• Tidak ada hasil yang ditemukan

I II III IV V a Riap diameter rata-rata tahunan

5.6 Kendala dan Alternatif Solusi Sosial Penerapan Pengaturan Hasil Menurut Jumlah Batang

5.6.1 Kendala sosial pengaturan hasil menurut jumlah batang

Unit kelestarian hutan rakyat sangat terkait dengan pengaturan hasil, karena pengaturan hasil merupakan bagian dari unit kelestarian hutan rakyat dan merupakan salah satu yang harus diatur agar dapat mencapai kelestarian. Pembentukan suatu unit kelestarian hutan rakyat tergantung pada kesediaan ataupun kesadaran anggotanya dalam membentuk unit tersebut dan sekaligus menerapkan aturan-aturan atau kesepakatan bersama yang salah satunya adalah penerapan pengaturan hasil.

Alternatif pengaturan hasil menurut jumlah batang masih belum bisa disepakati oleh para petani hutan rakyat Desa Sumberejo. Namun, hal ini memiliki peluang untuk diimplementasikan apabila kendala-kendala dalam penerapannya dapat teratasi. Pada pengaturan hasil tersebut, dapat dipastikan petani akan berkeberatan bila harus menerapkan pengaturan hasil terutama untuk jenis jati

sebab membutuhkan waktu yang sangat lama. Namun, petani dapat menutupi kekurangan kebutuhan dana hanya dengan menebang jenis mahoni. Seperti yang diketahui bahwa harga tegakan mahoni lebih rendah dibanding jati dan bila dikonversikan ke dalam rupiah, maka satu batang jati berdiameter tertentu akan setara dengan tiga batang mahoni yang berdiameter sama. Oleh sebab itu dalam kebutuhan yang sama, tegakan mahoni akan lebih banyak ditebang dibanding jati. Terkait hal tersebut, petani yang menjadi responden dalam penelitian ini diwawancarai mengenai kesediaannya terhadap alternatif pengaturan hasil menurut jumlah bantang seperti yang disajikan pada Tabel 12. Petani sebanyak dua puluh lima responden merupakan petani yang pada lahannya sudah dilakukan pengukuran potensi tegakan hutan rakyat.

Tabel 12 Distribusi jawaban petani terhadap kesediaan untuk menerapkan alternatif pengaturan hasil menurut jumlah batang

Kesediaan petani menerapkan alternatif

pengaturan hasil menurut jumlah batang Frekuensi (orang) Persentase (%)

Bersedia 14 56

Keberatan 11 44

Jumlah 25 100

Keterangan: Frekuensi = Jumlah responden (orang)

Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa petani hutan rakyat yang bersedia menerapkan pengaturan hasil menurut jumlah batang adalah sebanyak 56%, sedangkan yang keberatan sebanyak 44%. Jumlah ini hampir berimbang, sehingga alternatif pengaturan hasil menurut jumlah batang dapat saja diterapkan asal ada suatu solusi bagi para petani yang keberatan. Namun, solusi tersebut pun tergantung pada alasan kesediaan petani dalam menerapkan alternatif pengaturan hasil menurut jumlah batang seperti yang tertera pada Tabel 13.

Tabel 13 Alasan petani bersedia untuk menerapkan alternatif pengaturan hasil menurut jumlah batang

Alasan petani bersedia menerapkan alternatif pengaturan hasil menurut jumlah batang

Frekuensi (orang)

Persentase (%) 1. Memberi kesempatan pohon untuk tumbuh 4 16

2. Pertimbangan biaya pendidikan 1 4

3. Dapat mengamankan kayu 9 36

Jumlah 14 56

Keterangan: Frekuensi = Jumlah responden (orang)

Dilihat dari alasan para petani yang bersedia menerapkan alternatif pengaturan hasil menurut jumlah batang, dapat diketahui bahwa petani sadar akan

pentingnya hutan bagi kelangsungan hidup petani. Selain pertimbangan untuk menghidupi anak cucu, petani pun merasa bahwa petani harus menjaga hutan yang ada saat ini mengingat kondisi gersang dan lahan kritis yang pernah petani alami beberapa tahun silam.

1) Memberi kesempatan pohon untuk tumbuh

Cukup banyak petani yang bersedia menerapkan alternatif pengaturan hasil menurut jumlah batang, yakni sebanyak empat orang (16%) dengan alasan atau pertimbangan bahwa dengan menerapkan pengaturan hasil, maka akan memberi kesempatan pohon untuk tumbuh besar. Petani menyadari bahwa pohon memerlukan waktu untuk tumbuh besar. Namun, alasan ini disertai dengan pertimbangan lain pula, yaitu agar petani dapat menebang pohon pada waktuya dengan ukuran besar sehingga petani dapat memperoleh penghasilan yang besar pula.

2) Pertimbangan biaya pendidikan

Petani yang bersedia dengan alasan pertimbangan biaya pendidikan hanya terdapat satu orang (4%). Hal ini karena memang kebetulan dari empat belas orang responden yang bersedia, hanya satu responden yang masih punya tanggungan untuk membiayai sekolah anak yang baru duduk di tingkat sekolah dasar. Untuk responden lain, mayoritas anaknya sudah bekerja sehingga keperluan biaya anak yang masih sekolah dibantu oleh kakaknya. Pertimbangan ini tentunya karena responden memikirkan kehidupan masa depan anak cucu. Dengan menerapkan pengaturan hasil yang terdapat aturan- aturan di dalamnya, maka responden beranggapan bahwa dapat menekan kebiasaan tebang butuh yang kerap kali dilakukan, sehingga akan terus tersedia kayu yang dapat menjadi tabungan bagi anaknya di kemudian hari. 3) Dapat mengamankan kayu

Responden terbanyak sejumlah sembilan orang (36%) memiliki alasan bahwa dengan menerapkan alternatif pengaturan hasil menurut jumlah batang dapat mengamankan kayu. Responden berpikir apabila tidak ada pengaturan hasil, maka tebang butuh akan terus berjalan dan kayu pun lambat laun akan semakin sedikit, terlebih lagi bila penebangannya menjadi tidak terkendali. Keadaan ini mungkin saja akan berdampak sama dengan apa yang telah

dialami beberapa tahun silam, dan tentunya petani tidak menginginkan hal tersebut terjadi kembali. Melalui alasan ini, dapat diketahui bahwa petani telah mempertimbangkan aspek kelestarian pada hutan rakyatnya yang dapat menjadi modal sosial demi keberlangsungan penerapan alternatif pengaturan hasil itu sendiri.

Dengan adanya kebutuhan mendesak, terdapat pula petani yang keberatan untuk menerapkan pengaturan hasil menurut jumlah batang dengan alasan apabila pengaturan hasil tersebut diterapkan, maka akan membatasi pemenuhan kebutuhan dana petani. Alasan tersebut dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Alasan petani keberatan untuk menerapkan alternatif pengaturan hasil menurut jumlah batang

Alasan petani keberatan menerapkan alternatif pengaturan hasil menurut jumlah batang

Frekuensi (orang)

Persentase (%)

1. Kebutuhan petani akan terbatasi 5 20

2. Dana untuk memenuhi kebutuhan selain dari kayu

tidak ada 6 24

Jumlah 11 44

Keterangan: Frekuensi = Jumlah responden (orang) 1) Kebutuhan petani akan terbatasi

Sebanyak lima responden (20%) yang keberatan memiliki alasan bahwa dengan diterapkannya pengaturan hasil, maka akan membatasi kebutuhan petani. Dengan kata lain, petani tidak bisa lagi menebang pohon melalui sistem tebang butuh. Bagi petani, tebang butuh sudah menjadi kebiasaan yang hingga saat ini merupakan solusi terbaik bila ada kebutuhan mendesak.

2) Dana untuk memenuhi kebutuhan selain dari kayu tidak ada

Responden terbanyak sebesar 24% yang keberatan memiliki alasan tidak mempunyai dana untuk memenuhi kebutuhan selain dari kayu terutama pada saat kebutuhan mendesak tiba. Selama ini, kebutuhan tersebut dipenuhi dengan menebang pohon kapan pun dan dalam jumlah berapa pun. Dengan pengaturan hasil yang membatasi kebiasaan sebelumnya, maka menjadi kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan mendesak bila tidak tersedia dana lain selain dari kayu untuk memenuhinya.