BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1.4 Sejarah Situs Batu Goong dan Komplek Makam Syekh
a. Situs Batu Goong
Situs batu goong adalah sebuah punden berundak yang merekayas
bentukan alam. Pada bagian tertinggi ditempatkan batu goong bersama menhir.
sebuah pusat) dikelilingi oleh batu-batu yang berbentuk gamelan seperti gong dan
batu pelinggih berjumlah 18 buah batu. Rata-rata ukuran batu di situs ini sekitar
tinggi 22 cm dan ketebalan 12 cm. Formasi batu goong yang mengelilingi ini
lazim disebut formasi “temu gelang”.
Situs batu goong berada disebuah perbukitan yang disebut Kaduguling,
terletak di Kampung Cigadung, Desa Sukasari, Kecamatan Pulosari, dengan
ketinggian sekitar 250 meter dari permukaan laut. Jarak dari ibukota Provinsi
Banten ke lokasi batu goong ini kurang lebih 72 km, dari Kabupaten Padeglang
sekitar 94 km dengan kondisi jalan ada yang beraspal dan sebagian lagi ada yang
berupa jalan tanah. Pada masanya Kaduguling adalah sebuah desa kecil yang
penduduknya mayoritas beragama Budha dan batu goong ini dijadikan sebagai
pusat peribadatan dan penyembahan.
Tepat dibawah Kaduguling ada kolam mata air yang mengalir deras, yang
dinamakan kolam suci yag sekarang diganti nama menjadi Citaman untuk mereka
mensucikan diri. Suatu ketika ada 5 (lima) kesatria (yang penduduk sekitar tidak
tahu nama-nama kesatria itu sendiri terkecuali Syekh Dalem Tuha) mendatangi
daerah Kaduguling ini dengan tujuan untuk menyebarkan ajaran Allah SWT dan
Nabi besar Muhammad SAW. Kedatangan mereka ternyata diketahui biksu lalu
biksu mengundang mereka untuk datang ke batu goong ini dan berbicara tentang
ajaran yang Syekh Dalem Tuha bawa, semakin lama perbincangan mereka
semakin panas para biksu membuka kitab mengungkap kebenaran menuju surga,
dan Al-Quran, lalu menggambarkan kesejajaran hidup di dunia dan juga di
hadapan sang khalik.
Setelah sepuluh purnama Syekh Dalem Tuha bersama 4 kesatria lain
berada di Kaduguling, ternyata usaha mereka tidak sia-sia yang pada akhirnya
banyak penduduk sekitar yang memeluk agama Islam, lalu meninggalkan
Kaduguling.
Hal yang perlu menjadi perhatian adalah apabila ditarik garis lurus arah
barat-timur, mulai dari puncak gunung Pulosari maka tepat antara batu goong,
sanghiyang dengdek akan berakhir di puncak gunung Pulosari sebagai kiblat
persembahan tempat roh nenek moyang. Anggapan ini tidak boleh berlebihan
mengingat Babad Banten merupakan produk masa Islam masih menyebutkan
gunung Pulosari merupakan gunung keramat. Walaupun Babad Banten disebutkan
bahwa gunung Karang dan gunung Haseupan disebut-sebut sebagai tempat
kegiatan asal mula pendukung atau masyarakat Banten, tetapi gunung Pulosari
dinyatakan lebih penting ditinjau dari segi kekeramatannya. Ini mungkin
disebutkan karena gunung Pulosari sejak zaman prasejarah dianggap sebagai
gunung suci. (Sumber: Dokumentasi Benda Cagar Budaya dan Kepurbakalaan
Provinsi Banten Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, 2008).
Pada masa kini batu goong untuk sebagian orang dipercayai sebagai
tempat yang membawa keberkahan, tak jarang pada malam tertentu untuk
sebagian orang itu datang ke batu goong dan melakukan ritual mendatangi batu
masyarakat yang datang ke batu goong atau pun yang berkunjung ke pemandian
citaman ini dapat menjadikan tumbuhnya sektor pariwisata yang ada di Kabupaten
Pandeglang. Situs batu goong ini memiliki potensi dalam hal kebudayaan dan
sejarah yang tinggi. Selain itu pula situs batu goong ini mempunyai kekuatan
magnit dan juga mistis yang masih di percayai oleh beberapa orang yang
mengunjungi situs batu goong ini. Oleh karena itu pemerintah daerah diharapkan
bisa lebih memperkenalkan dan meningkatkan potensi yang ada di situs batu
goong ini agar dapat menambah jumlah anggaran yang masuk ke pemerintah
daerah. Selain adanya situs batu goong, disekitaran situs ini terdapat pemandian
air Citaman dan juga terdapat museum Citaman yang di dalamnya terdapat
peninggalan batu-batu yang berbentuk gong dan juga batu-batu lainnya yang telah
ditemukan pada jaman prasejarah dan sampai saat ini masih dikunjungi oleh para
pengunjung yang diantaranya terdiri dari para pelajar, masyarakat biasa, para
pihak dari dinas dan jugapara peneliti yang ingin mengetahui dan meneliti
mengenai situs batu goong ini.
b. Komplek Makam Syekh Mansyur
Kepurbakalan yang terdapat di komplek makam Syekh Mansyur
Cikadueun ini hanyalah batu nisan pada makam Syekh Mansyur yang tipologinya
menyerupai batu nisan tipe Aceh. Nisan ini memiliki bentuk besar pipih, bagian
kepala memiliki dua undakan, makin ke atas makin mengecil. Pada bagian atas
badan nisan terdapat tonjolan berbentuk tanduk. Hiasan berupa sulur daun dan
Makam Syekh Mansyur terletak di kampung Cikadueun, Desa Cikaduen,
Kecamatan Cimanuk Kabupaten Pandeglang. Menurut kisah yang berkembang di
masyarakat, Syekh Mansyur berkaitan dengan riwayat Sultan Haji atau Sultan
Abu al Nasri Abdul al Qahar, Sultan Banten ke tujuh yang merupakan putera
Sultan Ageng Tirtayasa. Masa pemerintahan Sultan Haji yang kooperatif dengan
Belanda ini dipenuhi dengan pemberontakan dan kekacauan di segala bidang,
bahkan sebagian masyarakat tidak mengakuinya sebagai sultan.
Karena riwayat Sultan Haji yang sangat memalukan dan memperihatinkan
tersebut, maka timbullah cerita yang menyimpang dari data-data sejarah.
Diceritakan bahwa yang melawan Sultan Ageng bukanlah Sultan Haji, melainkan
orang yang menyerupai Sultan Haji yang berasal dari Pulau Puteri atau Majeti.
Orang ini datang ke Banten ketika Sultan Haji sedang menunaikan ibadah haji ke
Mekkah.
Setelah selesai menunaikan ibadah haji, Sultan Haji yang asli kembali ke
Banten dan mendapat kenyataan Banten sedang dalam keadaan penuh huru-hara.
Untuk menghindari keadaan yang lebih buruk lagi, Sultan Haji pergi ke Cimanuk,
tepatnya ke daerah Cikadueun, Pandeglang. Di Cikadueun ia menyebarkan agama
Islam hingga wafat disana. Ia dikenal dengan nama Haji Mansyur atau Syekh
Mansyur Cikadueun (Sumber: Dokumentasi Benda Cagar Budaya dan
Kepurbakalaan Provinsi Banten Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, 2008).
Syekh Mansyur ini merupakan orang yang berjasa dan mempunyai
peninggalan yang terkenal yaitu situs batu Quran yang terletak di kaki Gunung
Karang, di Desa Kadubumbang Kecamatan Cimanuk Kabupaten Pandeglang.
Sejarah batu Quran ini sangat berkaitan erat dengan komplek makam Syekh
Mansyur, ulama Banten yang terkenal di abad ke 15. Menurut penuturan penjaga
batu Quran, lokasi di mana batu Quran ini dahulunya adalah pijakan kaki Syekh
Mansyur ketika hendak pergi berhaji ke tanah suci Mekkah. Dengan membaca
Basmalah sampailah beliau ke tanah suci Mekkah. Ceritapun berlanjut ketika
Syekh Mnsyur pulang dari Mekkah muncul bersama dengan air dari tanah yang
tidak berhenti mengucur. Penjaga batu Quran menyakini bahwa air yang
mengucur tersebut adalah air zam zam. Derasnya air tersebut mengenai daerah
sekitar dan tidak berhenti. Syekh Mansyur kemudian bermunajat kepada Allah
SWT dengan sholat 2 rakaat di dekat keluarnya air. Selesai shalat beliau kemudian
mendapat petunjuk untuk menutup air tersebut dengan Al-Quran. Maka atas ijin
Allah SWT air tersebut berhenti mengucur dan Al-Quran tersebut berubah
menjadi batu sehingga batu tersebut dinamakan batu Quran.
Syekh Manyur merupakan orang sakti pada jamannya dan sangat
dihormati serta disegani oleh masyarakat bahkan sampai saat ini. Syekh Mansyur
sendiri wafat pada tahun 1672M dan di makamkan di desa Cikaduen Pandeglang,
makam beliau berdampingan dengan makam istri dan para ajudanya semasa
beliau hidup. Hingga saat ini komplek makam Syekh Mansyur masih sering
dijiarahi oleh para pengunjung atau masyarakat dan masih sangat dikeramatkan
setiap bulan Haji dan juga bulan Muharam, selain pada bulan-bulan yang
dikeramatkan atau bulan yang sangat dipercayai untuk berjiarah, masyarakat yang
datang juga rutin berjiarah pada malam Jumat, pada hari Sabtu dan hari Minggu
dan masyarakat yang berkunjung ini berasal dari berbagai daerah diantaranya
yaitu ada yang dari daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera bahkan dari
Kalimantan niat berjiarah ke makam Syekh Mansyur. Selain adanya makam
Syekh Mansyur juga di sekitaran komplek makam ini terdapat air suci yang
ditampung di dalam kendi besar yang dipercayai dapat memberikan keberkahan
dan jika ada yang ingin dijadikan sebagai pengobatan dan niatan tersebut sangat
baik dan tidak disalah artikan, maka air suci tersebut akan berkhasiat bagi
pengunanya.
Dengan banyaknya para pengunjung yang berjiarah ke makam Syekh
Mansyur ini diharapkan dapat meningkatkan sektor pariwisata yang ada di
Kabupaten Pandeglang khususnya dalam hal kebudayaan dan sejarah. Pemerintah
daerah sendiri diharapkan dapat lebih memperhatikan sarana dan prasarana yang
menunjang untuk para pengunjung yang datang ke makam Syekh Mansyur ini dan
pemerintah juga bisa lebih mempromosikan komplek makam Syekh Mansyur ini
agar lebih banyak lagi masyarakat yang berjiarah ke makam Syekh Mansyur.
Karena makam Syekh Mansyur ini memiliki potensi yang baik agar dapat
membantu kepariwisataan yang ada di Kabupaten Pandeglang. Potensi tersebut
sudah terbukti dengan adanya sejarah dan peninggalan yang sampai saat ini masih