• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfatan Youtube Sebagai Optimasi Pembelajaran Daring Bahasa Indonesia Masa Pandemi

PENGARUH KEBUDAYAAN TERHADAP PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER SISWA

BAHASA INDONESIA DI MASA PANDEMI COVID 19 Kaleb E. Simanungkalit

2. Pemanfatan Youtube Sebagai Optimasi Pembelajaran Daring Bahasa Indonesia Masa Pandemi

Pembelajaran daring sangat erat kaitannya dengan teknologi informasi. Mustahil pembelajaran berjalan dengan baik jika antara pengajar dan siswa buta akan teknologi informasi. Fungsi teknologi informasi dalam pembelajaran pendidikan adalah sebagai gudang ilmu, sebagai alat bantu pembelajaran, sebagai fasilitas pendidikan, sebagai standar kompetensi, sebagai penunjang administrasi, sebagai alat bantu manajemen dan sebagai infrastruktur pendidikan (Indrajit, 2004 dalam Bambang Warsita, 2011:87).

Pada saat ini kita dihadapkan dengan perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat. Hal ini bisa dilihat dari meningkatnya penggunaan gawai serta jumlah pengguna

89 layanan internet setiap tahunnya. Teknologi informasi sendiri telah berkembang sesuai dengan arah perkambangan ilmu pengetahuan. Tentunya hal ini dapat digunakan sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar. Salah satunya adalah youtube yang dapat memberikan keuntungan yaitu, diakses kapanpun dan dimanapun. Platform ini juga bisa menjadi media yang menunjang pembelajaran daring yang dapat memvisualisasikan teknik dan materi pembelajaran yang baik. Tentunya hal ini dapat menjawab tantangan letak geografis tempat tinggal pelajar yang berada di pelosok yang keuslitan dalam mendapatkan jaringan yang lancar.

Youtube adalah layanan video sharing popular dimana para penggunanya dapat memuat, menonton dan berbagi klip video secara gratis. Youtube menjadi salah satu media sosial yang praktis dan mudah diakses. Media social menjadi alat pengajaran penting untuk menyebarkan informasi kepada siswa, dan yang lainnya (Green dan Hope, 2010).

Penggunaan video interaktif seperti youtube kedalam proses pembelajaran akan meningkatkan ketrampilan peserta didik (Burnett dan Melissa, 2008 dalam Wijanarko, 2017).

Youtube dapat menjadi alternatif untuk mempelajari keterampilan berbasis video, sebagai alat pengajaran untuk menciptakan pengalaman belajar yang aktif antar kelompok siswa dalam rangka peningkatan pengetahuan (Herman, 2006; Carpenter et al, 2008 dalam Suryaman, 2015). Dalam hal ini youtube menjadi penyedia informasi yang kaya. Sebagai pengajar maupun pelajar kita bisa belajar secara otodidak tentang berbagai hal. Banyak konten kreator yang berbagi berbagai tutorial seperti tutorial pembuatan video pembelajaran dan media pembelajaran. Dengan demikian, tentunya youtube dapat menjawab tantangan kurangnya pemahaman pengajar maupun pelajar untuk menggunakan teknologi yang ada.

KESIMPULAN

Era ini banyak berbagai aplikasi maupun platform yang dapat dijadikan sebagai rujukan dalam memperoleh berbagai informasi. Dalam dunia pendidikan youtube dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Salah satunya adalah sebagai penyedia informasi dalam pengoptimalisasian pembelajaran daring. Banyak ilmu yang akan kita dapat jika kita melek literasi digital. Youtube memberikan kemudahan kepada kita untuk mencari informasi dan ilmu yang tentunya dalam hal ini diperlukan keseriusan dan kemauan kita sebagai pengajar maupun pelajar dalam mendapatkan pembelajaran daring yang efektif.

90 DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, R. (2016). Pembelajaran dalam perspektif kreativitas guru dalam pemanfaatan media pembelajaran. Lantanida Journal, 4(1), 35–49. https://doi.org/10.22373/lj.v4i1.1866 Caniago, Junita Kahirani. (2013). Literasi Media dan Literasi

Digital.https://junitakhairanicaniago.weebly.com/-uploads/1/8-/4/6/18468290/makalah literasi media digital.pdf

http://pgdikmen.kemdikbud.go.id/channel/reformasi-birokrasi

Ihsanuddin. (2020). Jokowi: Kerja dari Rumah, Belajar dari Rumah, Ibadah di Rumah Perlu Digencarkan. Kompas.Com.

https://nasional.kompas.com/read/2020/03/16/15454571/jokowi-kerja-dari-rumahbelajardari-rumah-ibadah-di-rumah-perlu-digencarkan

Kemdikbud, P. (2020). SE Mendikbud: Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Covid 19.

Suryaman, Maman. (2015). Penggunaan Youtube Sebagai Media Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Pada Kurikulum 2013. Jurnal Oktodika, 14 (5), 56-71.

Warsita Bambang. 2011. Pendidikan Jarak Jauh: Perancangan, Pengembangan, Implementasi dan Evaluasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya Bandung.

Wijanarko. (2017). Pemanfaatan Web Youtube Dalam Pembelajaran PAI. E-Jurnal Program Pascasarjana Universitas Ganesha, Vol 4 Tahun 2017.

Zhang, W., Wang, Y., Yang, L., & Wang, C. (2020). Suspending classes without stopping learning: China’s education emergency management policy in the COVID-19 outbreak. Journal of Risk and Financial Management, 13(3), 55.

https://doi.org/10.3390/jrfm13030055

91 KESANTUNAN BERBAHASA MAHASISWA DENGAN DOSEN PADA

PEMBELAJARAN DARING DI FKIP UNIVERSITAS SIMALUNGUN

1Berlian R. Turnip, 2Lili Tansliova, 3Netti Marini Universitas Simalungun, Pematangsiantar / Indonesia

Email : berlianrturnip@gmail.com

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana aspek kesantunan berbahasa mahasiswa dengan dosen dalam pembelajaran daring di FKIP Universitas Simalungun, mendeskripsikan pelanggaran kesantunan berbahasa yang dilakukan oleh mahasiswa ketika berkomunikasi dalam pembelajaran daring. Prinsip kesantunan berbahasa berpedoman pada enam Maksim yang dikemukan oleh Leech yaitu maksim kebijaksanaan, penghargaan, kesederhanaan, kedermawanan, kesepakatan dan maksim simpati. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi dengan mentranskripsikan komunikasi mahasiswa dan dosen dalam pembelajaran daring guna menilai aspek kesantunan berbahasa. Data penelitian yang telah terkumpul selanjutnya akan dianalisa sehingga dapat diperoleh hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesantunan berbahasa mahasiswa dengan dosen yang berlangsung pada pembelajaran daring di FKIP USI masih sangat baik yang didominasi kategori sangat santun dan santun. Tuturan sangat santun terlihat dari seringnya mahaiswa menggunakan kata izin, maaf, mohon dan salam dalam tuturannya. Sedangkan tuturan santun terlihat dari pemilihan kata (diksi) yang jujur, lugas dan apa danya, serta selalu memakai kata sapaan yang tepat dan berterima kasih di akhir tuturan. Meskipun pada kenyataannya, mahasiswa lebih banyak mempergunakan kata – kata nonformal, namun masih bisa dipahami dan dimaklumi oleh dosen. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa masih bisa menunjukkan etika berbahasa yang baik. Selain itu, pada pembelajaran daring tersebut, kesantunan berbahasa mahasiswa dengan dosen tercermin pada penggunaan maksim kesederhanaan, maksim pemufakatan, maksim kesimpatisan, maksim kebijaksanaan dan maksim kedermawanan.

Kata kunci : Kesantunan berbahasa, mahasiswa dan dosen, pembelajaran daring.

I. PENDAHULUAN

Berbahasa merupakan cara masyarakat menyampaikan perasaan, ide maupun gagasan baik melalui bahasa tulis maupun bahasa lisan. Berbahasa adalah wujud komunikasi antara seseorang dengan orang lain, maupun antara seseorang dengan sekelompok orang.

Komunukasi terssebut melibatkan penutur, tuturan dan penerima tuturan. Tuturan ini menjadi ruang lingkup kajian pragmatik. Dalam kajian pragmatik, konteks menjadi hal terpenting yang tidak dapat dipisahkan dalam komunikasi.

92 Seorang mitra tutur harus memperhatikan konteks agar dapat menafsirkan dengan baik maksud dari apa yang disampaiakan penutur. Sedangkan seorang penutur, harus dapat berbahasa dengan memperhatikan konteks agar maksud tuturan dapat tercapai. Selain itu, aspek kesantunan berbahasa juga harus diperhatikan karena menjadi aspek penting agar hubungan baik anatara penutur dengan mitra tutur dapat selalu terjaga.

Kesantunan berbahasa menjadi salah satu hal yang harus dimiliki oleh mahasiswa, terutama ketika berkomunikasi dengan dosen dalam konteks pembelajaran. Dosen juga harus menekankan komunikasi yang santun sehingga dapat membentuk karakter mahasiswa yang santun juga ketika berbahasa. Apabila aspek kesantunan ini diperhatikan dan terus dilakukan, maka komunikasi yang terjadi dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

Prinsip kesantunan yang dapat dijadikan pedoman merujuk pada pendapat Leech.

Leech (2011 : 166) menyatakan bahwa terdapat suatu prinsip yang membantu komunikasi (percakapan) agar berjalan baik dikarenakan penutur dan mitra tutur akan saling menjaga keseimbangan sosial dan hubungan yang ramah yaitu prinsip sopan santun berbahasa.

Selanjutnya Leech mengklasifikasikan prinsip kesantunan menjadi enam maksim yaitu, maksim kebijaksanaan, kedermawanan, penghargaan, kesederhanaan, simpati dan kesepakatan.

Pembelajaran yang berlangsung di masa wabah pandemi Covid 19 saat ini menuntut kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan teknologi pembelajaran. Pembelajaran menggunakan teknologi komunikasi saat ini disebut pembelajaran daring (dalam jaringan).

Dalam dunia pendidikan, komunikasi antara guru dengan siswa maupun mahasiswa dengan dosen harus memperhatikan etika dan sopan santun berbahasa. Oleh karena itu, meskipun pembelajaran dilakukan secara daring, kesopanan harus menjadi hal penting untuk diperhatikan khususnya oleh mahasiswa. Hal inilah yang mendasari peneliti tertarik untuk mengangkat topik penelitian dengan judul “Kesantunan Berbahasa Mahasiswa dengan Dosen dalam Pembelajaran Daring di FKIP Universitas Simalungun”.

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk :

a. Mendeskripsikan aspek kesantunan berbahasa mahasiswa dengan dosen dalam pembelajaran daring di FKIP Universitas Simalungun

b. Mendeskripsikan pelanggaran kesantunan berbahasa yang dilanggar mahasiswa ketika berkomunikasi dengan dosen pada pembelajaran daring di FKIP Universitas Simalungun.

93 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENELITIAN

III. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hakikat Pragmatik

Ilmu pragmatik merupakan studi yang mempelajari tentang makna satuan bahasa yang terikat konteks, studi pragmatik adalah studi yang mempelajari bahasa sesuai si penutur dan lawan tutur, selain itu pragmatik juga merupakan studi yang memaparkan kemampuan pemakai bahasa dalam menjabarkan kalimat-kalimat sesuai dengan situasi kalimat tersebut diujarkan.

Sejalan dengan pendapat di atas Leech (1993:8) menyatakan “pragmatik adalah studi tentang maknadalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar yang meliputi unsur-unsur penyapa dan yang disapa, konteks,tujuan, tindak ilokusi, tuturan, waktu, dan tempat.

Semantik dan pragmatik adalah dua cabang utama dari studi linguistik makna.

Perbedaan antara semantik dengan pragmatik adalah Semantik merupakan bidang yang bersifat bebas konteks, sedangkan pragmatik bersifat terikat dengan konteks . Hal ini dapat dijelaskan pada contoh berikut :

Di sebuah ruang kelas, Dewi duduk di deretan kursi belakang. Lalu, ia berkata kepada gurunya, “Pak, maaf saya mau ke belakang”. Ketika makna kata ‘belakang’ dikaji secara semantik, ia tidak memperhatikan konteksnya bagaimana, ia hanya dikaji berdasarkan makna yang terdapat dalam kamus. Namun, ketika kata ‘belakang’ dikaji dengan pragmatik, konteks (siapa yang berbicara, kepada siapa orang itu berbicara, bagaimana keadaan si pembicara, kapan, di mana, dan apa tujuannya) ini sangat diperhatikan, sehingga maksud si pembicara dapat dimengerti oleh orang-orang di sekitarnya

Pada uraian sebelumnya telah dikemukakan bahwa pragmatik mengacu pada kajian penggunaan bahasa yang berdasarkan pada konteks. Bidang kajian yang berkenaan dengan hal itu – yang kemudian lazim disebut bidang kajian pragmatik adalah deiksis, praanggapan , tindak tutur, dan implikatur percakapan.

Asas umum kerjasama dalam sebuah tuturan tersebut menurut Joko Nurkamto (2000) dapat direfleksikan dari beberapa maksim, yaitu: 1. Maksim Kuantitas: Berikan informasi anda seimformatif yang diperlukan. Maksim Kualitas: Jangan mengatakan apa yang anda yakini tidak benar. Jangan mengatakan sesuatu apabila anda tidak memiliki bukti tentangnya, 3) Maksim Hubungan: Berbicaralah yang relevan, dan 4) Maksim Cara: Nyatakan dengan jelas.

Hindarkan ungkapan yang kabur. 2. Maksim kesantunan menurut Geoffrey Leech (1993: 206-207) ada enam yaitu : Maksim Kearifan, Maksim Kedermawanan, Maksim Pujian, Maksim Kerendahan Hati, Maksim Kesepakatan, dan Maksim Simpati.

94 Kesantunan oleh Yule disamakan dengan kesopanan. Kesopanan dalam suatu interaksi diartikan sebagai alat yang digunakan untuk Berbahasa secara santun akan membantu seseorang mendapatkan simpati dari lawan tutur/ mitra tutur. Kesantunan saat berbahasa membawa penutur dan mira tutur menjadi saling mengerti. Sikap saling mengerti inilah yang dapat memperlancar kegiatan komunikasi yang sedang berangsung. Maka dari itu melakukan tuturan secara santun kepada mitra tutur dapat membuat mitra tutur lebih memahami tindak tutur atau pesan dan informasi yang disampaikan. Sehingga dapat menerima pesan dan informasi dengan jelas dan terarah.

Seseorang berlaku santun pada orang lain sebenarnya tidak hanya untuk menghormati orang lain. Seseorang belaku santun untuk menjaga harkat dan martabat penutur sendiri.

Semakin santun bahasa yang digunakan oleh penutur maka semakin dihormatilah penutur tersebut.

Beberapa ahli menuliskan hal-hal yang mungkin dapat diterapkan saat bertutur, seperti prinsip kesantunan, cara berkomunikasi secara santun, dan ciri-ciri tuturan yang santun yang terdapat dalam bahasa Indonesia.

2.2. Hakikat Kesantunan Berbahasa

Pembelajaran selalu melibatkan bahasa sebagai media penyampai pesan / informasi dari dosen kepada mahasiswa maupun sebaliknya. Komunkasi pada pembelajaran tersebut harus memperhatika kesantunan. Leech (2011 : 167) mengemukakan bahwa kesantunan merupakan aspek berbahasa (ujaran) yang membuat orang lain tidak tersakiti dengan informasi yang disampaikan dan dapat menerima infornasi tersebut.

Selain itu, kesantunan berbahasa juga disampaikan oleh Chaer ( 2010:10 ) yang menyatkan kesantunan berbahasa tergantung pada tiga kaidah yaitu formalitas, ketidaktegasan dan kesekawanan (kesamaan). Prinsip ini menjadi landasan penilaian aspek santun tidaknya seseorang dalam berbahasa.

Berdasarkan pendapat di atas maka kesantunan berbahasa adalah upaya penyampaian pesan dengan menjaga dan menghormati perasaan mitra tutur sehingga informasi ataupun pesan dapat diterima dengan baik.

2.3. Prinsip Kesantunan Berbahasa

Prinsip kesantunan berbahasa dibagi ke dalam enam maksim. Leech dalam Febriasari (2018 : 142) mengemukakan enam maksim kesantunan yaitu :

95 a. Maksim Kesederhanaan

Maksim ini menekankan bahwa peserta tutur harus rendah hati. Hal ini berarti seorang penutur mengurangi pujian terhadap diri sendiri dikarenakan kesombongan bertentangan dengan aspek kerendahatiaan (kesederhanaan). Maskim ini cendrung dijadikan parameter kesantunan berbahasa seseorang.

b. Maksim Pemufakatan

Maksim pemufakatan berarti seorang penutur jangan memberikan sanggahan/bantahan secara langsung apa yang dituturkan oleh pihak lain.

c. Maksim Kesimpatisan

Maksim ini menghimbaua agar penutur memiliki simpati dengan manusia dalam berkomunikasi. Orang yang sinis dan tidak memiliki simpati dikategorikan tidak santun di dalam masyarakat.

d. Maksim Kebijaksanaan

Maksim ini menyatkan bahwa peserta tuturan sebaiknya memgang prinsip agar meminimalkan keuntungan bagi diri sendiri serta memperbanyak keuntungan bagi pihak lain dalam berkomunikasi.

e. Maksim Kedermawanan

Aspek kedermawana pada maksim ini menekankan bahwa seorang penutur harus menghormati lawan tuturnya. Penghormatan ini bisa terjadi apabila penutur mengurangi keuntungan diri sendiri dan memperbanyak keuntungan orang lain dalam komunikasi tersebut.

f. Maksim Penghargaan

Seorang penutur dikatakan santun apabila menunjukkan kalimat yang menghargai lawan bicaranya. Penutur tidak boleh menggunakan kalimat makian dalam berbahasa.

Hal itu harus dihindari sebagai wujud penghargaannya kepada mitra tutur.

2.4 Bentuk-bentuk Kesantunan Berdasarkan Skala Kesantunan

Berdasarkan jurnal ilmiah yang berjudul Pengembangan Alat Ukur Keesantunan Bahasa Indonesia dalam Interaksi Sosial Bersemuka perbedaan derajat kesantunan dikategorikan dalam empat skala penilaian (Zamzani, dkk., 2011 :42) Di bawah ini, ciri-ciri keempat kategori kesantunan tuturan tersebut dijelaskan denga lebih rinci.

1. Kategori Tuturan Sangat Santun

Bentuk-bentuk tuturan yang termasuk dalam kategori sangat santun apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

96 a. Penghargaan terhadap orang lain

b. Menunjukkan rasa rendah hati c. Teguran yang jujur, namun halus d. Pujian jujur

e. Penolakan dengan kata “ maaf”

f. Perintah dengan nada pertanyaan g. Memberikan dukungan dengan tulus

Contoh: “Maaf, kalau tidak keberatan, bisa tolong ambilkan buku saya ?”

2. Kategori Tuturan Santun

Bentuk-bentuk kategori tuturan santun apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Tuturan yang menujukkan realita yang benar apa adanya b. Mengandung unsur ketegasan dan medisiplinkan

c. Kritik yang membangun d. Bertujuan untuk mendidik

e. Penggunaan diksi yang sangat lugas

f. Kritikan dengan menggunakan kata “ maaf”

g. Pengakuan yang jujur, apa adanya h. Memberikan sindiran secara halus Contoh : “Tolong ambilkan buku saya !”

3. Kategori Tuturan Tidak Santun

Bentuk-bentuk tuturan yang termsuk dalam kategori tidak santun apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Menegur dengan diksi yang kurang halus b. Pembelaan terhadap perbuatan salah c. Tidak menghargai orang lain

d. Menonjolkan dirinya sendiri

e. Mempermalukan orang lain di muka umum f. Merendahkan orang lain

g. Kejujuran yang menyakiti orang lain h. Mengejek

i. Berbicara tidak sesuai situasi

97 Contoh : “Ambilkan buku saya !”

4. Kategori Tuturan Sangat Tidak Santun

Bentuk-bentuk tuturan yang termasuk dalam kategori sangat tidak santun memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Menujukkan rasa marah kepada mitra tutur b. Menyombongkan diri

c. Superior dan suka menghakimi d. Fitnah

e. Bercanda untuk mejatuhkan teman lain f. Menegur dengan diksi kasar

g. Sindiran yang menjatuhkan mitra tutur di depan umum.

Contoh : “Hei, ambilkan buku saya !”

2.5. Hakikat Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan menggunakan berbagai sumber dan media belajar. Gagne dkk dalam Warsita (2012:266) menyatakan pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu mempermudah proses pembelajaran yang memuat serangkaian peristiwa blajara yang dirancang , disusun untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya pembelajaran efektif dengan peserta didik.

Selanjutnya, konsep pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono dalam Sagala (2011:620, pembelajaran adalah kegiatan secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat pemebalajarn yang aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar..

Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan pendidik dalam menyampaikan materi / bahan pelajaran kepada peserta didik baik secara langsung maupun secara tidak langsung sehingga tercapai tujuan pembelajaran.

2.6. Penelitian yang Relevan

Penelitian kesantunan berbahasa ini telah diteliti juga oleh beberapa orang dengan fokus dan tjuan penelitian yang berbeda – beda. Cahyaningrum dkk (2018) pada Jurnal Pena Indonesia Volume 4 Nomor 1 Maret 2018 telah meneliti kesantunan berbahasa dengan objek siswa dalam konteks negosiasi di sekolah tingkat SMA. Selain itu. Cahyaningrum dkk pada Jurnal Gramatika Volume 4 Nomor 1 kembali melakukan penelitian kesantunan berbahasa

98 dengan tujuan melihat relasi kesantunan berbahasa dalam integrasi kelas di sekolah menengah atas berlatar bahasa jawa .

Selain itu, Febriasari dan Wijayanti (2018) meneliti kesantunan berbahasa dengan tujuan mendeskripsikan kesantunan berbahasa dalam proses pembelajaran di sekolah dasar yang terpublikasi pada Jurnal Kredo Volume 2 No.1 Oktober Tahun 2018.

Selanjutnya Rahmiati (2017) meneliti kesantunan berbahasa mahasiswa UIN Alauddin Makasar dalam berkomunikasi dengan dosen yang terpublikasi pada Jurnal Al-Daulah Vol 6 no. 1 Juni 2017 dan menyimpulkan bahwa terdapat komunikasi yang masih dalam batas – batas nilai kesantunan berbahasa yang dilakukan oleh mahasiswa kepada dosen. Pratamanti dkk (2017) juga melakukan penelitian sejenis dengan topik kesantunan berbahasa dalam pesan Whatsapp mahasiswa yang ditujukan kepada dosen. Penelitian ini dipublikasikan pada Jurnal Dinamika Sosial Budaya Vo. 19 No.2 , Desember 2017. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Helmita (2018) yang meneliti kesantuanan berbahasa anatara mahasiswa dan dosen melalui media sosial What’s Up yang dipublikasi pada jurnal Puitika Vol. 14 No. 1 April 2018.

2.7. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Rancangan penelitian yang disusun sebagai skema proses penelitian meliputi empat tahapan : (1) tahapan persiapan/pra-lapangan, (2) tahapan pekerjaan lapangan (pengumpulan data), (3) tahapan pengolahan dananalisis data dan (4) tahap penulisan laporan penelitian. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan teknik dokumentasi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, sehingga analisis data nya pun bersifat kualitatif. dengan langkah-langkah berikut:

reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan dan verifikasi.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN