• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab IV berisi dampak perkembangan Lekra bagi politik dan sosial

DAFTAR PUSTAKA

Sumber buku:

Ajib Rosidi. Masalah Angkatan dan Periodisasi Sedjarah Sastra Indonesia.

Jakarta: Pustaka Jaya.

_________. 2015. Lekra Bagian dari PKI. Bandung:PT Dunia Pustaka Jaya.

Ali Moertopo. 1978.Strategi Kebudayaan.Jakarta: Center For Strategic And

Internasional Studies.

Antariksa. 2005.Tuan Tanah Kawin Muda: Hubungan Seni Rupa-Lekra

1950-1965.Yogyakarta: Yayasan Seni Cerneti.

Anton Haryono. 2011. Sejarah (Sosial) Ekonomi: Teori Metodologi Penelitian

dan Narasi Kehidupan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Asnawi Murani, Dkk. 1984. Kapita Selekta Manifestasi Budaya

Indonesia.Bandung: Alumni.

Agus Burhan, M. 2013.Seni Lukis Indonesia Masa Jepang Sampai Lekra.

Surakarta: UNS PRESS.

Elly M. Setiadi.2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.Jakata: Kencana.

Hadji Schmad Notosoetardjo. 1962. Kepribadian Revolusi Bangsa Indonesia.

Penerbitan Bersama Endang-Pemuda Lembaga Penggalian dan

Perhimpunan Sedjarah Revolusi Indonesia.

Hamzirwan, dkk. 2011. 50 Tahun Bumi Tarung. Jakarta:dicetak oleh Mahameru

Offset Printing.

Hikmah Diniah. 2007.Gerwani Bukan PKI: Sebuah Gerakan Feminisme Terbesar

Jones, Tod. 2015.Kebudayaan dan Kekuasaan di Indonesia: Kebijakan Budaya Selama Abad ke-20 Hingga Reformasi. Jakarta:Yayasan Pusat Obor Indonesia.

Junus Melalatoa, M. 1997.Sistem Budaya Indonesia.Jakarta: PT. Pamator.

Koentjaraningrat, 1974.Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan.Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.

Kongres Nasional Umum Pertama Lembaga Kebudayaan Rakyat. 1959.Penerbit Lembaga Kebudayaan Rakyat.

Kasenda, Peter. 2014.Bung Karno Panglima Revolusi. Yogyakarta: Galang

Pustakan.

_________. 2014.Soekarno Marxisme dan Leninisme: Akar Pemikiran Kiri dan

Revolusi Indonesia. Depok: Komunitas Buku,

Kuntowijoyo, 2001. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang Budaya.

Magis-Suseno, Franz. 1992.Filsafat Kebudayaan Politik: Butir-Butir Pemikiran

Kritis. Jakarta: Gramedia.

Marwati Djoened Poesponegoro. 1984.Sejarah Nasional Indonesia VI.edisi

ke-4.Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Maswadi Rauf. 2001.Konsensus dan konflik politik. Diktorat Jenderal Pendidikan

Tinggi Departemen Pendidikan Tinggi.

Muhidin M Dahlan dan Rhoma Dwi Aria Yuliantri. 2008. Lekra Tak Membakar

Buku. Yogyakarta: Merakesumba.

_________.2008. Laporan Dari Bawah: Sehimpunan Cerita Pendek Lekra:

Harian Rakyat 1950-1965.Yogyakarta: Merakesumba.

Moeljanto, &Taufiq Ismail. 1995.Prahara Budaya:Kilas-Balik Ofensif Lekra/PKI

Pramoedya Ananta Toer. 2003.Realisme Sosialis dan Sastra Indonesia. Jakarta: Lentera Dipantara.

Rangkaian Peristiwa Pemberontakan komunis di Indonesia, 1988. Jakarta: Lembaga Studi Ilmu-Ilmu Kemasyarakatan.

Rodee, Carlton Clymer, dkk. 1988.Pengantar Ilmu Politik. Jakarta: Rajawali Pers.

Sartono Kartodirdjo. 1987.Kebudayaan Pembangunan Dalam Perspektif

Sejarah.Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Simon, Fransiskus. 2008.Kebudayaan dan Waktu Senggang. Yogyakarta:

Jalasutra.

Suhartono W. Pranoto. 2010. Teori dan Metodologi Sejarah.Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Supartono, Alexander. 2000. Lekra vs Manikebu: Perdebatan Kebudayaan

1950-1965. Jakarta: Wacana Sosialis.

Suprihadi Sastrosupono, M. 1982.Menghampiri Kebudayaan.Bandung: Alumi.

Soegiarso Soerojo. 1988. Siapa Menabur Angin Akan Menuai Badai (G30S/PKI

dan Apa Peran Bung Karno). Jakarta: Antar Kota.

Soelistyati Ismail Gani. 1984.Pengantar Ilmu Politik.Jakarta: Ghalia Indonesia.

UUD 1945: P-4 GBHN Kewaspadaan Nasional.

Wijaya Herlambang. 2013.Kekerasan Budaya Pasca 1965: Bagaimana Orde

Baru Melegitimasi Anti-Komunisme Melalui Sastra dan Film,

2013.Tangerang Selatan:CV Marjin Kiri. Majalah:

Budaya, Yogyakarta, diterbitkan Djawatan Kebudayaan Pusat Departemen P.D.K. Urusan Kesenian Jogyakarta, Edisi 1962.

Hery Santosa; Dalam makalah: Sejarah Kebudayaan Indonesia, Yogyakarta.

Tempo. Edisi khusus 30 September-6Oktober 2013.Tempo dan Geger 1965.

Jakarta: Kepustakaan Gramedia.

_________.Edisi 22 September 2013.Trubus, Dimanakah Anda?.

Sumber Internet:

94

Lampiran 1a

Mukaddimah Lekra, disjahkan dalam Kongres Nasional PertamaKebudajaan Rakjat di solotanggal 23-28 Djanuari 1959.

MUKADDIMAH

Menjadari bahwa Rakjat adalah satu-satunja pentjipta kebudayaan, dan bahwa pembangunan kebudajaan Indonesia-baru hanja dapat dilakukan oleh Rakjat, maka hari 17 Agustus 1950 didirikan Lembaga Kebudajaan Rakjat, disingkat Lekra. Pendirian itu terdjadi ditengah-tengah proses perkembangan manusia untuk memenuhi, setinggi-tingginja kebutuhan hidup lahir batin, senantiasa madju dengan tiada putus-putusnya.

Revolusi Agustus 1945 membuktikan, bahwa pahlawan didalam peristiwa bersedjarah ini, seperti halnja dialam seluruh sedjarah adalah golongan didalam masjarakat jang menentang pendjadjahan. Revolusi Agustus adalah usaha pembebasan diri Rakjat Indonesia dari pendjadjahan dan peperangan pendjadjahan serta penindasan feodal. Hanja djika panggilan sedjarah Revolusi Agustus terlaksana, djika tertjipta kemerdekaan dan perdamaian serta demokrasi, kebudajaan Rakjat berkembang bebas. Kejakinan tentang kebenaran ini menjebabkan Lekra bekerdja membantu pergulatan untuk kemerdekaan tanahair dan untuk perdamaian di antara bangsa-bangsa, di mana terdapat kebebasan lagi perkembangan kepribadian berdjuta-djuta Rakjat.

Lekra bekerdja khusus dilapangan kebudajaan, dan untuk masa ini terutama dilapangan kesenian, dan ilmu. Lekra menghimpun tenaga dan kegiatan seniman-seniman, sardjana-sardjana serta pekerdja-pekerdja kebudajaan lainnja. Lekra membantah pendapat bahwa kesenian dan ilmu bisa terlepas dari masjarakat. Lekra mengadjak pekerdja-pekerdja kebudajaan untuk dengan sadar mengabdikan dajatjipta, bakat serta keachlian mereka guna kemadjuan Indonesia, kemerdekaan Indonesia, pembaruan Indonesia.

Zaman dilahirkan oleh sedjarah jang besar, dan sedjarah bangsa kita telah melagirkan putera-putera jang baik, dilapangan kesusasteraan, seni rupa, musik, senitari, musik, seni darama, dan film, maupun dilapangan-lapangan kesenian lain dan ilmu. Kita wadjib bangga bahwa kita terdiri dari suku-suku jang masing-masingnja mempunjai kebudajaan jang bernilai. Keragaman bangsa kita ini menjediakan kemungkinan jang tiada terbatas untuk pentjiptaan jang sekaja-kajanja serta seindah-indahnja.

Lekra tidak hanja menyambut setiap sesuatu jang batu; Lekra memberikan bantuan jang aktif untuk memenangkan setiap jang baru dan madju, Lekra

membantu aktif perombakan sisa-sisa “Kebudajaan” pendjadjahan jang

mewariskan kebodohan, rasa rendah serta watak pada sebagian bangsa kita. Lekra menerima dengan kritis peninggalan-peninggalan itu, seperti halnja mempelajari dengan seksama pula hasil-hasil klasik maupun dari bangsa lain jang manapun, dan dengan ini meneruskan setjara kreatif tradisi jang dari sedjarah dan bangsa kita, menudju kepentjiptaan kebudajaan jang baru jang nasional dan ilmiah. Lekra mengandjurkan kepada anggota-anggotanja, tetapi djuga kepada seniman-seniman, sardjana-sardjana dan pekerdja-pekerdja kebudajaan lainnja diluar Lekra, untuk setjara dalam mempeladjari kebenaran jang hakiki dari kehidupan, dan untuk bersikap setia kepada kenjataan dan kebenaran.

Lekra mengandjurkan untuk mempeladjari dan memahami pertentangan-pertentangan jang berlaku didalam masjarakat maupun didalam hati manusia, mempelajari dan memahami gera perkembangannja serta hari depannja. Lekra mengandjurkan pemahan jang tepat atas kenjataan-kenjataan didalam perkembangan jang madju, dan mengandjurkan hal ini, baik untuk tjara kerdja dilapangan ilmu, maupun untuk tjarakerdja pentjiptaan dilapangan kesenian. Dilapangan keseinian, Lekra mendorong inisiatif jang kreatif, mendorong keberanian kreatif, dan Lekra menjetudjui setiap aliran bentuk dan gaja, selama ia setia pada kebenaran, keadilan, dan kemadjuan jang selama ia mengusahakan keindahan artistik jang setinggi-tingginja.

Singkatnja, dengan menolak sifat anti-kemanusiaan dan anti-sosial dari kebudajaan buakn Rakjat, dengan menolak perkosaan terhadap kebenaran dan terhadap milai-nilai keindahan, Lekra bekerdja untuk membentuk pembentukan manusia baru jang memiliki segala kemampuan untuk memadjukan dirinja dalam perkembangan kepribadian jang bersegi banjak dan harmonis.

Didalam kegiatannja, Lekra menggukan tjara saling bantu, saling kritik, dan diskusi persaudaraan dalam masalh-masalh pentjiptaan. Lekra berpendapat bahwa setjara tegas berpihak tega berpihak pada Rakjat, adalah satu-satunja djalan bagi seniman-seniman, sardjana-sardjana maupun pekerdja-pekerdja kebudajaan lainnja, untuk mentjapai hasil-hasil jang tahan udji dan tahan waktu.

Lekra mengulurkan tangan kepada organisasi kebudajaan jang lain aliran atau kejakinan apapun untuk bekerdja sama dalam pengabdian ini.

Lampiran 1b

MUKADDIMAH

Adalah suatu kepastian, bahwa dengan gagalnja Revolusi Agustus 1945, Rakjat Indonesia sekali lagi terantjam suatu bahaja, jang bukan sadja akan memperbudak kembali Rakjat Indonesia dilapangan politik, ekonomi, dan militer, tetapi djuga dilapangan kebudajaan.

Gagalnya Revolusi Agustus 1945 berarti djuga gagalnja perdjuangan

pekerdja kebudajaan untuk menghantjurkan kebudajaan kolonial dan

menggantinya dengan kebudajaan jang demokratis, dengan kebudajaan Rakjat. Gagalnya Revolusi Agustus 1945 berarti memberikan kesempatan kepada usahanja feodal dan imperialis untuk untuk melandjutkan usahanja, meratjuni dan merusak-binasakan feodal dan imperialis telah membikin Rakjat Indonesia bodoh, menanamkan djiwa-pengetjut dan penakut, menjebarkan wtak lemah dan rasa hina-rendah tiada kemampuan untuk berbuat dan bertindak.

Pendeknja kebudajaan-feodal dan imperialis membikin rusak-binasa batin Rakjat Indonesia, membikin Rakjat Indonesia berdjiwa dan bersemangat budak.

Masjarakat setengah djadjahan sebagaimana kita alami sekarang ini, masjarakat jang dilahirkan oleh sesuatu politik kompromi dengan imperalisme sudah dengan sendirinja tidak bisa lain dari pada membuka pintu bagi kelangsungan kebudajaan, kolonial, sebagai persenjawaan antara kebudjaan feodal dan kebudajaan imperialis.

Masjarakat setengah djadjahan memerlukan kebudajaan-kolonial sebagai salah satu sendjata klas jang berkuasa untuk menindas klas jang diperintah.

Kebudajaan-kolonial adalah sendjata dari klas “elite” jang telahmerasakan

kenikmatan dan kemewahan jang dihasilkan oleh keringat dan darah Rakjat-banjak.

Maka dengan demikian, perkembangan Kebudajaan Rakjat, jaitu kebudajaan dari rakyat-banjak jang merupakan lebih dari 90% dari djumlah seluruh nasion (nation) Indonesia, akan tertindas dan tertekan kemadjuannja.

Tetapi sebaliknja kebudajaan anti-Rakjat, kebudajaan-feodal, dan imperialis akan kembali meradjalela lagi.

Kedudukan setengah djadjahan dari tanah air Indonesia berarti pula bahwa Indonesia terseret kedalam arus peperangan jang sedang disiapkan oleh negeri-negeri imperialis. Peperangan imperialis adalah rintangan jang sebesar-besarnja bagi perkembangan kebudajaan-Rakjat.

Maka kami jang bersedia mendjadi Kebudajaan Rakjat mempersatukan diri dan menjusun kekuatan untuk bertahan serta mengadakan perlawanan terhadap setiap usaha jang hendak mengembalikan kebudajaan-kolonial, kebudajaan kuno jang reaksioner itu.

Kami perdja-Kebudajaan-Rakjat akan mempertahankan dan memperkuat benteng kebudajaan-Rakjat (kultur Rakjat). Untuk maksud tudjuan ini, maka kami menjusun diri dalam lembaga KEBUDAJAAN RAKYAT berdasarkan konsepsi kebudajaan Rakjat.

Dokumen terkait