• Tidak ada hasil yang ditemukan

Abe, A. 2002. Perencanaan Daerah Partisipatif. Pondok Edukasi. Solo.

Affendi, A. 2005. Ketimpangan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan. P4W Press. Bogor.

Agusniar, A. 2006. Analisis Dampak Pemekaran Wilayah Terhadap Perekonomian Wilayah dan Kesejateraan Masyarakat (Tesis). PascaSarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Amiruddin. 2006. Hasil Pemetaan Konflik di Aralle dan Tabulahan. http://74.125 .153.132/search?q=cache:JM-lJYvvYAYJ: www.titianda mai. org/ DB /konten

.php%3Fnama%3DFasilitator%26op%3Ddownload _http% 26 p il%3D1%26nama_file%3DAmiruddin.pdf+konflik+aralle&cd=2&hl=id &ct=clnk&gl=id&client=firefox-a. 31 Januari 2010.

Anonymous. 1999. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah.

__________. 2000. Undang-undang Republik Indonesia No 22 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

__________. 2004. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2004 tentang Pembentukan Provinsi Sulawesi Barat.

__________. 2004. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

__________. 2004. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Bappenas dan UNDP. 2008. Studi Evaluasi Dampak Pemekaran Wilayah. Barata AA, Trihartanto B. 2004. Kekuasaan Pengelolaan Keuangan

Negara/Daerah. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. BPS. 2004. 2005.2006. Kabupaten Mamasa Dalam Angka.

BPS Kab. Polewali Mandar. 2008. Indeks Pembangunan Manusia Kab. Polewali Mandar. Polewali: Al-Hidayah.

Bratakusumah, D.S dan Riyadi. 2003. Perencanaan Pembangunan Daerah-Strategi Menggali Potensi dalam mewujudkan Otonomi Daerah. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Bratakusumah, D.S dan Solihin, D. 2004. Otonomi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Bird, Richard M. 2000a. Intergovernmental Relations: Universal Principles, Local Applications. International Studies Program Working Paper.

Bird, Richard M. 2000b. Subnational revenues: realities and prospect. Paper yang disampaikan pada Intergovernmental Fiscal Relations and Local Financial Management yang diselenggarakan oleh The World Bank Institute.

Cheema, G. Shabbir dan Rondinelli, Dennis A (Ed), 1983. Decentralization and Development : Policy Implementation in Developing Countries, Sage Publications, London.

Devas, Nick et. al. 1989. (Peny.). Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia. Universitas Indonesia. Jakarta.

Effendy, A, E. Input Paper Pemekaran Wilayah Kabupaten/Kota.

Frederickson, G, 1988. Administrasi Negara Baru, LP3ES, Jakarta.

Juanda, B. 2007. Pemekaran Daerah Serta Implikasinya Terhadap APBN. Jurnal Ekonomi, Volume XXV, Edisi Oktober 2007: 157-171.

Juanda, B. 2007. Dampak Pemekaran Daerah Terhadap APBN, Perkembangan Kinerja Daerah Otonom Baru dan Strategi Pendanaannya. Workshop Kebijakan Pendanaan Daerah Otonom Baru Departemen Keuangan RI. Bandar Lampung

Juanda, B. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. IPB Press, Bogor. Juanda, B. 2009. Ekonometrika pemodelan dan pendugaan. IPB Press, Bogor.

Komite Aksi Pembentukan Provinsi Sulawesi Barat (KAPP-SULBAR). 2001. Provinsi Sulawesi Barat dan Keniscayaan Sejarah (Studi Kelayakan). Media Indonesia. 2000. Tuntutan Perut Sulit Berkompromi. 16 Maret 2001. Nanga, M. 2001. Makroekonomi: Teori, Masalah dan Kebijakan. PT. Raja

Grafindo Persada. Jakarta.

Rasyid. 2000. Makna Pemerintah. PT. Mutiara Sumber Widya. Jakarta.

Rondinelli, Dennis A. etc, 1981. Decentralization in Developing Countries : A Review of Recent Experience, World Bank Staff Working Papers. Washington DC.

Rukmo, E, J. Rosdianasari, S, E. 2007. Penggabungan Kembali Daerah Otonom.

Rusli, S. 2010. Pengantar Ilmu Kependudukan. Bogor, in press.

Rustiadi, E, S. Saefulhakim dan D. R. Panuju. 2004. Diktat Kuliah Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Institut Pertanian Bogor IPB. Bogor. Saefulhakim, S. 2005. Materi studio penataan ruang dan pengembangan kawasan.

Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Sarwoko. 2005. Dasar-Dasar Ekonometrika. Andi Yogyakarta. Yogyakarta.

Smith. 1985. Decentralisasi, The Territorial Dimension of the state (london UK, Allen and Unwin), London UK.

Solichin, Wahab. 2000. Masa Depan Otonomi Daerah-Kajian Sosial, dan Politik untuk menciptakan sinergi dalam Pembangunan Daerah. SIC. Surabaya. Thoha, Miftah, 1991. Beberapa Aspek Kebijaksanaan Birokrasi, Widya Mandala,

Jogjakarta.

UNDP. 1995. Human Development 1995. UNDP. New York

Piter dkk. 2002. Daya Saing Daerah-Konsep dan Pengukurannya di Indonesia. BPFE Yogyakarta. Yogyakarta.

137

Pertanian 233.546,24 242.228,61 249.991,80 258.587,79 266.468,81 276.051,00 289.590,33 309.482,29 Pertambangan/Galian 923,05 955,95 995,10 1.039,22 1.106,60 1.206,60 1.344,16 1.915,53 Industri 12.967,90 13.266,08 13.591,06 13.973,85 14.170,05 14.732,80 15.479,21 17.896,40 Listrik, Gas, dan Air 184,58 185,67 216,68 265,84 309,24 382,93 486,69 857,82 Bangunan/Kotruksi 10.280,49 10.694,85 11.139,67 11.619,77 12.886,82 14.512,94 16.372,23 23.268,44 Perdagangan, Restoran, dan Hotel 43.314,18 44.537,85 46.174,14 48.034,20 49.313,44 51.297,26 54.742,84 55.603,77 Angkutan/Komunikasi 12.836,19 13.215,23 13.673,06 14.243,99 15.867,14 16.864,89 8.353,76 8.986,09 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 11.546,66 12.296,11 13.377,80 17.225,03 15.341,10 16.724,12 17.833,87 20.826,47 Jasa 49.506,87 52.378,91 52.946,04 54.525,36 60.106,79 67.435,22 75.631,33 78.822,47 PDRB 375.106,16 389.759,26 402.105,35 419.515,05 435.569,99 459.207,76 479.834,42 517.659,28

Lampiran 2 PDRB Harga Konstan Kab. Polewai Mandar tahun 2001-2008 (juta rupiah)

Lapangan Usaha 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Pertanian 187.470,88 470.378,59 488.264,62 508.028,55 523.839,68 543.843,65 560.433,61 589.012,79 Pertambangan/Galian 1.801,55 1.876,14 1.941,23 2.022,22 2.112,13 2.240,97 2.397,43 3.042,82 Industri 32.682,31 24.717,87 25.733,38 26.685,43 27.691,46 28.751,25 30.853,34 35.304,53 Listrik, Gas, dan Air 2.370,87 4.287,37 4.678,18 4.964,13 5.076,23 5.533,76 5.760,71 6.885,68 Bangunan/Kotruksi 11.667,53 10.567,23 10.906,90 11.419,77 12.268,83 13.603,28 14.912,87 21.141,59 Perdagangan, Restoran, dan Hotel 71.522,89 198.645,14 205.810,02 212.982,59 232.241,30 254.108,47 276.182,80 291.729,94 Angkutan/Komunikasi 20.010,12 21.200,56 21.926,45 22.913,30 25.095,25 27.146,46 29.956,93 35.119,07 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 23.819,27 30.904,38 33.915,77 37.841,54 42.493,18 45.348,80 58.176,52 66.562,82 Jasa 43.489,27 122.367,37 123.697,86 127.377,36 132.495,16 147.487,03 157.856,20 174.707,47 PDRB 394.834,69 884.944,65 916.874,41 954.234,89 1.003.313,22 1.068.063,67 1.136.530,41 1.223.506,71

138

Pertanian 0,62 -0,48 -0,30 0,30

Pertambangan dan Penggalian 955,95 0,00 -6,01 -0,01 0,01 Industri Pengolahan 13.266,08 0,03 -3,38 -0,12 0,12 Listrik, Gas, dan Air Bersih 185,67 0,00 -7,65 0,00 0,00 Bangunan/ kOnstruksi 10.694,85 0,03 -3,60 -0,10 0,10 Perdagangan, Hotel dan Restoran 44.537,85 0,11 -2,17 -0,25 0,25 Pengangkutan dan Komunikasi 13.215,23 0,03 -3,38 -0,11 0,11 Keuangan dan Jasa Perusahaan 12.296,11 0,03 -3,46 -0,11 0,11

Jasa-jasa 52.378,91 0,13 -2,01 -0,27 0,27

PDRB 389.759,26 1,27

Lampiran 4 IDE PDRB harga Konstan Kab. Mamasa tahun 2003

Lapangan Usaha Nilai Proporsi Ln (Proporsi) Proporsi*Ln (-)(Proporsi LN)

Pertanian 249.991,80 0,62 -0,48 -0,30 0,30

Pertambangan dan Penggalian 995,10 0,00 -6,00 -0,01 0,01 Industri Pengolahan 13.591,06 0,03 -3,39 -0,11 0,11 Listrik, Gas, dan Air Bersih 216,68 0,00 -7,53 0,00 0,00 Bangunan/ kOnstruksi 11.139,67 0,03 -3,59 -0,10 0,10 Perdagangan, Hotel dan Restoran 46.174,14 0,11 -2,16 -0,25 0,25 Pengangkutan dan Komunikasi 13.673,06 0,03 -3,38 -0,11 0,11 Keuangan dan Jasa Perusahaan 13.377,80 0,03 -3,40 -0,11 0,11

Jasa-jasa 52.946,04 0,13 -2,03 -0,27 0,27

139

Pertambangan dan Penggalian 1.039,22 0,00 -6,00 -0,01 0,01 Industri Pengolahan 13.973,85 0,03 -3,40 -0,11 0,11 Listrik, Gas, dan Air Bersih 265,84 0,00 -7,36 0,00 0,00 Bangunan/ kOnstruksi 11.619,77 0,03 -3,59 -0,10 0,10 Perdagangan, Hotel dan Restoran 48.034,20 0,11 -2,17 -0,25 0,25 Pengangkutan dan Komunikasi 14.243,99 0,03 -3,38 -0,11 0,11 Keuangan dan Jasa Perusahaan 17.225,03 0,04 -3,19 -0,13 0,13

Jasa-jasa 54.525,36 0,13 -2,04 -0,27 0,27

PDRB 419.515,05 -1,29 1,29

Lampiran 6 IDE PDRB harga Konstan Kab. Mamasa tahun 2005

Lapangan Usaha Nilai Proporsi Ln (Proporsi) Proporsi*Ln (-)(Proporsi LN)

Pertanian 266.468,81 0,61 -0,49 -0,30 0,30

Pertambangan dan Penggalian 1.106,60 0,00 -5,98 -0,02 0,02 Industri Pengolahan 14.170,05 0,03 -3,43 -0,11 0,11 Listrik, Gas, dan Air Bersih 309,24 0,00 -7,25 -0,01 0,01 Bangunan/ kOnstruksi 12.886,82 0,03 -3,52 -0,10 0,10 Perdagangan, Hotel dan Restoran 49.313,44 0,11 -2,18 -0,25 0,25 Pengangkutan dan Komunikasi 15.867,14 0,04 -3,31 -0,12 0,12 Keuangan dan Jasa Perusahaan 15.341,10 0,04 -3,35 -0,12 0,12

Jasa-jasa 60.106,79 0,14 -1,98 -0,27 0,27

140

Lapangan Usaha Nilai Proporsi Ln (Proporsi) Proporsi*Ln (-)(Proporsi LN)

Pertanian 276.051,00 0,60 -0,51 -0,31 0,31

Pertambangan dan Penggalian 1.206,60 0,00 -5,94 -0,02 0,02 Industri Pengolahan 14.732,80 0,03 -3,44 -0,11 0,11 Listrik, Gas, dan Air Bersih 382,93 0,00 -7,09 -0,01 0,01 Bangunan/ kOnstruksi 14.512,94 0,03 -3,45 -0,11 0,11 Perdagangan, Hotel dan Restoran 51.297,26 0,11 -2,19 -0,24 0,24 Pengangkutan dan Komunikasi 16.864,89 0,04 -3,30 -0,12 0,12 Keuangan dan Jasa Perusahaan 16.724,12 0,04 -3,31 -0,12 0,12

Jasa-jasa 67.435,22 0,15 -1,92 -0,28 0,28

PDRB 459.207,76 -1,32 1,316

Lampiran 8 IDE PDRB harga Konstan Kab. Mamasa tahun 2007

Lapangan Usaha Nilai Proporsi Ln (Proporsi) Proporsi*Ln (-)(Proporsi LN)

Pertanian 289.590,33 0,60 -0,50 -0,30 0,30

Pertambangan dan Penggalian 1.344,16 0,00 -5,88 -0,02 0,02 Industri Pengolahan 15.479,21 0,03 -3,43 -0,11 0,11 Listrik, Gas, dan Air Bersih 486,69 0,00 -6,89 -0,01 0,01 Bangunan/ kOnstruksi 16.372,23 0,03 -3,38 -0,12 0,12 Perdagangan, Hotel dan

Restoran

54.742,84

0,11 -2,17 -0,25 0,25

Pengangkutan dan Komunikasi 8.353,76 0,02 -4,05 -0,07 0,07 Keuangan dan Jasa Perusahaan 17.833,87 0,04 -3,29 -0,12 0,12

Jasa-jasa 75.631,33 0,16 -1,85 -0,29 0,29

141

Pertanian 0,60 -0,51 -0,31 0,31

Pertambangan dan Penggalian 1.915,53 0,00 -5,60 -0,02 0,02 Industri Pengolahan 17.896,40 0,03 -3,36 -0,12 0,12 Listrik, Gas, dan Air Bersih 857,82 0,00 -6,40 -0,01 0,01 Bangunan/ kOnstruksi 23.268,44 0,04 -3,10 -0,14 0,14 Perdagangan, Hotel dan Restoran 55.603,77 0,11 -2,23 -0,24 0,24 Pengangkutan dan Komunikasi 8.986,09 0,02 -4,05 -0,07 0,07 Keuangan dan Jasa Perusahaan 20.826,47 0,04 -3,21 -0,13 0,13

Jasa-jasa 78.822,47 0,15 -1,88 -0,29 0,29

PDRB 517.659,28 -1,32 1,321

Lampiran 10 Pendapatan Daerah Kab. Mamasa Tahun 2003-2009

Pendapatan Daerah 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Pendapatan Asli Daerah 1.053.942.857 2.848.152.815 1.996.033.239 2.899.322.587 3.308.759.439 8.955.334.386 5.202.041.077

Hasil Pajak Daerah 296.702.985 148.504.561 355.320.206 256.736.424 405.135.975 522.695.200 962.056.000

Hasil Retribusi Daerah 178.541.564 1.312.025.695 618.648.617 956.838.586 1.205.454.409 1.478.729.606 2.611.520.000

Hasil Pengelolaan Kekayaan

Daerah 0 0 265.886.076 2.500.000 0 937.765.778 1.128.465.077

Lain-lain PAD yang sah 578.698.308 1.387.622.559 756.178.340 1.683.247.577 1.698.169.055 6.016.143.802 500.000.000

Dana Perimbangan 86.285.399.798 113.596.620.763 137.641.561.686 212.065.070.273 240.373.498.261 271.454.393.707 286.043.875.346

Bagi Hasil Pajak 7.073.674.762 10.242.402.467 12.185.127.141 15.602.743.481 22.240.498.261 21.413.385.707 23.831.162.600

Bagi Hasil Bukan Pajak 0 0 0 0 0 0 0

Dana Alokasi Umum 69.010.000.000 95.672.888.000 112.804.000.000 169.600.000.000 188.531.000.000 214.348.008.000 227.707.430.000

Dana Alokasi Khusus 8.215.000.000 5.940.000.000 10.860.000.000 25.490.000.000 29.602.000.000 34.558.000.000 33.868.000.000

Bagi Hasil Pajak dan Bantuan

Provinsi 1.986.725.036 1.741.330.296 1.792.434.545 1.372.326.792 0 1.135.000.000 637.282.746

Lain-lain Pendapatan yang sah 3.457.203.000 0 7.086.000.000 1.981.108.378 9.169.253.707 20.393.624.121 32.104.691.746

142

21.048.834.000

Pendapatan Asli Daerah 6.412.310.000 10.779.717.000 11.956.984.125 9.824.194.400 11.307.068.297 16.598.081.471 20.944.959.100

Hasil Pajak Daerah 1.600.250.000 1.812.477.000 2.112.240.000 2.137.324.400 1.988.864.085 2.292.160.739 2.501.394.000

Hasil Retribusi Daerah 2.866.170.000 2.565.309.000 3.761.060.250 3.688.870.000 5.427.563.294 7.650.129.965 11.093.563.000 Hasil Pengelolaan

Kekayaan Daerah 300.000.000 289.237.000 300.000.000 0 908.919.162 1.234.737.353 1.229.569.100

Lain-lain PAD yang sah 1.645.890.000 6.112.694.000 5.783.683.875 3.998.000.000 2.981.721.756 5.421.053.414 6.120.433.000 Dana Perimbangan 149.022.741.000 180.924.189.000 217.558.663.655 335.474.524.143 385.330.978.531 427.605.730.195 436.632.321.700

Bagi Hasil Pajak 14.299.933.000 15.406.583.000

19.576.889.835 19.695.524.143 21.116.043.401 23.944.774.375 28.707.471.700 Bagi Hasil Bukan Pajak 477.000.000 1.360.918.000

Dana Alokasi Umum 124.140.000.000 152.051.000.000 181.737.000.000 275.569.000.000 303.652.879.600 337.885.364.000 342.592.850.000 Dana Alokasi Khusus 10.105.808.000 9.240.000.000 13.470.000.000 40.210.000.000 46.177.450.000 56.740.000.000 65.332.000.000 Bagi Hasil Pajak dan

Bantuan Provinsi 0 2.865.688.000 2.774.773.820 0 14.384.605.530 9.035.591.820 0 Lain-lain Pendapatan yang sah 9.742.968.000 9.178.948.000 7.850.000.000 4.778.000.000 176.831.510 4.984.231.671 27.724.474.000 Pinjaman PemDa 2.658.480.000 0 Pembiayaan Daerah 0 16.299.214.000 Total Pendapatan 165.178.019.000 200.882.854.000 237.365.647.780 350.076.718.543 396.814.878.338 449.188.043.337 485.301.754.800

143

URAIAN 2003 2004 2005

Aparatur Daerah (Belanja Rutin) 47.205.057.201 31.009.703.000 74.116.147.000 Belanja Administrasi Umum 37.148.034.498 21.927.024.000 44.328.974.000 Belanja Pegawai dan Personalia 24.566.412.219 12.337.138.000 24.515.886.000 Belanja Barang dan Jasa 9.361.044.519 6.317.609.000 9.796.290.000 Belanja Perjalanan Dinas 1.484.222.760 2.968.246.000 6.175.660.000

Biaya Pemeliharaan 1.736.355.000 304.031.000 3.841.138.000

Belanja Operasi dan Pemeliharaan 10.057.022.703 4.959.825.000 14.616.196.000 Belanja Pegawai dan Personalia 4.931.599.423 1.334.131.000 4.974.571.000 Belanja Barang dan Jasa 1.762.777.780 2.336.565.000 8.431.450.000 Belanja Perjalanan Dinas 3.162.645.500 774.694.000 1.206.275.000

Biaya Pemeliharaan 200.000.000 514.435.000 3.900.000

Belanja Modal 0 4.122.854.000 15.170.977.000

Pelayanan Publik (Belanja Pembangunan) 42.639.914.304 78.815.379.000 57.615.929.000

Belanja Administrasi Umum 30.668.455.000 21.976.348.000

Belanja Pegawai dan Personalia 30.283.644.000 16.217.725.000

Belanja Barang dan Jasa 384.811.000 2.308.623.000

Belanja Perjalanan Dinas 0 0

Biaya Pemeliharaan 0 3.450.000.000

Belanja Operasi dan Pemeliharaan 9.256.848.000 8.331.915.000

Belanja Pegawai dan Personalia 989.655.000 412.677.000

Belanja Barang dan Jasa 6.214.911.000 6.012.669.000

Belanja Perjalanan Dinas 1.279.668.000 177.835.000

Biaya Pemeliharaan 772.614.000 1.728.734.000

144

Lampiran 13 Belanja Daerah Kab. Mamasa tahun 2006-2009

2006 2007 2008 2009

BELANJA DAERAH 77.803.244.102 258.681.834.153 306.942.854.257 386.299.363.744 Belanja Tidak Langsung 40.235.166.673 81.668.007.097 135.246.978.199 158.539.310.609 Belanja Pegawai 26.267.043.995 67.881.628.652 104.047.292.200 120.049.813.109

Belanja Bunga 0 0 0 0

Belanja Subsidi 0 0 0 0

Biaya Hibah 0 0 13.413.142.500 1.250.000.000

Belanja Bantuan Sosial 7.821.000.000 9.708.378.445 9.739.157.499 16.017.450.000

Belanja Bagi hasil Prov/kab/kota/pemdes 0 0 0 0

Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota/Pemde 4.238.000.000 2.578.000.000 4.662.386.000 19.449.935.000 Belanja Tidak Terduga 1.909.122.678 1.500.000.000 3.385.000.000 1.772.112.500 Belanja Langsung 37.568.077.429 177.013.827.056 171.695.876.058 227.760.053.135 Belanja Pegawai 26.154.769.979 22.666.026.197 26.622.344.830 19.289.020.830 Belanja Barang dan Jasa 2.585.806.500 65.549.418.392 67.712.516.898 87.369.045.446 Belanja Modal 8.827.500.950 88.798.382.467 77.361.014.330 121.101.986.859 Penerimaan Pembiayaan Daerah 13.318.383.179 18.789.577.112 12.333.205.741 69.533.387.989 Pengeluaran Pembiayaan Daerah 34.097.312.919 750.000.000 600.000.000 5.941.791.666

145

URAIAN 2003 2004 2005 2006

Aparatur Daerah 42.795.012.000 65.742.585.000 64.889.975.104 94.912.127.991 Belanja Administrasi Umum 34.223.828.000 48.771.687.000 51.996.553.648 72.403.151.296 Belanja Pegawai dan Personalia 28.793.269.000 32.811.977.000 30.291.599.233 46.826.707.275 Belanja Barang dan Jasa 3.300.017.000 10.023.636.000 12.960.844.455 14.691.095.237 Belanja Perjalanan Dinas 1.504.591.000 2.933.954.000 4.671.647.970 5.537.139.000 Biaya Pemeliharaan 625.951.000 3.002.120.000 4.072.461.990 5.348.209.784 Belanja Operasi dan Pemeliharaan 5.689.579.000 12.734.476.000 8.954.601.912 15.870.493.430 Belanja Pegawai dan Personalia 3.113.688.000 3.735.432.000 3.824.956.900 5.455.214.100 Belanja Barang dan Jasa 1.220.510.000 3.682.811.000 3.284.038.512 8.838.919.770 Belanja Perjalanan Dinas 392.689.000 750.435.000 1.530.356.500 1.314.859.560

Biaya Pemeliharaan 962.692.000 4.565.798.000 315.250.000 261.500.000

Belanja Modal 2.881.605.000 4.236.422.000 3.938.819.544 6.638.483.265 Pelayanan Publik 108.580.553.000 139.759.122.000 183.442.527.856 255.275.989.943 Belanja Administrasi Umum 70.879.080.000 82.752.957.000 94.885.688.416 117.322.141.503 Belanja Pegawai dan Personalia 70.678.073.000 82.169.955.000 93.806.116.766 115.257.506.503 Belanja Barang dan Jasa 201.007.000 583.002.000 721.447.950 1.873.035.000

Belanja Perjalanan Dinas 0 0 144.000.000 188.400.000

Biaya Pemeliharaan 0 0 214.123.700 3.200.000

Belanja Operasi dan Pemeliharaan 7.650.596.000 19.534.004.000 26.724.812.648 43.894.352.769 Belanja Pegawai dan Personalia 2.309.726.000 2.721.757.000 3.546.362.850 6.008.154.500 Belanja Barang dan Jasa 3.246.372.000 9.000.031.000 13.285.119.444 17.158.125.894 Belanja Perjalanan Dinas 648.658.000 1.084.503.000 1.625.420.000 3.140.977.100 Biaya Pemeliharaan 1.445.840.000 6.727.713.000 8.267.910.354 17.587.095.275 Belanja Modal 21.668.672.000 24.800.469.000 48.133.456.432 74.582.892.674 Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan 8.332.205.000 12.574.892.000 13.415.763.779 18.361.700.000 Belanja tidak tersangka 50.000.000 96.800.000 282.806.581 1.114.902.997 JUMLAH BELANJA 151.375.565.000 205.501.707.000 248.332.502.960 350.188.117.934

146 BELANJA DAERAH 2007 2008 Belanja Operasi 281.819.010.901 337.870.637.397 Belanja Pegawai 196.373.828.421 245.278.694.022 Belanja Barang 53.910.760.564 50.876.225.637 Belanja Bunga 516.715.200 600.767.859 Belanja Subsidi 3.444.480.000 4.404.150.000 Belanja Hibah 1.280.000.000 14.009.697.973

Belanja Bantuan Sosial 12.503.130.150 9.278.163.350 Belanja Bantuan Keuangan 13.790.096.566 13.422.938.556

Belanja Modal 106.711.958.338 115.902.951.676

Belanja Tanah 2.335.323.500 1.122.387.500

Belanja Peralatan dan Mesin 20.089.184.222 20.387.592.701 Belanja Gedung dan Bangunan 41.835.065.848 44.116.966.862 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 41.091.857.568 48.639.977.113 Belanja Aset Tetap Lainnya 1.360.527.200 1.636.027.500

Belanja Tidak Terduga 0,00 151.000.000

Transfer/Bagi Hasil Ke Desa 0 198.000.000

147

No Keterangan Simbol Responden

1. Aspek-aspek Kelayakan Pemekaran 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

- Kemampuan ekonomi daerah X1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

- Potensi daerah X2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - Sosial budaya X3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - Sosial politik X4 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 - Jumlah penduduk X5 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - Luas Daerah X6 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 - Sumberdaya Alam X7 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2. Pembangunan Ekonomi Sebelum Dimekarkan - Pendapatan Daerah X8 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 1

- Pendapatan Asli Daerah X9 2 1 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2

- Peluang Usaha Informal X10 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 3 2 2 2 2

- Pertumbuhan Ekonomi dan Jasa X11 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1

- Adanya Lapangan Kerja Baru X12 2 2 2 1 2 1 2 2 4 2 1 2 2 2 2 2

- Pendapatan Masyarakat X13 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

- Program Pengentasan Kemiskinan X14 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 Setelah Pemekaran

- Pendapatan Daerah X17 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4

- Pendapatan Asli Daerah X18 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3

- Peluang Usaha Informal X19 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 5 3

- Pertumbuhan Ekonomi dan Jasa X20 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 5 3

- Adanya Lapangan Kerja Baru X21 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3

- Pendapatan Masyarakat X22 4 2 3 4 2 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3

- Program Pengentasan Kemiskinan X23 4 2 2 2 2 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3

Responden 1-10 = Masyarakat Responden 11-13 = Legislatif Responden 14-16 = Eksekutif

148

No Keterangan Simbol Responden

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 3. Pelayanan Publik

Sebelum Dimekarkan

- Fasilitas Jalan X24 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2

- Fasilitas Air Bersih X25 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2

- Fasilitas Transportasi X26 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 - Fasilitas Pasar X27 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 - Fasilitas Listrik X28 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 - Sarana Peribadatan X29 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 - Fasilitas Irigasi X30 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 - Jumlah Sekolah X31 1 2 2 1 2 2 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2

- Jumlah Tenaga Kesehatan X32 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 3 3 3

- Jumlah Fasilitas Kesehatan X33 2 2 1 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1

- Program Pemerintah di Bid. Pendidikan X34 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 1 2

- Layanan Administrasi (KTP, KK, dll) X35 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 2 4 3

- Program Pemerintah di bid Kesehatan X36 2 2 2 2 2 1 3 2 2 1 2 2 4 2 2 2 Setelah Pemekaran

- Fasilitas Jalan X37 3 3 3 3 2 3 2 3 4 2 4 3 3 3 3 4

- Fasilitas Air Bersih X38 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 2 3 4 3

- Fasilitas Transportasi X39 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 4 3 2 4 3 3 - Fasilitas Pasar X40 3 3 4 4 3 3 3 3 4 2 4 3 2 4 3 3 - Fasilitas Listrik X41 3 3 4 4 3 4 2 3 4 3 4 3 4 3 3 4 - Sarana Peribadatan X37 4 4 5 4 4 5 4 5 3 3 5 4 4 4 4 5 - Fasilitas Irigasi X38 3 3 2 4 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 - Jumlah Sekolah X39 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3

- Jumlah Tenaga Kesehatan X40 4 4 3 4 3 4 2 3 4 3 4 3 4 3 3 3

- Jumlah Fasilitas Kesehatan X41 4 3 3 4 3 4 2 3 4 3 3 4 4 3 3 3

- Program Pemerintah di Bid. Pendidikan X39 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3

- Layanan Administrasi (KTP, KK, dll) X40 4 4 4 4 3 3 3 5 3 3 4 3 4 4 4 4

149 Simbol 3. Aparatur Daerah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Sebelum Pemekaran Kualitas SDM X42 2 3 2 3 3 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 Kesesuaian Kompetensi X43 2 2 2 2 3 2 2 2 3 1 1 2 4 2 2 2 Distribusi Aparatur Daerah X44 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 Pelayanan Publik Oleh Aparatur Daerah X45 2 3 2 3 3 2 3 2 2 2 1 3 2 3 4 3 Kedisipilianan Aparatur Daerah X46 3 3 2 2 3 2 3 2 4 2 1 3 2 3 3 3 Kesejahteraan Aparatur Daerah X47 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 Setelah Dimekarkan

Kualitas SDM X51 3 3 4 4 3 3 3 4 4 2 3 3 4 3 4 3 Kesesuaian Kompetensi X52 3 3 3 4 3 3 2 4 4 2 4 3 4 3 3 3 Distribusi Aparatur Daerah X53 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 Pelayanan Publik Oleh Aparatur Daerah X54 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 Kedisipilianan Aparatur Daerah X55 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 Kesejahteraan Aparatur Daerah X56 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3

Keterangan :

Untuk aspek-aspek kelayakan pemekaran 1. Layak;

2. Tidak Layak.

Untuk aspek-aspek Pembangunan Ekonomi, Pelayanan Publik, Aparatur Daerah 1. Sangat tidak baik;

2. Kurang baik; 3. Cukup baik; 4. Baik; 5. Sangat baik.

Lampiran 19 Analisis Regresi dengan Peubah Dummy 1. PAD

Correlations: PAD; BL; PDRB; JP; D*BL; D*PDRB; D*JP; Dummy

PAD BL PDRB JP D*BL D*PDRB D*JP BL 0,727 0,007 PDRB 0,884 0,588 0,000 0,044 JP 0,814 0,540 0,980 0,001 0,070 0,000 D*BL -0,789 -0,504 -0,973 -0,999 0,002 0,095 0,000 0,000 D*PDRB -0,801 -0,528 -0,976 -1,000 0,999 0,002 0,078 0,000 0,000 0,000 D*JP -0,802 -0,529 -0,977 -1,000 0,999 1,000 0,002 0,077 0,000 0,000 0,000 0,000 Dummy -0,803 -0,530 -0,977 -1,000 0,999 1,000 1,000 0,002 0,076 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

Regression Analysis: PAD versus BL; PDRB; JP; D*BL; D*PDRB; D*JP; Dummy

The regression equation is

PAD = 152 - 0,187 BL + 2,88 PDRB - 15,9 JP + 0,064 D*BL - 4,68 D*PDRB + 67,1 D*JP - 678 Dummy

Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant 152,0 341,9 0,44 0,680 BL -0,1866 0,6374 -0,29 0,784 14,7 PDRB 2,881 1,735 1,66 0,172 60,3 JP -15,94 27,90 -0,57 0,598 24386,9 D*BL 0,0644 0,7743 0,08 0,938 10193,2 D*PDRB -4,685 8,994 -0,52 0,630 1572710,5 D*JP 67,12 62,15 1,08 0,341 14303771,4 Dummy -678,1 540,2 -1,26 0,278 7879654,6 S = 0,333325 R-Sq = 94,6% R-Sq(adj) = 85,2% PRESS = 19,6858 R-Sq(pred) = 0,00% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 7 7,8069 1,1153 10,04 0,021 Residual Error 4 0,4444 0,1111 Total 11 8,2514 Durbin-Watson statistic = 2,36648

Principal Component Analysis: BL_1; PDRB_1; JP_1; D*BL_1; D*PDRB_1; D*JP_1; Dum

Eigenanalysis of the Correlation Matrix

Eigenvalue 6,2861 0,6805 0,0330 0,0004 0,0001 0,0000 0,0000 Proportion 0,898 0,097 0,005 0,000 0,000 0,000 0,000 Cumulative 0,898 0,995 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 Variable PC1 PC2 PC3 PC4 PC5 PC6 PC7 BL_1 0,241 -0,965 0,096 0,028 -0,015 0,003 0,000 PDRB_1 0,393 0,009 -0,916 0,070 0,028 -0,002 -0,000 JP_1 0,397 0,096 0,099 -0,742 -0,506 0,128 0,016 D*BL_1 -0,396 -0,147 -0,204 -0,664 0,580 -0,058 0,001 D*PDRB_1 -0,397 -0,113 -0,188 -0,040 -0,483 -0,712 0,228 D*JP_1 -0,397 -0,112 -0,181 0,003 -0,332 0,261 -0,787 Dummy_1 -0,397 -0,110 -0,177 0,042 -0,250 0,637 0,574

Regression Analysis: PAD versus W1

The regression equation is PAD = 22,4 + 0,291 W1

Predictor Coef SE Coef T P Constant 22,4300 0,1410 159,11 0,000 W1 0,29128 0,05873 4,96 0,001 S = 0,488328 R-Sq = 71,1% R-Sq(adj) = 68,2% PRESS = 3,39063 R-Sq(pred) = 58,91% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 1 5,8667 5,8667 24,60 0,001 Residual Error 10 2,3846 0,2385 Total 11 8,2514 Durbin-Watson statistic = 2,05601 Transformasi ke Z PAD = 22,4 + 0,291*(0,241Z1 + 0,393Z2 + 0,397Z3 - 0,396Z4 - 0,397Z5 - 0,397Z6 - 0,397Z7) PAD = 22,4 + 0,07Z1 + 0,11Z2 + 0,12Z3 – 0,12Z4 – 0,12Z5 - 0,12Z6 - 0,12Z7 Transformasi Z menjadi X Ln PAD = 34,350 + 0,116 LnBL + 0,254 LnPDRB + 0,205 LnJP - 0,009 LnD*BL -0,008 LnD*PDRB - 0,019LnD*JP - 0,221Dummy.

simpangan baku koefisien t-hitung Keterangan Ln PDRB 0,025162722 0,11603 4,61123 signifikan

Ln BL 0,041032986 0,25429 6,19716 signifikan

Ln JP 0,041450625 0,20538 4,95491 signifikan

Ln PDRB*Dummy 0,041346215 -0,00879 -0,21269 Tidak signifikan

Ln BL*Dummy 0,041450625 -0,00824 -0,19888 Tidak signifikan

Ln JP*Dummy 0,041450625 -0,01889 -0,45573 Tidak signifikan

2. PDRB

Correlations: PDRB; PAD; BL; JP; D*BL; D*PDRB; D*JP; Dummy

PDRB PAD BL JP D*BL D*PDRB D*JP PAD 0,884 0,000 BL 0,588 0,727 0,044 0,007 JP 0,980 0,814 0,540 0,000 0,001 0,070 D*BL -0,973 -0,789 -0,504 -0,999 0,000 0,002 0,095 0,000 D*PDRB -0,976 -0,801 -0,528 -1,000 0,999 0,000 0,002 0,078 0,000 0,000 D*JP -0,977 -0,802 -0,529 -1,000 0,999 1,000 0,000 0,002 0,077 0,000 0,000 0,000 Dummy -0,977 -0,803 -0,530 -1,000 0,999 1,000 1,000 0,000 0,002 0,076 0,000 0,000 0,000 0,000

Regression Analysis: PDRB versus PAD; BL; JP; D*BL; D*PDRB; D*JP; Dummy

The regression equation is

PDRB = - 81,8 + 0,142 PAD + 0,114 BL + 8,08 JP - 0,097 D*BL + 1,26 D*PDRB - 15,3 D*JP + 156 Dummy

Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant -81,81 66,02 -1,24 0,283 PAD 0,14165 0,08530 1,66 0,172 11,0 BL 0,1139 0,1310 0,87 0,434 12,6 JP 8,077 5,009 1,61 0,182 15986,0 D*BL -0,0966 0,1649 -0,59 0,589 9404,0 D*PDRB 1,255 1,963 0,64 0,557 1523551,3 D*JP -15,33 13,66 -1,12 0,325 14051626,4 Dummy 156,3 117,9 1,33 0,255 7628496,9 S = 0,0739105 R-Sq = 99,0% R-Sq(adj) = 97,3% PRESS = 0,340833 R-Sq(pred) = 84,68% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 7 2,20306 0,31472 57,61 0,001 Residual Error 4 0,02185 0,00546 Total 11 2,22491 Durbin-Watson statistic = 1,82835

Principal Component Analysis: PAD_1; BL_1; JP_1; D*BL_1; D*PDRB_1; D*JP_1; Dummy

Eigenanalysis of the Correlation Matrix

Eigenvalue 6,0511 0,7714 0,1771 0,0004 0,0001 0,0000 0,0000 Proportion 0,864 0,110 0,025 0,000 0,000 0,000 0,000 Cumulative 0,864 0,975 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 Variable PC1 PC2 PC3 PC4 PC5 PC6 PC7 PAD_1 0,356 -0,363 -0,860 -0,031 0,012 0,001 0,000 BL_1 0,260 -0,846 0,465 -0,022 -0,016 0,002 0,000 JP_1 0,403 0,153 0,069 0,727 -0,521 0,099 0,009 D*BL_1 -0,400 -0,205 -0,096 0,684 0,565 -0,045 0,004 D*PDRB_1 -0,401 -0,173 -0,101 0,033 -0,464 -0,730 0,224 D*JP_1 -0,402 -0,171 -0,099 0,001 -0,339 0,248 -0,790 Dummy_1 -0,402 -0,169 -0,097 -0,028 -0,282 0,628 0,571

Regression Analysis: PDRB versus W1

The regression equation is PDRB = 27,3 + 0,180 W1

Predictor Coef SE Coef T P Constant 27,2546 0,0220 1236,83 0,000 W1 0,180418 0,009356 19,28 0,000 S = 0,0763345 R-Sq = 97,4% R-Sq(adj) = 97,1% PRESS = 0,0838676 R-Sq(pred) = 96,23% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 1 2,1666 2,1666 371,83 0,000 Residual Error 10 0,0583 0,0058 Total 11 2,2249 Unusual Observations

Obs W1 PDRB Fit SE Fit Residual St Resid 12 2,42 27,8327 27,6915 0,0316 0,1413 2,03R R denotes an observation with a large standardized residual. Durbin-Watson statistic = 0,780600 Transformasi ke Z PDRB = 27,3 + 0,180*(0,356Z1 + 0,260Z2 + 0,403Z3 - 0,400Z4 - 0,401Z5 - 0,402Z6 - 0,402Z7) PDRB = 22,4 + 0,07Z1 + 0,11Z2 + 0,12Z3 – 0,12Z4 – 0,12Z5 - 0,12Z6 - 0,12Z7 Transformasi Z menjadi X Ln PDRB = 34,130 + 0,106 LnPAD + 0,104 LnBL + 0,128 LnJP – 0,005 LnPAD*Dummy – 0,005 LnBL*Dummy – 0,012 LnJP*Dummy – 0,138 Dummy

simpangan baku koefisien t-hitung Keterangan

Ln PAD 0,005907887 0,10602 17,94548 signifikan

Ln BL 0,004314749 0,10406 24,11740 signifikan

Ln JP 0,006687861 0,12896 19,28296 signifikan

Ln PAD*Dummy 0,006638075 -0,00549 -0,82773 tidak signifikan Ln BL*Dummy 0,00665467 -0,00515 -0,77399 tidak signifikan Ln JP*Dummy 0,006671265 -0,01183 -1,77354 tidak signifikan Dummy 0,006671265 -0,13856 -20,76950 signifikan

on regional development (a case study in Mamasa Regency West Sulawesi Provinces). Supervised by BAMBANG JUANDA and DEDDY S. BRATAKUSUMAH.

This Research is aimed to indentity the feasibility of regional proliferation, investigate the impact of regional proliferation on the economic development, study how the impact of regional proliferation on the fiscal capacity and fiscal potency, how the impact of regional proliferation on the public service and official government in the mamasa regency. The result reseacrh showed that the improvements of economic development, fiscal capacity, official government and public service in Mamasa Regency are not better than those in Polewali Mandar Regency.

Keywords: Regional proliferation, economic development, fiscal capacity, official government and public service

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak otonomi daerah dan desentralisasi fiskal mulai dilaksanakan pada tanggal 1 januari 2001, pemekaran daerah kabupaten dan kota dan juga propinsi menjadi suatu fenomena, sejak saat itu jumlah daerah terus bertambah. Sebenarnya pembentukan daerah baru dengan pertimbangan mendekatkan pelayanan publik pada masyarakat atapun pertimbangan strategis geopolitik dan geoekonomi, sudah dilakukan oleh Pemerintahan Indonesia sebelum dikeluarkannya Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang diberlakukan sejak Januari 2001. Undang-Undang 22 tahun 1999 membuka peluang kepada daerah provinsi, kabupaten dan kota untuk melakukan pemekaran daerah. Aturan pelaksanaan pemekaran diatur dalam PP Nomor 129 tahun 2000 tentang kriteria pemekaran dan persyaratan pembentukan, penghapusan dan penggabungan daerah (Juanda, 2007).

Dalam PP Nomor 129 tahun 2000 ditetapkan beberapa kriteria penilaian indikator yang harus dapat dipenuhi oleh daerah-daerah yang akan dimekarkan. Walaupun UU Nomor 22 tahun 1999 sudah direvisi menjadi UU Nomor 32 tahun 2004 yang mengatur 3 persyaratan untuk pembentukan daerah (yaitu syarat administratif, teknis, kewilayahan), namun teknis pengaturan pemekaran daerah masih mengacu pada PP Nomor 129 tahun 2000 (Juanda, 2007). Pada perkembangannya PP Nomor 129 tahun 2000 direvisi menjadi PP Nomor 78 tahun 2007 tentang kriteria pemekaran dan persyaratan pembentukan, penghapusan, dan penggabungan daerah.

Sejak proses demokratisasi bergulir di Indonesia mulai tahun 1998, dan ditambah lagi dengan diberlakukannya otonomi daerah secara resmi mulai tanggal 1 Januari 2001, keinginan masyarakat di daerah untuk melakukan pemekaran wilayah meningkat tajam. Sebagaimana disampaikan oleh Dirjen Perimbangan Keuangan, Departemen Keuangan RI telah terbentuk 205 daerah otonom baru yang terdiri 7 Provinsi, 165 Kabupaten, dan 34 Kota. Sehingga, total daerah otonom saat ini 524

yang terdiri dari 33 Provinsi dan 465 Kabupaten dan Kota. Sementara itu, Provinsi DKI Jakarta terdiri dari 1 Kabupaten administratif dan 5 Kota administratif, karena DKI Jakarta merupakan daerah khusus istimewa.

Terdapat beberapa alasan kenapa pemekaran wilayah sekarang menjadi salah satu pendekatan yang cukup diminati dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah dan peningkatan pelayanan publik, yaitu:

• Keinginan untuk menyediakan pelayanan publik yang lebih baik dalam wilayah kewenangan yang terbatas/terukur. Pendekatan pelayanan melalui pemerintahan daerah yang baru diasumsikan akan lebih dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dibandingkan dengan pelayanan melalui pemerintahan daerah induk dengan cakupan wilayah pelayanan yang lebih luas (Hermanislamet, 2005). Melalui proses perencanaan pembangunan daerah pada skala yang lebih terbatas, maka pelayanan publik sesuai kebutuhan lokal akan lebih tersedia.

• Mempercepat pertumbuhan ekonomi penduduk setempat melalui perbaikan kerangka pengembangan ekonomi daerah berbasiskan potensi lokal (Hermanislamet, 2005). Dengan dikembangkannya daerah baru yang otonom, maka akan memberikan peluang untuk menggali berbagai potensi ekonomi daerah baru yang selama ini tidak tergali.

• Penyerapan tenaga kerja secara lebih luas di sektor pemerintah dan bagi-bagi kekuasaan di bidang politik dan pemerintahan. Kenyataan politik seperti ini juga mendapat dukungan yang besar dari masyarakat sipil dan dunia usaha, karena berbagai peluang ekonomi baru baik secara formal maupun informal menjadi lebih tersedia sebagai dampak ikutan pemekaran wilayah.

Ada berbagai alasan yang mendorong meningkatnya keinginan pemekaran wilayah. Hal tersebut dapat dipicu oleh faktor perbedaan agama, perbedaan etnis (budaya), ketimpangan (disparitas) pembangunan ekonomi antar wilayah dan luas wilayah. Secara formal, keinginan pemekaran wilayah dipicu dalam kerangka meningkatkan jangkauan pelayanan publik, terutama untuk daerah dengan luas cukup

besar. Akan tetapi tidak dapat pula dimungkiri bahwa keinginan untuk melakukan pemekaran wilayah tersebut juga dipicu oleh aspek keuangan daerah dan politis.

Menurut Blane (2001) Aspek keuangan muncul sebagai akibat dari perubahan sistem alokasi keuangan negara untuk daerah yang diberlakukan seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah (Sjafrizal, 2008). Dalam hal ini masing-masing pemerintah daerah, termasuk daerah pemekaran baru berhak mendapatkan alokasi dana perimbangan, baik dalam bentuk Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Sedangkan aspek politis yang sering muncul adalah dalam bentuk keinginan dari beberapa tokoh politik untuk mendapatkan jabatan baru, baik sebagai Kepala dan Wakil Kepala Daerah maupun Anggota DPRD pada daerah pemekaran (Sjafrizal, 2008).

Fakta pelayanan kepada masyarakat, diangkat dari sebuah survei yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI) mengatakan, otonomi daerah gagal memberikan kesejahteraan kepada rakyat (Media Indonesia, 27 Maret 2007).

Sebagian besar responden mengatakan, aspek pendidikan, kesehatan, pengangguran, dan kemiskinan justru lebih parah jika dibandingkan dengan sistem sentralisasi sebelumnya. Analisis Litbang Kompas menyebutkan bahwa dengan data-data pemekaran 2003-2005 hasilnya menunjukan lebih dari 46 persen daerah pemekaran memperlihatkan pertumbuhan indeks evaluasi yang negatif. Hal ini menunjukkan potensi pembangunannya justru menurun dibandingkan sebelum pemekaran.

Salah satu daerah otonom baru yang memekarkan diri adalah Kabupaten Mamasa yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Polewali Mamasa (sekarang Polewali Mandar) pada tahun 2002. Melihat sejarah Kabupaten Mamasa kebelakang, sejak tahun 1958muncul wacana pembentukan kabupaten Mamasa, pada tahun inilah dimulai gerakan pembentukan kabupaten Mamasa, akan tetapi hal itu kandas oleh karena tidak satunya persepsi para tokoh adat dan tokoh masyarakat yang ada di wilayah Pitu Ulunna Salu. Kegagalan ini juga diakibatkan oleh karena konspirasi politisi yang ada Pitu ba’bana binanga, sehingga gerakan ini mengalami kegagalan, pada tahun 1960, ketika keluarnya Kepres RI Nomor 5 tahun 1960 (Lembaran Negara tahun 1960 No.38) dimana pada saat itu keluar kebijakan untuk memekarkan

Sulawesi Selatan menjadi 27 daerah tingkat dua, dimana pemakaran dilakukan berdasarkan eks kewedanan, maka di Mandar pada saat itu Cuma ada tiga kabupaten diantaranya adalah kabupaten Majene, Mamuju dan Polewali Mamasa, maka pada saat itu eks kewedanaan Mamasa dan Polewali digabung, sehingga kabupaten Polewali Mamasa adalah penamaan alternatif.

Dalam sejarah di daerah Mandar (sekarang merupakan wilayah Provinsi Sulawesi Barat) ada dua kelompok kerajaan. Pertama, Kerajaan Pitu Ba’bana Binanga adalah tujuh kerajaan di Mandar yang berada dan masing-masing berpusat di tujuh muara sungai atau di wilayah pantai, ketujuh kerajaan tersebut adalah: (1) Kerajaan Balanipa, (2) Kerajaan Banggae, (3) Kerajaan Pamboang, (4) Kerajaan Sendana, (5) Kerajaan Tapalang, (6) Kerajaan Mamuju, (7) Kerajaan Binuang. Kedua, Kerajaan Pitu Ulunna Salu adalah Kerajaan yang berada di kawasan pegunungan termasuk dalam wilayah mandar disebut kerajaan Pitu ulunna salu karena kerajaan-kerajaan tersebut berpusat di tujuh hulu sungai semuanya dalam wilayah Kabupaten Polmas, ketujuh kerajaan Pitu ulunna salu adalah: (1) Kerajaan Rante Bulahan, (2) Kerajaan Aralle, (3) Kerajaan Mambi, (4) Kerajaan Tabulahan, (5) Kerajaan Matangga, (6) Kerajaan Bambang, (7) Kerajaan Tabang. Secara historis Kerajaan di Pitu Ba’bana Binanga mayoritas suku mandar yang beragama Islam sedangkan Kerajaan di Pitu Ulunna Salu mayoritas beragam Kristen dan banyak dipengaruhi oleh Suku Tana Toraja.

Pasca orde baru adalah masa kebangkitan daerah atau kebangkitan identitas, sehingga muncullah berbagai gerakan untuk memperjuangkan Demokrasi dan HAM, Pasca orde baru kemudian bangkitlah isu tentang otonomi daerah. Pasca orde baru di tahun 2000 muncullah gerakan pembentukan Kabupaten Mamasa untuk percepatan pembangunan di wilayah Pitu Ulunna Salu karena harus diakui bahwa telah terjadi ketidakseimbangan antara wilayah pantai dan wilayah pegunungan dalam hal pembangunan, Amiruddin (2006).

1.2 Perumusan Masalah

Menurut Juanda dan Tuerah (2007), tujuan pemekaran wilayah yang memiliki suatu pemerintahan daerah otonom adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta menciptakan kesejahteraan masyarakat, serta menciptakan daerah makin mandiri dan demokratis. Tujuan ideal ini dapat diwujud nyatakan melalui peningkatan profesionalisme birokrasi daerah untuk dapat menyelenggarakan pemerintahan yang efisien, dapat menciptakan kesempatan lebih luas untuk masyarakat, serta dapat akses langsung pada unit-unit pelayanan publik yang tersebar dan mudah dijangkau oleh masyarakat pedesaan maupun kota.

Meskipun pada dasarnya tujuan akhir dari pemekaran wilayah adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui performance diatas, akan tetapi menurut Tuerah (2006), dari beberapa tujuan pemekaran wilayah tersebut nampaknya tujuan peningkatan transfer dana pemerintah ke daerah menjadi “hidden goal”.

Dokumen terkait