• Tidak ada hasil yang ditemukan

Anonim. 2001. Restrukturisasi Industri Kehutanan Untuk Mengatasi Kelangkaan Penyediaan Kayu. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan, Departemen Kehutanan.

Arief A. 2001 Hutan dan Kehutanan. Yogyakarta: Kanisius.

Awang SA, Andayani W, Himmah B, Widayanti WT, Affianto A. 2001. Gurat Hutan Rakyat di Kapur Selatan. Yogyakarta: Debut Press.

Awang SA. 2007. Konstruksi Pengetahuan dan Unit Manajemen Hutan Rakyat. http://sanafriawang.staff.ugm.ac.id [01 Agustus 2011].

Awang SA, Himmah B, Widayanti WT. 2005. Manajemen Sistem Hutan Rakyat Menuju Model Sertifikasi. Jurnal Hutan Rakyat. 7 (3): 1-24.

Chapman HH. 1950. Forest Management. Bristol Conn: The Hildreth Press Publishers.

Daniyati E. 2009. Efektifitas Sistem Sertifikasi Pengelolaan Hutan Di Hutan Rakyat [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Davis LS and Johnson KN. 1987. Forest Management. Third Edition. New York: Mc. Graw Hill Book Company.

Departemen Pertanian. 1976. Vademecum Kehutanan Indonesia. Jakarta: Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Kehutanan.

Departemen Kehutanan. 1992. Manual Kehutanan. Jakarta: Departemen Kehutanan.

Ernawati SN. 1995. Pengelolaan Hutan Rakyat di Wilayah Kabupaten Boyolali [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Harbagung, Bustomi S, Siswanto BE, Darwo. 2008. Kuantifikasi Pertumbuhan dan Hasil Tegakan Hutan Tanaman. http://library.forda- mof.org/libforda/data pdf/3048.pdf [29 Februari 2012].

Hudiyani I. 2010. Kelembagaan Penyuluhan Partisipatif Dalam Pengelolaan Hutan Rakyat [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Indriyanto. 2008. Pengantar Budi Daya Hutan. Bandar Lampung: PT. Bumi Aksara.

Lestarini R. 1991. Sistem Pengaturan Hasil Pada Hutan Rakyat Sengon (Paraserianthes falcataria) [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Mashudi A. 2010. Membangun Hutan Rakyat Berkelanjutan Melalui UPRHL. http://unit3.perumperhutani.com [01 Agustus 2011].

Ma’rufi N. 2007. Peranan Perempuan dalam Pengelolaan Hutan Rakyat Bersertifikat [skripsi]. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada.

Miniarti Y. 2007. Persepsi Masyarakat Terhadap Sertifikasi Ekolabel Pada Pengelolaan Hutan Rakyat [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Mulyani S. 2012. Kontribusi Pengelolaan Hutan Rakyat Terhadap Pendapatan Para Pihak (Studi Kasus di Kecamatan Batuwarno, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah) [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Mustari T. 2000. Hutan Rakyat Sengon, Daur dan Kelestarian Hasil [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Narimawati U, Munandar D. 2008. Teknik Sampling: Teori dan Praktek dengan Menggunakan SPSS 15. Yogyakarta: Gava Media.

Osmaston FC. 1968. The Management of Forests. London: George Allen and Unwin Ltd.

Pemerintah Desa Sumberejo. 2011. Data Potensi Desa Sumberejo Bulan Februari. Jawa Tengah: Pemerintah Desa Sumberejo.

Pemerintah Kabupaten Wonogiri. 2010. Data Statistik Wonogiri Dalam Angka 2010. Jawa Tengah: Pemerintah Kabupaten Wonogiri.

Pemerintah Kecamatan Batuwarno. 2011. Profil Kecamatan Batuwarno. Jawa Tengah: Pemerintah Kecamatan Batuwarno.

Poerwokoesoemo S. 1956. Jati Jawa. Jakarta: Jawatan Kehutanan RI. Prodan M. 1968. Forest Biometrics. Oxford: Pergamon Press.

Rosa TF. 2003. Penentuan Metode Pengaturan Hasil Dalam Mewujudkan Hutan Normal Pada Kelas Perusahaan Jati (Tectona grandis L.f.) Di KPH Kendal PT. Perhutani Unit I Jawa Tengah [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Simon H. 2007. Metode Inventore Hutan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sopiana A. 2011. Studi Pengaturan Hasil Dalam Pengelolaan Hutan Rakyat di Kabupaten Jepara [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Sudiono J dan Suharlan. 1977. Ilmu Ukur Kayu. Bogor: Lembaga Penelitian Bogor.

Suharjito D. 2000. Hutan Rakyat di Jawa. Bogor: Program Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Masyarakat (P3KM).

Suhendang E. 1995. Metode Pengaturan Hasil Berdasarkan Jumlah Pohon Untuk Pengusahaan Hutan Tidak Seumur. Di dalam: Pengelolaan Hutan Produksi Lestari di Indonesia. Prosiding Simposium Penerapan Ekolabel di Hutan Produksi; Jakarta, 10-12 Agustus 1995. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Hlm 264-276.

Suhendang E. 2004. Kemelut Dalam Pengurusan Hutan Sejarah Panjang Kesenjangan Antara Konsepsi Pemikiran Dan Kenyataan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Supratman dan Alam S. 2009. Manajemen Hutan. http://www.google.co.id [25 Januari 2012].

Suryandari EY, Puspitojati T. 2003. Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat: Keragaman dan Kelestarian. Buletin Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. 4(2): 89-98.

Widayati WT, Riyanto S. 2005. Kajian Potensi Hutan Rakyat dan Analis Interaksi Masyarakat Dengan Sumberdaya Alam di Kabupaten Boyolali. Jurnal Hutan Rakyat. 7 (2):43-79.

PENERAPAN PENGATURAN HASIL DAN PEMBENTUKAN

UNIT KELESTARIAN HUTAN RAKYAT DI DESA

SUMBEREJO, KECAMATAN BATUWARNO,

KABUPATEN WONOGIRI

RETNOSARI

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

PENERAPAN PENGATURAN HASIL DAN PEMBENTUKAN

UNIT KELESTARIAN HUTAN RAKYAT DI DESA

SUMBEREJO, KECAMATAN BATUWARNO,

KABUPATEN WONOGIRI

RETNOSARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

RINGKASAN

RETNOSARI. Penerapan Pengaturan Hasil dan Pembentukan Unit Kelestarian Hutan Rakyat di Desa Sumberejo, Kecamatan Batuwarno, Kabupaten Wonogiri. Dibimbing oleh BAHRUNI dan CORRYANTI.

Jumlah penduduk yang semakin meningkat mendorong semakin banyak perkembangan industri perkayuan, sehingga kebutuhan pasokan bahan baku kayu pun semakin meningkat. Namun, persediaan pasokan bahan baku kayu tersebut belum mencukupi. Pembangunan hutan rakyat sangat potensial untuk dikembangkan guna turut serta memberi sumbangan pasokan tersebut. Namun, kebiasaan petani yang menerapkan sistem tebang butuh pada hutan rakyatnya membuat kepastian jadwal dan volume produksi tidak dapat ditentukan. Oleh karena itu, perlu suatu perbaikan manajemen agar hutan rakyat dapat mengikuti budaya bisnis, salah satunya melalui pengaturan hasil. Pengaturan hasil itu sendiri dapat berjalan lancar apabila diarahkan menjadi pengelolaan berkelompok dan berlembaga yang akan menjadi suatu unit kelestarian hutan rakyat.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sumberejo, Kecamatan Batuwarno, Kabupaten Wonogiri mulai bulan Juli hingga Agustus 2011 dengan tujuan untuk mengetahui teknik pengelolaan dan potensi hutan rakyat saat kini serta menyajikan alternatif pengaturan hasil menggunakan metode jumlah batang berdasarkan riap diameter di Desa Sumberejo, dan mengetahui kesediaan dan pertimbangan petani untuk menerapkan pengaturan hasil menurut jumlah batang dan membentuk unit kelestarian hutan rakyat. Penentuan lokasi menggunakan metode purpossive sampling. Pengambilan sampel lahan hutan rakyat menggunakan intensitas sampling sebesar 5% pada lahan tegalan dan pekarangan dengan teknik ad hoc quotas. Pengambilan data mencakup kegiatan inventarisasi, pengamatan, interview, dan pencatatan data sekunder. Alat-alat yang digunakan, yaitu: pita ukur, galah, tally sheet, meteran, alat tulis, kamera digital, kalkulator, dan komputer.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teknik pengelolaan hutan rakyat yang dilakukan di Desa Sumberejo masih sederhana. Potensi hutan rakyat lebih didominasi oleh jenis mahoni dengan riap yang fluktuatif, sedangkan untuk jenis jati mengalami penurunan seiring meningkatnya kelas diameter. Jangka benah untuk jenis jati adalah 47 tahun dan untuk jenis mahoni adalah 3 tahun. Pengaturan hasil menurut jumlah batang memiliki peluang untuk dapat diimplementasikan bila kendala-kendala sosial dalam penerapannya termasuk dalam pemenuhan kebutuhan dana dapat teratasi. Sebagian besar responden menyetujui alternatif solusi sosial terhadap pengaturan hasil menurut jumlah batang, dengan cara mengembangkan pemenuhan kebutuhan dana melalui pinjam meminjam, mengembangkan keuangan kelompok tani dengan menaikkan iuran wajib anggota per pertemuan, dan mengembangkan industri kerajinan kayu untuk meningkatkan pendapatan petani dengan menyisihkan dan mengumpulkan sebagian dana dari bantuan-bantuan yang selanjutnya akan diterima.

Kata kunci: Pengaturan hasil, unit kelestarian hutan rakyat, potensi hutan rakyat, riap diameter, kesediaan petani

SUMMARY

RETNOSARI. The Implementation of The Yield Regulation and The Establishment of Sustainable Private Forest Unit in Sumberejo Village, Batuwarno Sub District, Wonogiri District. Supervised by BAHRUNI and

CORRYANTI.

The increasing of population have pushed the development of industrial logging and it causes the increasing of raw materials wood supply. But in fact, this supply hasn’t been sufficient yet to fill the industrial needs. The establishment of private forest very potential to contribute this supply. But the habitual of farmers who implement the system of slash need in private forest make the certainty schedule and production volume can’t be determined. Therefore, it needs some management improvements in order that private forest can follows business culture. One of the solution is by yield regulation. The yield regulation can do run well if this regulation is directed for farmers group management and institution as a sustainable private forest unit.

This research was conducted in the Sumberejo Village, Batuwarno Sub Distric, Wonogiri District from July to August 2011. The objectives of this study are to know management technic, stand of private forest potency, propose a yield regulation alternative by using the numbers of stems method based on diameter increment, and to know the willingness and consideration of farmers to practice yield regulation based on the numbers of stems, also to establishment the sustainable private forest unit. Determination of research location used purpossive sampling method. In private forest land, used sampling intensity about 5% on dry land and garden by ad hoc quotas technic. Data collected from forest inventory, field observation, respondent interview, and secondary data. The tools were used a measuring tape, gaff, tally sheet, tape, stationery, digital camera, and computer.

The results of this research showed that the low intensity of silviculture technic of private forest management which has practiced in Sumberejo Village. The private forest potency was dominated by Mahoni (Swietenia macrophylla) that had fluctuated increment. While, the increment of Teak (Tectona grandis) has decreased in line with the increasing of diameter class. Time of passage for Teak and Mahoni are about 47 years and 3 years. Yield regulation based on the numbers of stems has opportunity to be implemented if social constraints such as need of fund can be solves. Most of respondents agreed about alternative solution by developing funding needs. It can be done through lend and borrow each others, develop woodcraft industry to increase farmers income, set aside and collect funds from assistances that will be received.

Key words: Yield regulation, sustainable private forest unit, potency of private forest, diameter increment, farmers willingness.

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Penerapan Pengaturan Hasil dan Pembentukan Unit Kelestarian Hutan Rakyat di Desa Sumberejo, Kecamatan Batuwarno, Kabupaten Wonogiri” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen Dr. Ir. Bahruni, MS dan Dr. Corryanti dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, April 2012 Retnosari