• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

3.4 Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan meliputi analisis deskriptif, analisis indeks diversitas entropi (IDE), Analisis Regresi dengan peubah dummy, analisis skoring, analisis korespondensi dan analisis kelayakan pemekaran (Tabel 1).

Tabel 1 Aspek, Variabel, Alat Analisis dan Sumber data dalam Penelitian

ASPEK VARIABEL ALAT ANALISIS SUMBER

DATA Mengkaji pembangunan ekonomi wilayah dan Kapasitas fiskal Pertumbuhan PDRB, perkembangan sumber-sumber pendapatan daerah, IPM

Analisis deskriptif, Analisis Indeks Diversitas Entropi (IDE), Analisis Regresi dengan Peubah dummy, Analisis IPM Bappeda, BPS, Pemda Mengkaji pelayanan publik dan aparatur pemerintah

Peningkatan fasilitas umum dan tingkat pendidikan dari aparatur pemerintah Analisis Deskriptif BPS, Wawancara Mengkaji Kelayakan pemekaran Kependudukan, kemampuan ekonomi, potensi daerah, kemampuan keuangan, sosial budaya, sosial politik, luas, pertahanan keamana, tingkat kesejahteraan

Analisis Skoring BPS, Pemda

3.4.1 Analisis Deskriptif

Analisis ini digunakan untuk mengetahui dampak pemekaran terhadap pembangunan ekonomi wilayah dan kapasitas fiskal daerah. Pertumbuhan pembangunan didekati dengan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Sementara pertumbuhan kapasitas fiskal daerah didekati dengan pendapatan daerah dan data anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) setelah pemekaran. Penekanan dalam analisis ini adalah pada laju pertumbuhan PDRB dan pendapatan daerah. Untuk menghitung laju pertumbuhan PDRB dan Laju pertumbuhan Pendapatan Daerah maka dapat dijadikan dasar formulasi perhitungan laju pertumbuhan ekonomi (rate of economic growth) sebagai berikut (Nanga, 2001):

% 100 1 1× − = t t t Y Y Y g Dimana: g = Pertumbuhan ekonomi Yi Y

= Produk Domestik Bruto tahun sekarang t-1

Dari persamaan diatas dapat di transformasikan kedalam persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung laju pertumbuhan PDRB dan Laju pertumbuhan Pendapatan Daerah sebagai berikut:

= Produk Domestik Bruto tahun yang lalu

a. Laju Pertumbuhan PDRB % 100 1 1× − = t t t t PDRB PDRB PDRB LPPDRB Dimana: LPPDRBt PDRB

= laju pertumbuhan PDRB pada tahun ke-t t

PDRB

= angka PDRB pada tahun ke-t t-1

b. Laju Pertumbuhan Pendapatan Daerah (PD) = angka PDRB pada tahun ke-t-1

% 100 1 1 × − = t t t t PD PD PD LPPD Dimana: LPPDt PD

= laju pertumbuhan pendapatan daerah pada tahun ke-t t

PD

= angka pendapatan daerah pada tahun ke-t t-1 = angka pendapatan daerah pada tahun ke-t-1

3.4.2 Analisis Indeks Diversitas Entropi (IDE)

Prinsip yang digunakan dalam analisis IDE adalah semakin beragam aktifitas ekonomi atau semakin luas jangkauan spasialnya, maka semakin tinggi nilai IDE-nya, artinya wilayah tersebut semakin berkembang, jika hasilnya semakin mendekati 1, maka wilayah tersebut semakin berkembang, jika hasilnya semakin mendekatti 0, maka wilayah tersebut semakin tidak berkembang (Rustiadi et el. 2004). Analisis IDE ini digunakan untuk data Pendapatan Daerah.

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan sumber-sumber pendapatan daerah sesudah pemekaran yang meliputi (1) Pendapatan Asli Daerah (PAD), (2) Dana Perimbangan serta (3) penerimaan lainnya, dengan ini menggunakan rumus sebagai berikut:

= − = n i Pi Pi IDE 1 ln Dimana:

Pi = Proporsi sumber-sumber PAD terhadap total PAD n = Jumlah sektor

Pi =

Xi

Xi

Xi = Persentase masing-masing lapangan sumber-sumber PAD terhadap total PAD

Untuk menjustifikasikan tingkat perkembangan, maka ada ketentuan bahwa jika Indeks Diversitas Entropy (IDE) pendapatan daerah semakin tinggi maka tingkat perkembangan semakin tinggi atau semakin merata.

3.4.3 Analisis Kelayakan Pemekaran

Analisis ini menggunakan skoring berdasarkan peraturan pemerintah No. 78 Tahun 2007 tentang tata cara pembentukan, penghapusan dan penggabungan daerah untuk mengkaji kelayakan pemekaran suatu daerah. Dikaji berdasarkan 11 faktor dengan 35 indikator (Tabel 2).

Tabel 2 Bobot 11 faktor dan 35 indikator Kelayakan Pemekaran

Faktor (Bobot) Indikator (Bobot)

1. Kependudukan (20) 1. Jumlah penduduk (15) 2. Kepadatan Penduduk (5) 2. Kemampuan Ekonomi

(15)

3. PDRB non migas perkapita (5) 4. Pertumbuhan ekonomi (5) 5. Kontribusi PDRB non migas (5)

3. Potensi daerah (15) 6. Rasio bank dan lembaga keuangan non bank per 10.000 penduduk (2)

7. Rasio kelompok pertokoan per 10.000 pernduduk (1) 8. Rasio pasar per 10.000 penduduk (1)

9. Rasio sekolah SD per penduduk usia SLTP (1) 10. Rasio sekolah SLTP per penduduk usia SLTA (1) 11. Rasio sekolah SLTA per penduduk usia SLTA (1) 12. Rasio fasilitas kesehatan per 10.000 penduduk (1)

13. Rasio tenaga medis per 10.000 penduduk (1)

14. Persentase rumah tangga yang mempunyai kendaraan bermotor atau perahu (1)

15. Persentase pelanggan listrik terhadap jumlah rumah tangga (1)

16. Rasio panjang jalan terhadap jumlah kendaraan bermotor (1) 17. Persentase pekerja yang berpendidikan min SLTA terhadap

penduduk 18 tahun ke atas (1)

18. Persentase pekerja yang berpendidikan min S-1 terhadap penduduk 25 th keatas (1)

19. Rasio pegawai negeri sipil terhadap penduduk (1) 4. Kemampuan

Keuangan (15)

20. Jumlah PDS (5)

21. Rasio PDS terhadap jumlah penduduk (5) 22. Rasio PDS terhadap PDRB non migas (5)

5. Sosial Budaya (5) 23. Rasio sarana peribadatan per 10. 000 penduduk (2)

24. Rasio fasilitas lapangan olahraga per 16.000 penduduk ((2) 25. Jumlah balai pertemuan (1)

6. Sosial Politik (5) 26. Rasio penduduk yang ikut pemilu legislatif (3) 27. Jumlah organisasi kemasyarakatan (2)

7. Luas daerah (5) 28. Luas wilayah keseluruhan (2)

29. Luas wilayah efektif yang dapat dimanfaatkan (3)

8. Pertahanan (5) 30. Rasio jumlah personil aparat pertahanan terhadap luas wilayah (3)

31. Karakteristik wilayah, dilihat dari sudut pandang pertahanan (2)

9. Keamanan (5) 32. Rasio jumlah personil aparat keamanan terhadap jumlah penduduk (5)

10. Tingkat Kesejahteraan Masyarakat (5)

33. Indeks Pembangunan Manusia (5)

11. Rentang Kendali (5) 34. Rata-rata jarak kab/kota atau kecamatan ke pusat (prov/kab/kota) (2)

35. Rata-rata waktu perjalanan dari kab/kota atau kecamatan ke pusat prov/kab/kota (3)

Penilaian indikator:

Membandingkan nilai calon daerah dan daerah induk dengan rata-rata seluruh daerah sekitar. Semakin tinggi nilai calon daerah dan daerah induk (apabila dimekarkan) dibandingkan rata-ratanya, makin besar skornya. Nilai skor 1-5 Skor 5: jika nilainya >= 0,8 rata-rata sekitar

Skor 4: jika nilainya >= 0,6 rata-rata sekitar Skor 3: jika nilainya >= 0,4 rata-rata sekitar Skor 2: jika nilainya >= 0,2 rata-rata sekitar Skor 1: jika nilainya < 0,2 rata-rata sekitar

Nilai indikator adalah hasil perkalian skor dan bobot masing-masing indikator. Kelulusan ditentukan oleh total nilai seluruh indikator dengan kategori (Tabel 3):

Tabel 3 Kategori pengambilan keputusan kelayakan pemekaran

Kategori Total Nilai Seluruh Indikator

Keterangan

Sangat mampu 420 s/d 500 Rekomendasi

Mampu 340 s/d 419 Rekomendasi

Kurang mampu 260 s/d 339 Ditolak

Tidak mampu 180 s/d 259 Ditolak

Sangat tidak mampu 100 s/d 179 Ditolak

Kriteria pengambilan keputusan

1. Usulan daerah baru ditolak apabila calon daerah atau daerah induknya berkategori “kurang/tidak/sangat tidak mampu”, atau

2. Ditolak jika:

• Total nilai faktor Kependudukan < 80, atau • Total nilai faktor kemampuan ekonomi < 60, atau • Total nilai faktor potensi daerah < 60, atau • Total nilai faktor Kemampuan ekonomi < 60

Aturan pada PP No. 78 Tahun 2008 lebih ketat dari pada PP No. 129 tahun 2000 pengetatan pada poin nomor dua.

3.4.4 Analisis Regresi Dengan Peubah Dummy

Dalam model regresi, variabel dependent seringkali dipengaruhi tidak hanya oleh variabel-variabel yang bersifat kuantitatif menurut skalanya untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemekaran daerah dapat digunakan dummy dengan 1 untuk daerah pemekaran dan 0 untuk bukan daerah pemekaran, model persamaan regresi dengan peubah dummy dapat dituliskan sebagai berikut (Juanda, 2009): it p kit k it b X b DP X b b Y = 0 + 1 1 +...+ + Yit X

= Respon (PDRB non Migas/kapita; pertumbuhan ekonomi; PAD) untuk daerah ke-i pada waktu ke-t

kit

DP

= Faktor ke k di daerah ke-i yang dapat mempengaruhi respons pada waktu ke-t

it

= 1, daerah pemekaran (Kabupaten Mamasa)

= 0, bukan daerah pemekaran (Kabupaten Polewali Mamasa)

3.4.5 Analisis Potensi Pajak Daerah

Analisisi potensi pajak sangat penting untuk dilakukan karena permasalahan dalam pengelolaan pajak dan retribusi daerah yang merupakan unsur pada PAD yang utama adalah masih terbatasnya kemampuan daerah dalam mengidentifikasi dan menentukan potensi riil obyek pajak dan retribusi daerah yang dimilikinya. Upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak dan retribusi selama ini belum didasarkan atas perhitungan potensi penerimaan pajak dan retribusi daerah yang realistis. Penghitungan potensi penerimaan pajak dan retribusi daerah pada umumnya masih didasarkan pada pendekatan incremental, yaitu keinginan untuk selalu menaikkan penerimaan pajak dan retribusi daerah tanpa mempertimbankan perkembangan dan kondisi riil dari faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak dan retribusi daerah tersebut, baik faktor internal maupun eksternal. Oleh karenanya, pengembangan penghitungan potensi penerimaan pajak perlu dilakukan (Makhfatih dan Saptono, 2009).

Analisis potensi pajak akan didasarkan pada Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 tentang pajak dan retribusi daerah dimana perhitungan potensi didasarkan pada pembagian pajak dan retribusi daerah kabupaten dimana disesuaikan kondisi di daerah penelitian. Model yang dapat dijadikan acuan dalam perhitungan potensi pajak dan retribusi sebagai berikut:

1. Pajak Hotel

• Estimasi Potensi Pajak Hotel dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Potensi Pajak Hotel = Tarif x (jumlah pembayaran/yang seharusnya dibayar kepada hotel)

2. Pajak Restoran

• Estimasi potensi pajak restoran dilakukan dengan menggunakan Rumus sebagai berikut:

Potensi Pajak Restoran = Tarif x (jumlah pembayaran/yang seharusnya dibayar kepada Restoran)

3.4.6 Metode Penghitungan Indeks Pembangunan Manusia

Indeks pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) merupakan suatu indeks komposit yang mencakup tiga bagian pembangunan manusia yang dianggap sangat mendasar, yaitu lamanya hidup (longetivity), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent living). Secara umum metode penghitungan IPM yang sesuai dengan metode yang digunakan the United Nasions Development Programme (UNDP) dalam menghitung HDI dimana metode yang sama juga digunakan BPS untuk menghitung IPM antar Provinsi yang hasilnya telah dipublikasikan.

3.4.7 Analisis Persepsi Stakeholder

1. Persepsi stakeholder terhadap kelayakan pembentukan Kab. Mamasa

Untuk menganalisis persepsi stakeholder tentang kelayakan pembentukan Kab. Mamasa digunakan metode deskriptif dimana penentuan kelayakan didasarkan pada persentase dari tiap-tiap jawaban responden.

2. Persepsi stakeholder terhadap perubahan sebelum dan setelah terbentuknya Kab. Mamasa

Untuk menganalisis data primer mengenai persepsi dampak pemekaran wilayah oleh stakeholder yakni Masyarakat, Legislatif dan Eksekutif di Kab. Mamasa digunakan metode deskriptif, dimana persepsi stakeholder mengkaji tentang informasi kondisi sebelum dan setelah pemekaran dari berbagai aspek yang dikaji yakni pembangunan ekonomi, pelayanan publik dan aparatur daerah.

Tiap-tiap pilihan jawaban responden di dalam kuesioner, diberikan bobot skor 1 sampai 5 dimana klasifikasi bobot skor sebagai berikut:

Skor 5 : Kondisi sangat baik Skor 4 : Kondisi baik Skor 3 : Kondisi cukup baik Skor 2 : Kondisi kurang baik Skor 1 : Kondisi sangat tidak baik

Untuk mengetahui sejauh mana perubahan kondisi sebelum dan setelah pemekaran dari beberapa aspek yang dikaji, digunakan formulasi sebagai berikut:

Makin tinggi skor untuk perubahan kondisi sebelum dan setelah pemekaran wilayah untuk persepsi masyarakat dibandingkan persepsi eksekutif dan legislatif mengindikasi bahwa perubahan terhadap aspek sangat tinggi.

3.4.8 Kerangka Analisis Penelitian

Terdapat 4 hal yang ingin dilihat sebagai kajian dampak adanya pemekaran wilayah Kabupaten Mamasa yaitu kelayakan pemekaran, perkembangan struktur ekonomi, perkembangan kapasitas fiskal, perkembangan pelayanan publik dan aparatur pemerintah di Kab. Mamasa. Faktor-faktor yang menjadi dasar pertimbangan dalam proses perumusan kebijakan pemekaran wilayah Kabupaten Mamasa dilihat data PDRB sebelum dan setelah pemekaran untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan struktur ekonomi, data Pendapatan Daerah untuk mengetahui Pertumbuhan & Perkembangan kapasitas fiskal daerah sebelum dan setelah pemekaran, data ketersediaan fasilitas pendidikan dan kesehatan serta tenaga pengajar dan tenaga kesehatan dan infrastruktur Pembangunan untuk mengetahui gambaran tingkat pelayanan publik sebelum dan sesudah pemekaran serta data kualitas pendidikan aparatur, jumlah aparatur pendidik, jumlah aparatur medis untuk mengetahui aparatur pemerintah.

Alat analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk mengetahui potensi keuangan daerah, pengelolaan APBD serta untuk mengetahui kapasitas fiskal daerah, analisis Indeks Diversitas Entropi (IDE), analisis korespondensi untuk mengetahui kesejahteraan masyarakat berdasarkan data sekunder.

Gambar 3 Kerangka Analisis Penelitian

Data PDRB dan IPM Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamasa Tahun 2002-2008 serta data Primer Data Pendapatan Daerah

Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamasa Tahun 2002-2008

Data Jumlah siswa Per sekolah, siswa per guru, fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan dan infrastruktur di Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamasa Tahun 2002-2008

Data Kualitas Pendidikan Aparatur Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamasa Tahun 2002-2008

Data Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamasa:

Kemampuan ekonomi, Potensi Daerah, Kemampuan Keuangan, Sosial Budaya, Sosial Politik, Kependudukan, Luas Wilayah, Pertahanan dan Keamanan dan Tingkat Kesejahteraan

Analisis Skoring PP No. 78 Tahun 2007

1. Indeks Diversitas Entropy 2. Analisis Deskriptif 3. Analisis Regresi

Analisis Deskriptif Analisis Deskriptif 1. Indeks Diversitas Entropy 2. Analisis Deskriptif 3. Analisis Regresi

KAPASITAS FISKAL PEMBANGUNAN EKONOMI

KELAYAKAN PEMEKARAN APARATUR PEMERINTAH

PELAYANAN PUBLIK

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KAB. MAMASA

BAB IV

Dokumen terkait