• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Pemekaran Terhadap Pembangunan Ekonomi Berdasarkan Persepsi Stakeholder di Kab. Mamasa

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2 Dampak Pemekaran Terhadap Pembangunan Ekonomi .1 Pertumbuhan Struktur Ekonomi Wilayah .1 Pertumbuhan Struktur Ekonomi Wilayah

5.2.8 Dampak Pemekaran Terhadap Pembangunan Ekonomi Berdasarkan Persepsi Stakeholder di Kab. Mamasa

Untuk mengetahui dampak pemekaran wilayah terhadap pembangunan ekonomi digunakan data primer untuk mengetahui persepsi pemangku kepentingan yang ada di Kab. Mamasa tentang perubahan pembangunan ekonomi sebelum dan setelah terbentuknya Kab. Mamasa. Persepsi stakeholder diperoleh dari legislatif, eksekutif dan masyarakat dimana hal mendasar yang ingin diketahui perubahannya yakni dari aspek pendapatan daerah, pendapatan asli daerah, peluang usaha informal, pertumbuhan ekonomi dan jasa, adanya lapangan kerja baru, pendapatan masyarakat serta program pengentasan kemiskinan.

Dari persepsi masyarakat, legislatif dan ekskutif diperoleh bahwa kondisi pembangunan ekonomi sebelum dan setelah terbentuknya Kab. Mamasa mengalami perubahan lebih baik, ini dilihat dari perbedaan kondisi sebelum dan setelah yang positif pada semua aspek yang dikaji (Tabel 18).

Pendapatan daerah menurut persepsi masyarakat, eksekutif dan legislatif meningkat, dimana perubahan sebelum dan setelah berdasarkan persepsi masyarakat lebih rendah dibandingkan persepsi eksekutif dan legislatif ini menunjukkan bahwa perubahan pendapatan daerah sebelum dan setelah pemekaran belum mengalami peningkatan yang cukup baik. Jika diihat dari

pendapatan asli daerah berdasarkan persepsi masyarakat, eksekutif dan legislatif mengalami peningkatan tetapi persepsi masyarakat sama besarnya dengan persepsi legislatif dan lebih besar dibandingkan persepsi eksekutif ini menunjukkan perubahan pendapatan daerah sebelum dan setelah terbentuknya Kab. Mamasa mengalami peningkatan yang cukup baik.

Terjadinya peningkatan pendapatan daerah sangat dipengaruhi oleh adanya dana alokasi dari pusat dimana sebelum terbentuknya Kab. Mamasa alokasi dana tersebut sangat kecil. Pendapatan asli daerah juga mengalami peningkatan walaupun masih relatif kecil, hal ini disebabkan karena kegiatan ekonomi yang mulai berjalan dengan baik disebabkan perbaikan infrastruktur jalan, peningkatan jasa transportasi, pembangunan pasar selain itu disebabkan kemampuan pemda di dalam mengoptimalkan penerimaan dari sektor pajak dan retribusi daerah.

Terbentuknya Kab. Mamasa mampu menciptakan kegiatan ekonomi yang lebih baik dibandingkan sebelumnya walaupun peningkatan dari pertumbuhan ekonomi masih relatif rendah ini dilihat dari persepsi masyarakat tentang perubahan pertumbuhan ekonomi sebelum dan setelah terbentuknya Kab. Mamasa yang lebih rendah dibandingkan persepsi eksekutif dan legislatif.

Tabel 18 Persepsi stakeholder Mengenai perubahan sebelum dan sesudah Pemekaran Wilayah Terhadap Pembangunan Ekonomi

No Pembangunan Ekonomi Masyarakat Legislatif Eksekutif

1 Pendapatan Daerah 1,5 1,7 2,3

2 Pendapatan Asli Daerah 1,3 1,3 1,0 3 Peluang Usaha Informal 0,9 1,7 1,7 4 Pertumbuhan Ekonomi dan Jasa 1,7 2,0 2,0 5 Adanya Lapangan Kerja Baru 0,8 2,0 1,7 6 Pendapatan Masyarakat 1,2 1,7 1,3 7 Program Pengentasan Kemiskinan 1,1 1,7 1,3

Sumber data: Data Primer

Lapangan kerja baru dan peluang usaha formal seiring terbentuknya Kab. Mamasa mengalami peningkatan hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya peluang kerja seperti menjadi PNS dimana penerimaan PNS cukup tinggi di awal terbentuknya Kab. Mamasa selain itu dari sektor informal juga mengalami peningkatan ini ditandai dengan banyaknya masyarakat yang bekerja sebagai pedagang, tukang ojeg, jasa bengkel dan lain-lain sehingga mata pencarian

masyarakat tidak hanya pada sektor pertanian. Ditinjau dari persepsi pemangku kepentingan di Kab. Mamasa menilai bahwa lapangan kerja dan peluang usaha informal peningkatannya masih rendah, hal ini diperoleh dari perubahan persepsi lapangan kerja dan peluang usaha formal sebelum dan setelah terbentuknya Kab. Mamasa dimana persepsi masyarakat lebih rendah dibandingkan persepsi eksekutif dan legislatif, begitupun untuk pendapatan masyarakat dan program pengentasan kemiskinan yang mengalami peningkatan tetapi peningkatannya masih rendah.

Pembahasan

PDRB Kab. Polewali Mandar sebelum terbentuknya Kab. Mamasa mengalami peningkatan tetapi laju pertumbuhan mengalami penurunan hal ini mengindikasikan bahwa di Kab. Polewali Mandar aktivitas perekonomian yang terjadi di periode waktu tersebut belum berjalan dengan baik. Pemekaran wilayah telah memberikan dampak yang positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan struktur ekonomi. Setelah pemekaran wilayah, yakni terbentuknya Kab. Mamasa pertumbuhan ekonomi menjadi lebih baik. Selain jumlah PDRB setiap tahunnya meningkat, laju pertumbuhan pun cenderung meningkat baik, hal tejadi baik di Kab. Polewali Mandar maupun Kab. Mamasa.

Struktur ekonomi di Kab. Mamasa dan Kab. Polewali Mandar mengalami peningkatan ini dilihat dari peningkatan nilai PDRB dan pertumbuhan ekonomi yang semakin baik. Peningkatan struktur ekonomi di Kab. Mamasa cukup terasa karena pembangunan ekonomi sebelum terbentuk menjadi kabupaten sangat memprihatinkan ini ditandai dengan akses jalan yang kurang baik, pasar yang terbatas jumlahnya, alat transportasi yang kurang sehingga aliran barang dari Kab. Mamasa keluar atau sebaliknya terhambat. Setelah pemekaran walaupun masih terbatas segala fasilitas yang tersedia setidaknya sudah mampu meningkatkan kegiatan ekonomi dan aliran barang dari Kab. Mamasa atau sebaliknya menjadi baik.

Nilai PDRB Kab. Mamasa lebih rendah dibandingkan nilai PDRB Kab. Polewali Mandar demikian halnya Laju pertumbuhan PDRB Kab. Mamasa juga di

bawah laju pertumbuhan PDRB Kab. Polewali Mandar walaupun di tahun 2008 laju pertumbuhan Kab. Mamasa lebih tinggi tetapi trend laju pertumbuhan PDRB di Kab. Mamasa fluktuatif sedangkan di Kab. Polewali Mandar cenderung mengalami peningkatan dari tahun ketahun.

Kontribusi sektor pembentuk PDRB yakni kondisi sebelum dan setelah terbentuknya Kabupaten Mamasa menunjukkan bahwa sektor pertanian, sektor perdagangan, restoran dan hotel dan sektor jasa adalah sektor yang memiliki kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB di Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamasa sedangkan sektor yang lain masih kecil kontribusinya. Dalam perkembangannya di Kab. Polewali Mandar sektor perdagangan restoran dan hotel mengalami peningkatan yang cukup besar jika dibandingkan di Kabupaten Mamasa hal disebabkan oleh infrastruktur seperti alat transportasi dan jalan raya yang mendukung perekonomian wilayah di Kab. Polewali Mandar cukup baik dibandingkan di Kab. Mamasa. Berkembangnya suatu wilayah dapat dilihat dari kontribusi sektor industri yang mengalami peningkatan, setelah terbentuknya Kab. Mamasa peningkatan sektor ini di Kab. Polewali Mandar maupun di Kab. Mamasa masih rendah.

Tingkat perkembangan struktur ekonomi ditinjau dari nilai IDE menunjukkan bahwa IDE Kab. Polewali Mandar lebih baik dibandingkan IDE Kab. Mamasa sehingga perkembangan ekonomi di Kab. Polewali Mandar lebih berkembang dibandingkan Kab. Mamasa. Jika dilihat laju pertumbuhan IDE terlihat perkembangan IDE Kab. Polewali Mandar lebih stabil peningkatannya sedangkan Kab. Mamasa meningkat tetapi fluktuatif, hal ini mengindikasi bahwa perkembangan di Kab. Polewali Mandar lebih berkembang dibandingkan Kab. Mamasa.

Dari PDRB perkapita diketahui bahwa pendapatan perkapita di Kab. Mamasa lebih besar dibandingkan Kab. Polewali Mandar. Jika dilihat dari faktor pembentuk dari PDRB perkapita dapat disimpulkan bahwa besarnya jumlah penduduk di Kab. Polewali Mandar menyebabkan PDRB Perkapitanya lebih rendah dibandingkan Kab. Mamasa tetapi dari perkembangan PDRB perkapita

diperoleh bahwa perkembangan PDRB perkapita Kab. Polewali Mandar lebih baik dibandingkan Kab. Mamasa.

Jika dilihat dari jumlah penduduk miskin diketahui bahwa jumlah penduduk miskin di Kab. Mamasa lebih rendah dibandingkan dengan Kab. Polewali Mandar, begitupun dengan laju pertumbuhan jumlah penduduk. Hal mengindikasi bahwa pembentukan Kab. Mamasa telah mampu menurunkan jumlah penduduk miskin di daerah tersebut. Terbentuknya Kab. Mamasa telah mampu memberikan perbaikan dalam hal kegiatan ekonomi serta penciptaan lapangan kerja baik formal maupun informal di daerah tersebut.

Tingginya nilai IPM mengindikasi bahwa perhatian pemerintah terhadap pembangunan manusia cukup baik. Jika ditinjau dari indeks pembangunan manusia (IPM) diperoleh hasil bahwa IPM di Kabupaten Mamasa lebih besar dibandingkan di Kabupaten Polewali Mandar, ini dapat diketahui dari indikator angka harapan hidup, angka melek huruf dan pengeluaran perkapita rill di Kabupaten Mamasa lebih baik dibandingkan di Kabupaten Polewali Mandar kecuali rata-rata lama sekolah. Dari laju IPM menunjukkan bahwa perkembangan IPM di Kab. Polewali Mandar dibandingkan dengan Kab. Mamasa relatif sama.

Secara umum pemekaran wilayah telah berdampak positif terhadap peningkatan pembangunan ekonomi Kab. Mamasa. Hal ini disebabkan terbentuknya menjadi kabupaten menciptakan perbaikan di segala bidang pembangunan diantaranya perbaikan kegiatan ekonomi, ini di dukung oleh teredianya infrastruktur seperti sarana dan prasarana transportasi, kesehatan, pendidikan maupun pasar yang yang semakin baik setelah terbentuknya Kabupaten Mamasa.

Dari persepsi stakeholder di Kab. Mamasa diperoleh dari berbagai aspek pembangunan ekonomi yang diamati menurut legislatif, eksekutif dan masyarakat menyatakan bahwa pemekaran wilayah telah mampu memberikan perubahan terhadap pembangunan ekonomi di Kab. Mamasa tetapi perubahan yang di rasakan oleh stakeholder masih kecil disebabkan karena sebelum terbentuk

menjadi kabupaten segala fasilitas yang mendukung kegiatan pembangunan ekonomi di Kab. Mamasa belum tersedia.

Jika dibandingkan kondisi sebelum dan setelah terbentuknya Kab. Mamasa pembangunan ekonomi mengalami peningkatan tetapi dari segi perbandingan dengan Kab. Polewali Mandar terutama mengenai perkembangan setelah menjadi kabupaten ternyata perkembangan di Kab. Polewali Mandar lebih baik dibandingkan dengan Kab. Mamasa. Perkembangan Kabupaten Mamasa yang relatif kecil menunjukkan rendahnya aktivitas perekonomian. Beberapa hal yang dapat menjadi penyebab. Diantaranya, pertama yaitu pembagian sumber-sumber perekonomian antara daerah Kabupaten Mamasa dan Kabupaten Polewali Mandar tidak merata. Daerah Kabupaten Polewali Mandar mendominasi pembagian sumberdaya produktif. Kedua, investasi swasta di Kabupaten Mamasa juga relatif kecil sehingga lima tahun terakhir tidak banyak perubahan yang cukup signifikan untuk mendongkrak perekonomian daerah. Ketiga, perekonomian di Kabupaten Mamasa belum digerakkan secara optimal oleh pemerintah daerah, baik karena kurang efektifnya program-program yang dijalankan maupun karena alokasi anggaran pemerintah yang belum menunjukkan hasilnya.

Dari penjelasan diatas mengisyaratkan bahwa pembangunan ekonomi di Kab. Mamasa jika dibandingkan dengan Kab. Polewali Mandar diperoleh bahwa pembangunan ekonomi di daerah otonom baru masih relatif kecil sehingga Pemekaran wilayah di Kab. Mamasa tidak menghasilkan daerah yang setara dengan daerah induknya.

5.3 Dampak Pemekaran Wilayah Terhadap Kapasitas Fiskal

5.3.1 Potensi Keuangan Daerah

Kapasitas fiskal daerah didekati dengan data Pendapatan Daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, Sumbangan dan Bantuan serta penerimaan pembangunan. PAD terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba BUMN dan pendapatan asli daerah yang sah. Dana Perimbangan terdiri dari bagi hasil pajak, bagi hasil bukan pajak, DAU, DAK, dan penerimaan lainnya yang sah. Sumbangan dan bantuan meliputi bantuan meliputi

bantuan dana kontingensi dan bantuan dana propinsi, sedangkan penerimaan pembangunan bersumber dari pinjaman pemerintah daerah dan pinjaman untuk BUMD.

Pendapatan Daerah merupakan faktor yang menentukan keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Semakin besar pendapatan yang diterima daerah, semakin leluasa daerah tersebut melakukan kegiatan pembangunan untuk menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat. Untuk mengetahui dampak pemekaran wilayah terhadap kemampuan keuangan daerah di Kabupaten Mamasa maka dapat dilihat dari perbandingan pendapatan daerah dan laju pertumbuhannya di Kab. Polewali Mandar (daerah induk) dan Kab. Mamasa (daerah otonom baru).

Pada periode tahun 2001-2009, secara kumulatif jumlah pendapatan daerah mengalami peningkatan, di Kab. Polewali Mandar tahun 2001 sebesar 148 miliar rupiah meningkat di tahun 2003 menjadi 165 miliar rupiah dan di tahun 2009 menjadi 485 miliar rupiah sedangkan di Kab. Mamasa pada tahun 2003 sebesar 91 miliar rupiah menjadi 323 miliar rupiah pada tahun 2009. Dengan rasio pendapatan daerah di tahun 2003 sebesar 1,82 : 1 menjadi 1,50 :1 di tahun 2009. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan daerah di Kab. Polewali Mandar lebih besar dibandingkan Kab. Mamasa. Perbandingan Pendapatan Daerah Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamasa dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19 Perbandingan Pendapatan Daerah dan Laju Pertumbuhan Pendapatan Daerah Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Mamasa

Tahun Pendapatan Daerah (miliar Rp) Rasio Pertumbuhan ( persen) Selisih Pertumbuhan Kab. Polman Kab. Mamasa Kab. Polman Kab. Mamasa 2001 148 - - - - - 2002 187 - - 23,00 - - 2003 165 91 1,82 : 1 -9,00 - - 2004 201 116 1,73 : 1 21,62 28,25 - 6,63 2005 237 147 1,62 : 1 18,16 26,00 - 7,84 2006 350 220 1,61 : 1 47,48 47,86 - 0,38 2007 397 253 1,57 : 1 13,35 16,55 - 3,20 2008 449 300 1,49 : 1 13,20 18,96 - 5,77 2009 485 323 1,50 : 1 8,04 7,50 0,54

Laju pertumbuhan pendapatan daerah di Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamasa berfluktuasi dan mengalami penurunan. Di Kabupaten Polewali Mandar pada tahun 2003 sebesar 23 persen menurun menjadi 8,04 persen pada tahun 2009 sedangkan di Kabupaten Mamasa pada tahun 2004 sebesar 28,25 mengalami penurunan sebesar 7,50 persen di tahun 2009.

Jika dibandingkan laju pertumbuhan pendapatan daerah diperoleh bahwa laju pertumbuhan pendapatan daerah di Kab. Mamasa lebih baik dibandingkan laju pertumbuhan pendapatan daerah di Kab. Polewali Mandar, namun perbedaannya tidak terlalu signifikan dan fluktuasinya cenderung sama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 13.

Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kab. Mamasa dan Kab. Polewali Mandar

Gambar 13. Laju Pertumbuhan Pendapatan Daerah Kab. Mamasa dan Kab. Polewali Mandar

Dengan diberlakukannya otonomi daerah diharapkan pemerintah daerah mampu meningkatkan pendapatan daerah, utamanya dalam meningkatkan kontribusi Pendapatan Asli Daerah, sehingga Pendapatan Asli Daerah dapat memiliki peranan yang besar dalam pembangunan daerah. Hal ini mengindikasikan bahwa dengan otonomi daerah diharapkan ketergantungan dana transfer dari pusat menjadi berkurang.

Semakin besar kapabilitas suatu daerah dalam menggali sumber-sumber keuangannya, maka akan semakin besar pula kemampuan daerah tersebut mengurus rumah tangganya sendiri, khususnya dalam memberikan pelayanan umum kepada masyarakat. Sebaliknya, besarnya ketergantungan daerah terhadap

0 10 20 30 40 50 60 2004 2005 2006 2007 2008 2009 La ju p e rt u mb u h a n ( P e rs e n )

Kab. Polewali Mandar Kab. Mamasa

subsidi yang diberikan oleh pemerintah pusat menunjukkan bahwa kemampuan daerah tersebut dalam menyelenggarakan otonomi daerah belum sesuai dengan sasaran yang dikehendaki.

Besarnya kontribusi Dana Perimbangan dalam pembiayaan pembangunan mengindikasikan bahwa ketergantungan terhadap transfer dari pusat sangat besar. Dari komposisi pendapatan daerah, terlihat pada Tabel 20 dan Tabel 21 diperoleh bahwa di Kab. Mamasa pada tahun 2003 kontribusi PAD sebesar 1 persen, Dana Perimbangan sebesar 95 persen dan Pendapatan Lain-lain sebesar 4 persen dan pada tahun 2009 kontribusi PAD menjadi 2 persen, Dana Perimbangan menjadi 88 persen dan pendapatan lain-lain sebesar 10 persen.

Tabel 20 Proporsi PAD, Dana Perimbangan dan Pendapatan Lain-lain terhadap Pendapatan Daerah Kabupaten Mamasa ( persen)

Komposisi Pendapatan Daerah Tahun

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

PAD 1 2 1 1 1 3 2

Dana Perimbangan 95 98 94 98 95 90 88

Pendapatan Lain-Lain 4 0 5 1 4 7 10

Sumber: Dispenda Kabupaten Mamasa

Tabel 21 Proporsi PAD, Dana Perimbangan dan Pendapatan Lain-lain terhadap Pendapatan Daerah Kabupaten Polewali Mandar ( persen)

Komposisi Pendapatan Daerah Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 PAD 3 3 4 5 5 3 3 4 4 Dana Perimbangan 92 94 90 90 92 96 97 95 90 Pendapatan Lain 5 3 6 5 3 1 0 1 6

Sumber: Bagian Keuangan Pemda Kabupaten Polewali Mandar

Komposisi Pendapatan Daerah Kabupaten Polewali Mandar pada tahun 2003 untuk PAD sebesar 4 persen, Dana Perimbangan sebesar 90 persen dan pendapatan lain-lain sebesar 6 persen dan pada tahun 2009 kontribusi PAD sebesar 4 persen, Dana Perimbangan sebesar 90 persen dan pendapatan lain-lain sebesar 6 persen.

Jika dibandingkan proporsi PAD, Dana Perimbangan dan Pendapatan Lain-lain terhadap Pendapatan Daerah, diperoleh bahwa perkembangan kontribusi

Dana Perimbangan di Kab. Mamasa lebih baik dibandingkan di Kab. Polewali Mandar tetapi ditinjau dari kontribusi Dana Perimbangan yang mengalami penurunan tetapi dari perkembangan PAD menunjukkan bahwa kontribusi PAD di Kab. Mamasa masih rendah ini diketahui dari perbandingan dengan Kab. Polewali Mandar.

5.3.1.1Pendapatan Asli Daerah

PAD merupakan pendapatan daerah yang berasal dari sumber-sumber penerimaan murni daerah. PAD dipergunakan untuk pembiayaan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah, untuk itu PAD harus diupayakan selalu meningkat. Peranan PAD dalam keuangan daerah merupakan salah satu tolak ukur dalam pelaksanaan otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi dan bertanggung jawab. Pada umumnya daerah dikatakan siap untuk melaksanakan otonomi daerah apabila PAD-nya dapat memberikan sumbangan yang besar dalam APBD. Sebaliknya, kecilnya kontribusi PAD kepada APBD menunjukkan bahwa ketergantungan pemerintah daerah pada pemerintah pusat masih cukup besar.

Tabel 22 Perbandingan Laju Pertumbuhan PAD Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamasa

Tahun PAD jutaan (Rp) Rasio Pertumbuhan ( persen) Selisih Pertumbuhan Kab. Polman Kab. Mamasa Kab. Polman Kab. Mamasa 2001 4.060 - - - - - 2002 6.025 - - 48,00 - - 2003 6.412 1.054 6,08 : 1 6,00 - - 2004 10.779 2.848 3,78 : 1 68,11 170,24 -102,13 2005 11.956 1.996 5,99 : 1 10,92 - 29,92 40,84 2006 9.824 2.899 3,39 : 1 - 17,84 45,25 - 63,09 2007 11.307 3.309 3,42 : 1 15,09 14,12 0,97 2008 16.598 8.955 1,85 : 1 46,79 170,66 - 123,86 2009 20.944 5.202 4,03 : 1 26,19 - 41,91 68,10

Sumber: BPS Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Mamasa

Pendapatan Asli Daerah adalah sumber pendapatan yang diperoleh dari dalam daerah yang mana pemungutan dan pengelolaannya merupakan kewenangan pemerintah daerah. Salah satu isu yang menarik terkait dengan kebijakan desentralisasi fiskal adalah menyangkut peningkatan kapasitas daerah

untuk meningkatkan PAD atau yang disebut dengan taxing power. Namun demikian, undang-undang mengamanatkan bahwa peningkatan PAD tidak boleh menimbulkan ekonomi biaya tinggi yang menghambat pelayanan publik dan iklim dunia usaha. Secara teoritis besar kecilnya potensi PAD pada suatu daerah dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi daerah yang bersangkutan, terutama pada sektor industri dan jasa.

Dari perbandingan laju pertumbuhan PAD seperti terlihat pada Tabel 22, pada periode 2001-2009 diperoleh bahwa di Kab. Polewali Mandar mengalami peningkatan. Pada tahun 2001 PAD sebesar 4 miliar rupiah pada tahun 2003 menjadi 6 miliar rupiah dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 21 miliar rupiah sedangkan di Kabupaten Mamasa PAD sebesar 1 miliar rupiah pada tahun 2003 meningkat menjadi 5 miliar rupiah rupiah pada tahun 2009. Hal ini menunjukkan bahwa penerimaan PAD di Kab. Polewali Mandar lebih besar dibandingkan di Kab. Mamasa.

Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kab. Mamasa dan Kab. Polewali Mandar

Gambar 14. Laju pertumbuhan PAD Kab. Mamasa dan Kab. Polewali Mandar Jika dilihat dari Laju pertumbuhan PAD seperti pada Gambar 14, pada awal pemekaran yaitu tahun 2004 laju pertumbuhan PAD Kab. Mamasa mengalami penurunan drastis, hal ini menunjukkan tingginya ketergantungan terhadap pusat, sedangkan pada tahun yang sama laju pertumbuhan PAD Kab. Polewali Mandar juga mengalami penurunan walaupun tidak sebesar Kab. Mamasa, di tahun 2008-2009 Kab. Mamasa mengalami penurunan laju pertumbuhan PAD begitu pula dengan induknya, namun penurunan laju Kab.

-100 -50 0 50 100 150 200 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 La ju P e rt u mb u h a n P A D (p e rs e n )

Kab. Polewali Mandar Kab. Mamasa

Mamasa lebih tinggi dibandingkan dengan induk nya, sehingga dapat dikatakan bahwa trend laju pertumbuhan PAD untuk Kedua kabupaten cenderung sama.

Adapun yang mempengaruhi peningkatan PAD di Kab. Mamasa yakni di ketersediaan infrastruktur yang mendorong pembangunan setelah terbentuknya Kab. Mamasa tetapi dalam perkembangannya laju pertumbuhan PAD mengalami penurunan, ini disebabkan karena infrastruktur yang ada belum memadai bahkan sebagian telah mengalami kerusakan, misalkan jalan raya yang rusak, listrik yang kurang dan fasilitas transportasi yang masih sangat terbatas serta kurangnya kemampuan pemerintah daerah untuk mendorong investor dari luar untuk melakukan investasi di Kab. Mamasa.

5.3.1.2Dana Perimbangan

Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi, yang bertujuan mengurangi kesenjangan fiskal antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah dan antar-Pemerintah Daerah. Di era otonomi daerah dana perimbangan merupakan elemen penting dalam pembiayaan pembangunan di daerah terutama bagi daerah yang memiliki pendapatan asli daerah yang sangat kecil.

Tabel 23 Perbandingan Laju Pertumbuhan Dana Perimbangan Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Mamasa

Tahun Dana Perimbangan Jutaan (Rp)

Rasio Pertumbuhan ( persen) Selisih Pertumbuhan Kab. Polman Kab. Mamasa Kab. Polman Kab. Mamasa 2001 135.641 - - - - - 2002 170.468 - - 26,00 - - 2003 149.022 86.285 1,72 : 1 -13,00 - - 2004 180.924 113.596 1,59 : 1 21,41 31,65 - 10,25 2005 217.558 137.641 1,58 : 1 20,25 21,17 - 0,92 2006 335.474 212.065 1,58 : 1 54,20 54,07 0,13 2007 385.330 240.373 1,60 : 1 14,86 13,35 1,51 2008 427.605 271.454 1,58 : 1 10,97 12,93 - 1,96 2009 436.632 286.043 1,53 : 1 2,11 5,37 - 3,26

Dana perimbangan meningkat setiap tahun (Tabel 23), di Kabupaten Polewali Mandar pada tahun 2001 sebesar 135 miliar rupiah meningkat di tahun 2003 menjadi 149 miliar rupiah dan pada tahun 2009 menjadi 436 miliar rupiah, sedangkan di Kabupaten Mamasa pada tahun 2003 sebesar 86 miliar rupiah meningkat menjadi 286 miliar rupiah di tahun 2009. Dari rasio dana perimbangan diketahui bahwa dana perimbangan di Kabupaten Polewali Mandar jauh lebih besar dibandingkan dengan Kabupaten Mamasa yakni 1,72:1 di tahun 2003 menjadi 1,53:1 di tahun 2009.

Dari laju pertumbuhan pada periode tahun 2001-2009 Dana Perimbangan di Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamasa fluktuatif dan mengalami penurunan terlihat pada Tabel Gambar 15. Laju pertumbuhan di Kab. Polewali Mandar pada tahun 2001 sebesar 26 persen menjadi 2,11 persen pada tahun 2009 sedangkan untuk Kab. Mamasa laju pertumbuhan Dana Perimbangan pada tahun 2003 sebesar 31,65 persen menjadi 5,37 persen pada tahun 2009.

sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kab. Mamasa dan Kab. Polewali Mandar

Gambar 15 Laju pertumbuhan Dana Perimbangan Kab. Mamasa dan Kab. Polewali Mandar

Dari perbandingan diatas menunjukkan bahwa perkembangan laju dana perimbangan di Kab. Mamasa jauh lebih besar dibandingkan Kab. Polewali Mandar. Hal ini mengindikasi bahwa di awal terbentuknya Kab. Mamasa dana perimbangan sangat vital peranannya di dalam pembangunan dan ketergantungan terhadap dana perimbangan masih cukup besar.

-20 -10 0 10 20 30 40 50 60 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 La ju p e rt u mb u h a n D a n a P e ri mb a n g a n ( p e rs e n )

Kab. Polewali Mandar Kab. Mamasa

Untuk melihat kesiapan pemerintah daerah dalam menghadapi otonomi daerah khususnya di bidang keuangan, diukur dari seberapa jauh kemampuan pembiayaan urusan bila didanai sepenuhnya oleh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Bagi Hasil (DBH). Oleh sebab itu, jika pemerintah daerah harus dapat mengoptimalkan penerimaan dari pajak dan sumber daya alam yang dimiliki. Apabila pendapatan yang diperoleh semakin tinggi maka transfer Dana Bagi Hasil yang diterima pun cenderung akan semakin besar.

Dari Jumlah Dana Bagi Hasil Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamasa terlihat mengalami peningkatan. Di Kab. Polewali Mandar pada tahun 2001 sebesar 9 miliar rupiah menjadi 29 miliar rupiah pada tahun 2009 sedangkan di Kab. Mamasa Jumlah dana Bagi hasilnya sebesar 7 miliar pada tahun 2003 menjadi 24 miliar rupiah pada tahun 2009. Pada Gambar 16 terlihat bahwa Dana Bagi Hasil di Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa potensi daerah di wilayah tersebut mengalami peningkatan.

Sumber Data: Dinas Pendapatan Daerah Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamasa

Gambar 16 Jumlah Dana Bagi Hasil Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamasa Laju pertumbuhan Dana bagi hasil Kab. Polewali Mandar dan Kab.

Dokumen terkait