur pencapaiannya. Perencanaan adalah suatu pengambilan keputusan, manakala perencanaan ini menyangkut pemilihan diantara beberapa alternatif.

2. Pengorganisasian (Organizing), berhubungan dengan pengaturan struktur melalui penentuan kegiatan untuk mencapai tujuan daripada suatu badan usaha secara keseluruhan atau setiap bagiannya. Pengelompokkan kegiatan-kegiatannya, penugasan, pelimpahan wewenang untuk melaksanakan pekerjaan, menentukan koordinasi, kewenangan dan hubungan informal baik horizontal maupun vertikal dalam struktur organisasi itu.

3. Penyusunan Pegawai (Staffing), berhubungan dengan penempatan orang-orang, yaitu menempatkan orang-orang sesuai dengan jabatan yang telah ditetapkan dalam struktur organisasi.

4. Pembinaan dan Kepemimpinan (Directing and Leading), merupakan pekerjaan yang sangat kompleks. Pimpinan atas harus memperhitungkan bawahannya terhadap nilai-nilai kebiasaan, sasaran/tujuan dan kebijaksanaan organisasi/badan usaha. Pihak bawahan diusahakan agar banyak mengetahui terhadap struktur organisasi, hubungan yang saling ketergantungan daripada kegiatan dan kedudukan pribadinya, tugas-tugasnya dan wewenangnya.

5. Pengawasan (Controlling), merupakan tindakan penilaian/perbaikan terhadap bawahan untuk menjamin agar pelaksanaannya sesuai dengan rencana. Jadi penilaiannya apakah hasil pelaksanaannya tidak bertentangan dengan sasaran (goals) dan rencananya (plans).

Newman dalam Handayaningrat (1990:20), menyebutkan fungsi manajemen dengan akronim POASCO, yaitu:

1. Perencanaan (Planning), perencanaan ini meliputi serangkaian keputusan-keputusan termasuk penentuan-penentuan tujuan, kebijaksaan, membuat program-program, menentukan metode & prosedur serta menetapkan jadwal waktu pelaksanaan.

2. Pengorganisasian (Organizing), pengelompokkan kegiatan-kegiatan yang diwadahkan dalam unit-unit untuk melaksanakan rencana dan menetapkan hubungan antara pimpinan dan bawahannya (atasan dan bawahan) di dalam setiap unit.

(44)

4. Pengendalian Kerja (Supervising), bimbingan daripada pelaksanaan pekerjaan setiap hari termasuk memberikan instruksi, motivasi agar mereka secara sadar menuruti segala instruksinya, mengadakan koordinasi daripada berbagai kegiatan pekerjaan dan memelihara hubungan kerja baik antara atasan dan bawahan.

5. Pengawasan (Controlling), pengawasan dimaksudkan untuk mengetahui bahwa hasil pelaksanaan perkerjaan sedapat mungkin sesuai dengan rencana. Hal ini menyangkut penentuan standar. Artinya memperbandingkan antar kenyataan dengan standar dan bila perlu mengadakan koreksi/pembetulan apabila pelaksanaannya menyimpang daripada rencana.

Sedangkan fungsi manajemen menurut Mee dalam Handayaningrat (1990:26) biasa dikenal dengan akronim POMCO, yaitu:

1. Perencanaan (Planning), adalah proses pemikiran yang matang untuk dilakukan dimasa yang akan datang dengan menentukan kegiatan-kegiatannya.

2. Pengorganisasian (Organizing), seluruh proses pengelompokkan orang-orang, peralatan, kegiatan, tugas, wewenang dan tanggung jawab, sehingga merupakan organisasi yang dapat digerakkan secara keseluruhan dalam rangka tercapainya tujuan yang telah ditentukan.

3. Pemberian Motivasi (Motivating), seluruh proses pemberian motif (dorongan) kepada karyawan untuk bekerja lebih bergairah, sehingga mereka dengan sadar mau bekerja demi tercapainya tujuan organisasi secara berhasil guna dan berdaya guna.

4. Pengawasan (Controlling), proses pengamatan terhadap pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

Menurut Luther Gulick dalam Handoko (2003:11) mendefinisikan bahwa manajemen sebagai berikut:

(45)

Secara sederhana fungsi-fungsi manajemen menurut Luther Gulick yang terkenal dengan akronim POSDCORB, adalah:

1. Perencanaan (Planning), adalah perincian dalam garis besar untuk memudahkan pelaksanaanya dan metode yang digunakan dalam menyelesaikan maksud/tujuan badan usaha itu.

2. Pengorganisasian (Organizing), menetapkan struktur formal daripada kewenangan dimana pekerjaan dibagi-bagi sedemikian rupa, ditentukan dan dikoordinasikan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

3. Penyusunan Pegawai (Staffing), keseluruhan fungsi daripada kepegawaian sebagai usaha pelaksanaannya, melatih para staf dan memelihara situasi pekerjaan yang menyenangkan.

4. Pembinaan Kerja (Directing), tugas yang terus menerus di dalam pengambilan keputusan, yang berwujud suatu perintah khusus/umum dan instruksi-instruksi dan bertindak sebagai pemimpin dalam suatu badan usaha/organisasi.

5. Pengkoordinasian (Coordinating), kewajiban yang penting untuk menghubungkan berbagai kegiatan daripada pekerjaan.

6. Pelaporan (Reporting), pimpinan yang bertanggung jawab harus selalu mengetahui apa yang sedang dilakukan, baik bagi keperluan pimpinan maupun bawahannyan melalui catatan, penelitian maupun inspeksi.

7. Penganggaran (Budgeting), semua kegiatan akan berjalan dengan baik bila disertai dengan usaha pembiayaan dalam bentuk rencana anggaran, perhitungan anggaran dan pengawasan anggaran.

Berdasarkan hasil pemaparan mengenai fungsi manajemen dari beberapa para ahli yaitu dapat ditarik kesimpulan yaitu bahwa fungsi manajemen itu diantaranya terdapat perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (directing), pengkoordinasian (coordinating) serta pengendalian (controlling). Jika fungsi-fungsi manajemen tersebut bisa berjalan dengan

(46)

Untuk dapat memaparkan secara jelas mengenai sub dari fungsi manajemen tersebut, maka akan dijelaskan sebagai berikut:

A. Perencanaan

Perencanaan (planning) adalah fungsi dasar manajemen, karena organizing, staffing, directing dan controlling pun harus terlebih dahulu

direncanakan. Perencanaan ini adalah dinamis. Perencanaan ini ditujukan pada masa depan yang penuh dengan ketidakpastian, karena adanya perubahan kondisi dan situasi.

Hasil perencanaan baru akan diketahui pada masa depan. Agar risiko yang ditanggung itu relatif kecil, hendaknya semua kegiatan. Tindakan dan kebijakan direncanakan terlebih dahulu. Perencanaan ini adalah masalah, artinya memilih tujuan dan cara terbaik untuk mencapai tujuan tersebut dari beberapa alternatif yang ada. Tanpa alternatif, perencanaan pun tidak ada. Perencanaan merupakan kumpulan dari beberapa keputusan.

Perencanaan menurut Terry (2007:92) yaitu “perencanaan adalah memilih

dan menghubungkan fakta dan membuat serta menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa datang dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan”.

Sedangkan menurut Hasibuan “rencana adalah sejumlah keputusan

mengenai keinginan dan berisi pedoman pelaksanaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan itu”. Jadi, setiap rencana mengandung dua unsur, yaitu tujuan dan

(47)

Jenis-jenis rencana menurut Hasibuan (2011:95) adalah sebagai berikut: 1. Tujuan

Tujuan yang diinginkan harus dirumuskan sejelas-jelasnya agar dapat dipahami dan ditafsirkan dengan mudah oleh orang lain. Tujuan yang diinginkan harus wajar, rasional, ideal dan cukup menantang untuk diperjuangkan dan dapat dicapai oleh orang banyak. Tegasnya tujuan yang diinginkan itu harus ditetapkan supaya perencanaan itu tidak mengambang.

Menurut Terry dalam Hasibuan (2011:96) tujuan adalah suatu sasaran manajerial yaitu tujuan yang diinginkan melukiskan skop jelas, serta memberikan arah pada usaha-usaha seorang manajer. Sasaran (goal), skopnya lebih kecil daripada tujuan, titik tertentu yang dicapai.

2. Kebijaksanaan

Menurut Koontz dalam Hasibuan (2011:96) kebijaksanaan adalah pernyataan-pernyataan atau pengertian-pengertian umum yang memberikan bimbingan berpikir dalam menentukan keputusan. Fungsinya adalah menandai lingkungan di sekitar yang dibuat, sehingga memberikan jaminan keputusan-keputusan itu akan sesuai dengan dan menyokong tercapainya arah tujuan.

3. Prosedur

(48)

sehingga suatu aktivitas tertentu harus dilaksanakan. Esensinya adalah rentetan tindakan yang diatur secara kronologis atau berurutan.

4. Rule

Rule adalah rencana tentang peraturan-peraturan yang telah ditetapkan dan

harus ditaati. Rule kadang-kadang ditimbulkan oleh prosedur, tetapi keadaannya tidak sama.

5. Program

Program adalah suatu rencana yang pada dasarnya telah menggambarkan rencana yang konkret. Rencana ini konkret, karena dalam program sudah tercantum, baik sasaran, kebijaksanaan, prosedur, waktu maupun anggarannya. Jadi, program juga merupakan usaha-usaha untuk mengefektifkan rangkaian tindakan yang harus dilaksanakan menurut bidangnya masing-masing.

6. Budget

Budget adalah suatu rencana yang menggambarkan penerimaan dan

pengeluaran yang akan dilakukan pada setiap bidang. Dalam anggaran ini hendaknya tercantum besarnya biaya dan hasil yang akan diperoleh.

7. Metode

Metode merupakan hal yang fundamental bagi setiap tindakan dan hubungan dengan prosedur. Suatu prosedur terdiri dari serangkain tindakan.

(49)

8. Strategi

Strategi adalah juga termasuk jenis rencana, karena akan menentukan tindakan-tindakan pada masa datang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Faktor-faktor penting yang menjadi perhatian dan perhitungan dalam menentukan strategi adalah:

a. Memperhitungkan keunggulan dan kelemahan yang dimiliki daripada pihak-pihak saingan.

b. Memanfaatkan keunggulan dan kelemahan-kelemahan pihak saingan. c. Memperhitungkan keadaan lingkungan intern maupun ekstern yang dapat

mempengaruhi perusahaan.

d. Memperhitungkan faktor-faktor ekonomis, sosial dan psikologis. e. Memperhatikan faktor-faktor sosio-kultural dan hukum.

f. Memperhitungkan faktor ekologis dan geografis.

g. Menganalisis dengan cermat rencana pihak-pihak saingan.

Pendekatan dalam fungsi perencanaan dalam buku Siagian (2008:90) dapat ditinjau dari tiga segi atau cara yaitu pertama, mengetahui sifat-sifat atau ciri-ciri suatu rencana yang baik. Kedua, memandang proses perencanaan sebagai suatu rangakaian pertanyaan yang harus dijawab dengan memuaskan. Ketiga, memandang proses perencanaan sebagai suatu masalah yang harus dipecahkan dengan mempergunakan teknik-teknik ilmiah.

B. Pengorganisasian

(50)

setiap karyawan, penetapan departemen-departemen serta penentuan hubungan-hubungan.

Organizing berasal dari kata organize yang berarti menciptakan struktur

dengan bagian-bagian yang diintegrasikan sedemikian rupa, sehingga hubungannya satu sama lain terikat oleh hubungan terhadap keseluruhannya. Organisasi diartikan menggambarkan pola-pola, skema, bagan yang menunjukkan garis-garis perintah, kedudukan karyawan, hubungan-hubungan yang ada, dan lain sebagainya.

Hasil dari pengorganisasian adalah organisasi. Pengorganisasian diproses oleh organisator (manajer), hasilnya organisasi yang sifatnya statis. Jika pengorganisasian baik maka organisasian pun akan baik dan tujuan pun relatif mudah dicapai.

Dalam buku Siagian (2008:95) “organisasi yaitu setiap bentuk persekutuan

antara dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk sesuatu tujuan bersama dan terikat secara formal dalam persekutuan, yang mana selalu terdapat hubungan antara seorang/sekelompok orang yang disebut pimpinan dan seorang/sekelompok orang lain yang disebut bawahan.”

Pengorganisasian menurut Hasibuan yaitu “suatu proses penentuan,

(51)

Menurut Hasibuan (2011:122) unsur-unsur organisasi adalah sebagai berikut:

1. Manusia, artinya organisasi baru ada unsur manusia yang bekerja sama, ada pemimpin dan ada yang dipimpin.

2. Tempat kedudukan, artinya organisasi baru ada, jika ada tempat kedudukan.

3. Tujuan, artinya organisasi baru ada jika ada tujuan yang ingin dicapai. 4. Pekerjaan, artinya organisasi itu baru ada, jika ada pekerjaan yang akan

dikerjakan serta adanya pembagian pekerjaan.

5. Struktur, artinya organisasi itu baru ada, jika ada hubungan dan kerja sama antara manusia yang satu dengan yang lainnya.

6. Teknologi, artinya organisasi itu baru ada jika terdapat unsur teknis. 7. Lingkungan, artinya organisasi itu baru ada, jika ada lingkungan yang

saling mempengaruhi misalnya ada sistem kerja sama sosial.

Sedangkan pengorganisasian menurut Terry dalam Hasibuan (2011:119) yatiu tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisisen dan dengan demikian memperoleh kepuasan pribadi dalam hal melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu.

C. Pengarahan

(52)

Menurut Hasibuan (2011:183) pengarahan yaitu mengarahkan semua karyawan agar mau bekerja sama dan bekerja efektif dalam mencapai tujuan perusahaan.

Terry (2007:183) pengarahan adalah membuat semua anggota kelompok, agar mau bekerja sama dan bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian.

Sedangkan menurut Koontz dan O’Donnel (2011:184) pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat dipahami dan pembagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan perusahaan yang nyata.

Jadi pengarahan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pimpinan untuk membimbing, menggerakkan, mengatur segala kegiatan yang telah diberi tugas dalam melaksanakan sesuatu kegiatan usaha.

D. Pengkoordinasian

Ada beberapa definisi koordinasi berdasarkan para ahli diantaranya yaitu menurut Brech dalam Hasibuan (2011:85) koordinasi adalah mengimbangi dan menggerakan tim dengan memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok kepada masing-masing dan menjaga agar kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya di antara para anggota itu sendiri.

(53)

Hasibuan (2011:86) menyebutkan bahwa ada beberapa tipe koordinasi diantaranya:

Koordinasi vertikal adalah kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan oleh atasan terhadap unit-unit, kesatuan-kesatuan Hasibuan (2011:86) menyebutkan bahwa ada beberapa tipe koordinasi diantaranya:

1. Koordinasi vertikal adalah kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan oleh atasan terhadap unit-unit, kesatuan-kesatuan kerja yang ada di bawah wewenang dan tanggung jawabnya.

2. Koordinasi horizontal adalah tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan dalam tingkat organisasi yang setingkat.

Koordinasi horizontal dibagi atas:

a) Interdisciplinary adalah suatu koordinasi dalam rangka mengarahkan, menyatukan tindakan-tindakan, mewujudkan dan menciptakan disiplin antara unit yang satu dengan unit yang lain secara ekstern pada unit-unit yang sama tugasnya.

b) Interrelated adalah koordinasi antar badan, unit-unit yang fungsinya berbeda, tetapi instansi yang satu dengan yang lainsaling bergantungan atau mempunyai kaitan baik, cara intern maupun ekstern yang levelnya setaraf. Koordinasi horizontal ini relatif sulit dilakukan, karena coordinator tidak dapat memberikan sanksi kepada pejabat yang sulit diatur sebab kedudukannya setingkat. Sifat-sifat koordinasi menurut Hasibuan (2011:87) adalah sebagai berikut:

1. Koordinasi adalah dinamis bukan statis

2. Koordinasi menekankan pandangan menyeluruh oleh seorang dalam rangka mencapai sasaran

(54)

1. Untuk mengarahkan dan menyatukan semua tindakan serta pemikiran ke arah tercapainya sasaran perusahaan

2. Untuk menjuruskan keterampilan spesialis ke arah sasaran perusahaan 3. Untuk menghindari kekosongan dan tumpang tindih pekerjaan

4. Untuk menghindari kekacauan dan penyimpangan tugas dari sasaran.

E. Pengendalian

Fungsi pengendalian (controlling) adalah fungsi terakhir dari proses manajemen. Fungsi ini sangat penting dan sangat menentukan pelaksanaan proses manajemen, karena itu harus dilakukan dengan sebaik-baiknya. Pengendalian ini berkaitan erat sekali dengan fungsi perencanaan dan kedua fungsi ini merupakan hal yang saling mengisi, karena:

1. Pengendalian harus terlebih dahulu direncabakan. 2. Pengendalian baru dapat dilakukan jika ada rencana.

3. Pelaksanaan rencana akan baik, jika pengendalian dilakukan dengan baik.

4. Tujuan baru dapat diketahui tercapai dengan baik atau tidak setelah pengendalian atau penilaian dilakukan.

Dengan demikian peranan pengendalian ini sangat menentukan baik atau buruknya pelaksanaan suatu rencana.

Pengendalian menurut Terry dalam Hasibuan (2011:242) yaitu dapat didefinisikan sebagai proses penentuan, apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan apabila perlu melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan standar.

(55)

rencana-rencana yang telah dibuat untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan dapat terselenggara.

Menurut Hasibuan (2011:242) tujuan pengendalian adalah sebagai berikut:

1. Supaya proses pelaksanaan dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari rencana

2. Melakukan tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan-penyimpangan

3. Supaya tujuan yang dihasilkan sesuai dengan rencana

Pengendalian bukan hanya untuk mencari kesalahan-kesalahan, tetapi berusaha untuk menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan serta memperbaikinya jika terdapat kesalahan-kesalahan. Jadi, pengendalian dilakukan sebelum proses, saat proses dan setelah proses, yakni hingga hasil akhir diketahui.

Proses pengendalian dilakukan secara bertahap melalui langkah-langkah berikut:

1. Menentukan standar-standar yang akan digunakan dasar pengendalian 2. Mengukur pelaksanaan atau hasil yang telah dicapai

3. Membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standar dan menentukan penyimpangan jika ada

4. Melakukan tindakan perbaikan, jika penyimpangan agar pelaksanaan dan tujuan benar-benar sesuai dengan rencana

Cara-cara pengendalian atau pengawasan ini dilakukan sebagai berikut:

1. Pengawasan langsung adalah pengawasan yang dilakukan sendiri secara langsung oleh seorang manajer. Manajer memeriksa pekerjaan yang sedang dilakukan untuk mengetahui apaka dikerjakan dengan benar dan hasil-hasilnya sesuai dengan yang dikehendakinya.

(56)

3. Pengawasan berdasarkan kekecualian adalah pengendalian yang dikhususkan untuk kesalahan-kesalahan yang luar biasa dari hasil atau standar yang diharapkan. Pengendalian semacam ini dilakukan dengan cara kombinasi langsung dan tidak langsung oleh manajer.

2.1.4 Filsafat Manajemen

Filsafat manajeman adalah kerja sama saling menguntungkan, bekerja efektif dan dengan metode kerja yang terbaik untuk mencapai hasil yang terbaik (Hasibuan, 2011:5)

Selanjutnya Taylor (2011:6) mengemukakan bahwa dalam filsafat manajemen, manajer akan lebih bertanggung jawab dalam perencanaan dan pengedalian serta dalam menafsirkan kepandaian-kepandaian para pekerja dan mesin-mesin menurut aturan-aturan, hukum-hukum dan formula-formula, sehingga dengan jalan demikian akan membantu pekerja-pekerja melakukan pekerjaannya dengan biaya yang rendah namun memberikan penghasilan yang besar.

Pemimpin harus menjadi sumber kegiatan dan penanggung jawab hasil yang dicapai dalam aktivitas proses manajemen itu. Dengan pemimpin yang inovatif, kreatif, cakap dan berani mengambil keputusan maka aktivitas-aktivitas organisasi yang dipimpinnya semakin dinamis.

(57)

Filsafat manajemen adalah kumpulan pengetahuan dan kepercayaan yang memberikan dasar atau basis yang luas untuk menentukan pemecahan terhadap masalah-masalah manajer.

Terdapat beberapa manfaat filsafat manajemen, yaitu:

1. Memberikan suatu dasar dan pedoman bagi pekerjaan manajer.

2. Memberikan kepercayaan dan pegangan bagi manajer dalam proses manajemen untuk mencapai tujuan.

3. Memberikan dasar dan pedoman berpikir efektif bagi manajer.

4. Dapat dipergunakan untuk mendapatkan sokongan dan partisipasi para bawahan, jika mereka mengetahui manajer dan mengerti tindakan-tindakannya, asalkan mereka telah menghayati filsafat manajemen.

5. Memberikan pedoman arah pemecahan yang terbaik terhadap masalah-masalah yang dihadapi manajer.

6. Menjadi pedoman dasar dan kepercayaan bagi manajer dalam melakukan wewenang kepemimpinan.

2.1.5 Tujuan Manajemen

Manajemen dibutuhkan semua organisasi, karena tanpa manajemen semua usaha akan sia-sia dan pencapaian tujuan akan lebih sulit (Handoko, 2003:6). Ada tiga alasan utama diperlukannya manajemen yaitu 1) untuk mencapai tujuan, 2) menjaga keseimbangan diantara tujuan-tujuan yang saling bertentangan, 3) untuk mencapai efisiensi dan efektifitas.

2.1.6 Definisi Pengelolaan

(58)

kelembagaan dan yang meninjau pengelolaan sebagai suatu kesatuan. Namun jika dipelajari pada prinsipnya definisi-definisi tersebut mengandung pengertian dan tujuan yang sama.

Definisi dan pengertian pengelolaan menggunakan beberapa pemahamam yaitu proses mempertimbangkan hubungan timbal balik antara kegiatan pembangunan yang secara potensial terkena dampak kegiatan-kegiatan tersebut. Dapat juga diartikan sebagai suatu proses penyusunan dan pengambilan keputusan secara rasional tentang pemanfaatan segenap sumber daya alam yang terkandung didalamnya secara berkelanjutan. (http://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengelolaan adalah 1) proses, cara, perbuatan mengelola, 2) proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga orang lain, 3) proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan organisasi, 4) proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.

Jadi pengelolaan dapat diartikan sebagai suatu proses perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian keputusan tentang pemanfaatan sumber daya alam yang terkandung di dalamnya secara berkelanjutan.

2.1.7 Definisi Cagar Budaya

(59)

secara filosofis, sosiologis, maupun yuridis. Secara filosofis, tidak hanya terbatas pada benda tetapi juga meliputi bangunan, struktur, situs dan kawasan cagar budaya yang di darat atau di air. Satuan atau gugusan cagar budaya itu perlu dilestarikan karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan atau kebudayaan melalui proses penetapan. Secara sosiologis, undang-undang ini mengatur hal-hal yang terkait dengan pelestarian yang meliputi pelindungan, pengembangan dan pemanfaatan. Di dalamnya juga tercantum tugas dan wewenangan para pemangku kepentingan serta ketentuan pidana.

Pengertian cagar budaya menurut Undang-Undang Nomor 5 tahun 1992, benda cagar budaya dibagi dalam 2 jenis yaitu:

1. Benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak, yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagian atau sisa-sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 tahun atau mewakili masa gaya yang khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 tahun, serta dianggap mempunyai nila penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

2. Benda alam yang dianggap mempunyai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

Dalam undang-undang ini pula didalamnya menyebutkan mengenai pengelolaan cagar budaya, dalam pasal 41 yang memberikan petunjuk pelaksanaan tentang pengelolaan cagar budaya yaitu sebagaimana dimaksud meliputi:

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.2
Gambar 2.1
Tabel 3.1 Informan Penelitian
+6

Referensi

Dokumen terkait

Kaltim Tahun Anggaran 2012, menyatakan bahwa pada tanggal 10 September 2012 pukul 11.59 Wita tahapan pemasukan/upload dokumen penawaran ditutup sesuai waktu pada

Penelitian ini memiliki kelebihan, yaitu dengan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya dalam penelitian ini dapat menjadi alat ukur baru yang cukup efektif

Home equity loan is one type of loan where the homeowner uses whatever equity he has been able to build up in his home as collateral for a

Dalam pelaksanaan tugas pokoknya, Inspektur Pembantu Wilayah III menjalankan fungsi pengawasan dan pengendalian serta pemeriksaan yang objektif serta

[r]

Yang dimaksud dengan kualitas pelayanan adalah kesesuaian dan derajat kemampuan untuk digunakan dari keseluruhan karakteristik produk dan jasa yang disediakan dalam pemenuhan

digital  bentuk  berita  yang  disajikan  bisa  menjadi  semakin  beragam 

Penelitian ini berfokus pada pengujian pengaruh positif antara konservatisma akuntansi terhadap return saham yang dimoderasi oleh kepemilikan institusional dengan