• Tidak ada hasil yang ditemukan

Abbas. 2011. Gender dalam Sastra. Makasar: Universitas Hasanuddin

Aminuddin. 1990. Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra.

Malang: Yayasan Asih Asah Asuh

Wiyatmi. 2012. Kritik Sastra Feminis: Teori dan Aplikasinya dalam Sastra Indonesia.

Yogyakarta: IKAPI

Djanegara, Soenarjati. 2000. Kritis Sastra Feminis, Sebuah Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Fakih, Mansour. 2001. Analisis Gender dan Tranformasi Sosial. Yogyakar: Pustaka Pelajar Offside

Faruk. 2016. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Belajar

25 PERBEDAAN TINGKAT KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN

MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN VAK (Visualization, Auditory, Kinestetic) VS TTW (Think, Talk, Write) PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2

PEMATANGSIANTAR

1.Junifer Siregar, 2Restua Hutahaean Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar

ABSTRAK

Penelitian ini untuk mendeskripsikan perbedaan kemampuan menulis puisi dengan menggunakan VAK (Visualization, Auditory, Kinestetic) vs TTW (Think, Talk Write) pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Pematangsiantar. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh koefisien t= 4,035. Pada tingkat kepercayaan 95% dengan df=

70, ttabel = 1,996; signifikan pada p<0,05. Dengan demikian Ho ditolak. Dengan penolakan Ho maka Ha diterima, artinya terdapat perbedaan yang signifikan tingkat kemampuan menulis puisi pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Pematangsiantar yang diajar dengan menggunakan model VAK ((Visualization, Auditory, Kinestetic) lebih unggul karena menggunakan gambar sebagai media dibanding dengan model pembelajaran TTW (Think Talk Write).

Kata Kunci : Model Pembelajaran VAK, Model Pembelajaran TTW, dan Puisi

PENDAHULUAN

Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa. Kegiatan menulis merupakan kegiatan yang tidak bisa dipisahkan dari seluruh proses belajar di sekolah. Selama menuntut ilmu pengetahuan di sekolah, siswa sering diajarkan dan diberi tugas menulis. Oleh karena itu, mereka diharapkan memiliki wawasan yang mendalam setelah melakukan kegiatan menulis. Menulis merupakan proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulisan untuk memberitahu, meyakinkan atau menghibur. Selain itu, menulis juga proses merangkai kata menjadi kalimat.

Tarigan (2008:3-4) menyatakan, “Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung.” Menulis merupakan suatu kegiatan

26 yang produktif dan ekspresif. Disebut sebagai kegiatan yang produktif karena menghasilkan suatu tulisan dan disebut sebagai tulisan yang ekspresif karena kegiatan menulis adalah kegiatan yang mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, dan pengetahuan penulis kepada pembaca.

Salah satu materi bahasa Indonesia dalam kurikulum 2013 adalah menulis puisi. Menulis puisi diajarkan kepada siswa sebagai kegiatan yang produktif dan ekspresif. Suminto (2002:3) menyatakan, “Puisi adalah sebentuk pengucapan bahasa yang memperhitungkan adanya aspek

bunyi-bunyi di dalamnya, yang mengungkapkan pengalaman imajinatif, emosional, dan intelektual penyair yang ditimba dari kehidupan individual dan sosialnya, yang diungkapkan dengan tehnik pilihan tertentu, sehingga puisi itu mampu membangkitkan pengalaman tertentu pula dalam diri pembaca atau pendengar-pendengarnya.”

Keterampilan menulis puisi tidak bisa tercipta begitu saja tanpa melalui proses. Pada saat menulis puisi, siswa dapat mengungkapkan atau mengekspresikan gagasan atau pendapat, pemikiran dan perasaan yang dimilikinya. Guru memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas dan kuantitas pengajaran yang dilaksanakanya. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti kualitas pembelajaran menulis puisi siswa kelas X SMA Negeri 2 Pematangsiantar tergolong rendah. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata = 65. Hal ini artinya bahwa belum mencapai KKM 70.

Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti bahwa rendahnya kemampuan menulis puisi disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: (1) siswa pasif dan kurang tertarik dengan pembelajaran menulis puisi, (2) siswa masih kesulitan menemukan diksi dalam menulis puisi, (3) siswa kurang mampu mengembangkan imajinasi dalam menulis puisi. Hal ini dikarenakan dalam menulis puisi tidak hanya menyodorkan teori yang disajikan pada waktu belajar, tetapi banyak didapat dalam

27 lingkungan sekitar yang dapat dipergunakan untuk menulis puisi. Oleh karena itu, tujuan menulis puisi adalah untuk dapat memaparkan atau menjelaskan sesuatu bahwa dunia telah diperindah dengan adanya puisi dan juga agar pengetahuan pembaca bertambah seperti yang diinginkan.

Tentu ada persyaratan yaitu pengarang harus berpikir secara kritis dan logis. Dengan demikian, keberhasilan siswa dalam menulis puisi adalah kesiapan guru dalam melaksanakan pengajaran.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil pembelajaran menulis siswa kurang memadai, khususnya menulis puisi. Siswa kurang memahami apa yang ada di dalam puisi tersebut bahwa di dalam sebuah puisi, kita tidak hanya berhadapan dengan unsur kebahasaan yang meliputi serangkaian kata-kata indah, namun juga merupakan kesatuan bentuk pemikiran atau struktur makna yang hendak diucapkan oleh penyair.

Menanggapi masalah di atas, perlu diubah model pembelajaran yang mampu mengatasi masalah tersebut. Terdapat model inovatif yang digunakan yaitu model VAK (Visualization, Auditory, Kinestetic) dan TTW (Think, Talk, Write). Model VAK (Visualization, Auditory, Kinestetic) merupakan model pembelajaran yang mengoptimalkan ketiga modalitas belajar tersebut untuk menjadikan si pelajar merasa nyaman (Shoimin, 2016:226). Disisi lain model pemebelajaran VAK merupakan anak dari model pembelajaran Quantum yang berprinsip untuk menjadikan situasi belajar menjadi lebih nyaman dan menjanjikan kesuksesan bagi pembelajarnya di masa depan.

Shoimin (2016:212) menyatakan, “Model TTW (Think, Talk, Write) merupakan suatu model pembelajaran untuk melatih keterampilan peserta didik dalam menulis.”Think, Talk, Write

menekankan perlunya peserta didik mengomunikasikan hasil pemikirannya. Oleh karena itu,peneliti menggunakan kedua model ini sebagai tolak ukur dalam menyelesaikan

28 penelitiandengan judul “Perbedaan Tingkat Kemampuan Menulis Puisi Dengan Menggunakan Model Pembelajaran VAK (Visualization, Auditory, Kinestetic) VS TTW (Think, Talk, Write) Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Pematangsiantar

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode eksperimen. Metode eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti. Eksperimen dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat suatu perlakuan.

Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen dengan desain 5 yang menggunakan pre-test dan pasca-pre-test dengan kelompok-kelompok yang diacak yang menggunakan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Model VAK (Visualization, Auditory, Kinestetic) diberikan pada kelompok eksperimen dan model TTW (Think, Talk, Write) diberikan pada kelompok control.

Tabel I

Desain Eksperimen Random Control-Group Design Kelas Pra-test Perlakuan Post-test

Eksperimen Y1 X1 Y2

Kontrol Y1 X2 Y2

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 2 Pematangsiantar Tahun Pelajaran 2019/2020 sebanyak 11 kelas dengan jumlah 396 orang siswa. Dalam penelitian ini populasi berjumlah 396 siswa dari 11 kelas, peneliti mengambil sampel 2 kelas yaitu X PMIA 3 dan X PMIA 5 dengan jumlah 72 siswa. Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen, dengan menggunakan desain 5, yang menggunakan kelas ekperimen dan kelas kontrol. Model

29 VAK (Visualization, Auditory, Kinestetic) diperlakukan pada kelompok eksperimen dan TTW (Think, Talk, Write) diperlakukan pada kelompok kontrol.