• Tidak ada hasil yang ditemukan

dalam Pengawasan Penerapan Program Anti

Dalam dokumen LAPOR AN TRIWUL ANAN LAPORAN TRIWULANAN (Halaman 130-135)

Pencucian Uang dan

Pencegahan Pendanaan

Terorisme di Sektor Jasa

Keuangan

I. Soft Launching Sistem Informasi Penanganan Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (SIGAP) Dalam rangka pengembangan infrastruktur

untuk memperkuat pelaksanaan anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme (APU PPT), Pada triwulan IV-2017, OJK menyelesaikan keseluruhan proses pengembangan dan

soft launching infrastruktur dalam rangka

pelaksanaan anti pencucian uang dan

pencegahan pendanaan terorisme dalam bentuk Sistem Informasi Penanganan Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (SIGAP). Sistem ini dibangun bertujuan untuk mengintegrasikan dan memperkuat proses pengawasan APU PPT khususnya bagi satuan kerja pengawasan. II. Penyesunan Kajian Penerapan Program

Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme pada Penawaran Produk Melalui Agen Penjual (Selling

Agent)

Pada periode laporan, OJK menyelesaikan kajian “Penerapan Program APU PPT pada Penawaran Produk Melalui Agen Penjual (Selling Agent)”, dengan mengambil responden dari 114 PJK di sektor perbankan, pasar modal dan asuransi. Kajian disusun dengan menggunakan pendekatan teoritis baik berupa analisis hukum dan perundang-undangan yang berlaku, peraturan di bidang APU PPT, informasi mengenai best

practice dari negara lain serta analisis atas

hasil perolehan data dari sektor industri yang telah disebarkan melalui kuisioner terkait pelaksanaan program penawaran produk dan penerapan APU PPT oleh agen penjual. Hasil kajian ini akan digunakan berguna dalam rangka menyusun kebijakan terkait penerapan program APU PPT pada penawaran produk melalui agen penjual.

2.7.3 Pengembangan Kapasitas

Sumber Daya Manusia

Sebagai kelanjutan dari rangkaian program pengembangan kapasitas sumber daya manusia, baik bagi pengawas APU PPT di internal OJK maupun bagi pelaku industri jasa keuangan, dalam periode laporan telah dilakukan beberapa kegiatan pengembangan kapasitas dalam bentuk pelatihan maupun

workshop sebagai berikut:

1. Internalisasi National Risk Assessement TPPU/ TPPT dan Tindak Pidana Asal Terbesar – Korupsi, Narkotika, dan Perpajakan.

Kerja sama Domestik Ringkasan Kerja sama

Nota Kesepahaman antara Otoritas Jasa Keuangan dengan Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI)

Peningkatan Kompetensi dan Kapasitas Sumber Daya Manusia di Sektor Jasa Keuangan

Nota Kesepahaman antara Otoritas Jasa Keuangan dengan Universitas Sumatera Utara

Pengembangan sektor jasa keuangan, peningkatan literasi keuangan dan perlindungan konsumen di sektor jasa keuangan.

Tabel II - 49 Hubungan Kerja Sama Domestik OJK Kegiatan internalisasi tersebut dihadiri oleh

171 perwakilan dari seluruh sektor jasa keuangan. Tujuan dari kegiatan internalisasi ini untuk meningkatkan pemahaman pelaku industri jasa keuangan atas risiko nasional terkait TPPU TPPT, khususnya pemahaman terhadap tiga tindak pidana asal yang memiliki risiko tinggi terhadap TPPU dan TPPT. Untuk itu, dalam internalisasi tersebut, OJK mengundang narasumber yaitu Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Direktur pada Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan (DJP) dan Badan Narkotika Nasional (BNN).

2. Sosialisasi Peraturan OJK No. 12/

POJK.01/2017 tentang Penerapan Program APU PPT di Sektor Jasa Keuangan.

Sebagai kelanjutan dari rangkaian sosialisasi Peraturan OJK No. 12/POJK.01/2017 tentang Penerapan Program APU PPT di Sektor Jasa Keuangan, khususnya di daerah, pada periode laporan ini, GPUT bekerjasama dengan kantor regional dan kantor OJK di daerah melakukan sosialisasi kepada penyedia jasa keuangan di Papua.

Pada periode laporan, OJK juga melakukan finalisasi penyusunan SRA yang telah dimulai pada triwulan sebelumnya. Penyusunan SRA mencakup tiga sektor jasa keuangan yaitu sektor perbankan, pasar modal, dan IKNB. Pada tahap finalisasi dimaksud, tim penyusun SRA menyelenggarkan focus group discussion (FGD) dengan mengundang narasumber yaitu pakar APU PPT. LLM dan perwakilan PPATK. FGD ini penting untuk memberikan masukan atas konsep SRA dilihat dari pandangan international best practice sekaligus menyelaraskan dengan hasil risk

assessment secara nasional. SRA dimaksud

diharapkan akan dapat menjadi acuan bagi pelaku industri dalam menerapkan program APU PPT berbasis risiko.

2.8 HUBUNGAN

KELEMBAGAAN

Sesuai dengan sistem ketatanegaraan Republik Indonesia, kedudukan OJK sebagai lembaga negara tidak sejajar dengan lembaga tinggi negara lain seperti Dewan Perwakilan Rakyat dan Badan Pemeriksa Keuangan. Kedudukan OJK juga tidak sama dengan Kementerian, mengingat kedudukan OJK yang berada di luar pemerintahan. Adapun status dan kedudukan khusus tersebut diperlukan agar OJK dapat menjalankan tugas dan fungsinya sebagai lembaga yang independen. Walau demikian, OJK tetap memiliki hubungan kerja dan koordinasi yang baik antar lembaga dengan DPR, BPK, Pemerintah, BI, LPS, serta pihak lainnya.

2.8.1 Kerjasama Domestik

OJK secara aktif mengadakan koordinasi antar lembaga dengan tujuan menjalin kerjasama strategis yang dapat mendukung pencapaian OJK di masa mendatang. Selama periode triwulan IV-2017, OJK telah melakukan penandatanganan kerjasama domestik sebagai berikut:

Di samping penandatanganan kerjasama antar lembaga, OJK juga menjalin hubungan kelembagaan dengan menyelenggarakan 25 kegiatan kelembagaan bersama yang melibatkan beberapa lembaga negara, antara lain:

- Dewan Perwakilan Rakyat; - Kementerian Keuangan;

- Mahkamah Agung; - Bank Indonesia;

- Lembaga Penjamin Simpanan; - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; - Pemerintah Daerah; dan

- Industri Jasa Keuangan.

Kegiatan kelembagaan yang telah dilakukan mencakup antara lain Focus Group Discussion (FGD) mengenai Rapat Kerja Anggaran 2018, pengadaan kantor OJK di seluruh Indonesia dan sosialisasi terkait fungsi dan peran OJK dalam pembangunan ekonomi nasional, investasi cerdas dan optimalisasi peran OJK di kalangan generasi muda, solusi preventif dan represif untuk mengatasi meningkatnya penipuan investasi ilegal, peranan OJK pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap kegiatan di sektor jasa keuangan, mengenal pengelolaan investasi yang legal dan logis, pendampingan kunjungan kerja DPR serta bimbingan teknis penguatan kapasitas kelembagaan sektor jasa keuangan dan pembahasan RKA OJK tahun anggaran 2018 antara OJK dengan Sekretariat Komisi XI DPR RI

2.8.2 Kerjasama Internasional

dan Regional

a. Penyelesaian Negosiasi dalam rangka Peningkatan Komitmen Jasa Keuangan di ASEAN

Dalam rangka mendukung kebijakan & pelaksanaan tugas OJK, diperlukan peningkatan komitmen perbankan dalam paket perundingan jasa keuangan dalam lingkup ASEAN (ASEAN Banking Integration

Framework) serta paket komitmen jasa

keuangan lainnya, dilihat dari proses yang dilaksanakan dalam paket perundingan jasa keuangan lingkup ASEAN.

Pada bulan Oktober sampai dengan Desember triwulan IV-2017, telah tercapai beberapa hal yaitu proses negosiasi ABIF antara OJK dan negara-negara ASEAN sedang berlangsung, antara lain:

i. OJK dan Bank Negara Malaysia (BNM) Penunjukan Bank Mandiri sebagai

kandidat Qualified ASEAN Banks (QABs) Indonesia di Malaysia oleh Ketua OJK, sebagai implementasi Bilateral

Agreement ABIF OJK dan BNM.

ii. OJK dengan Monetary Authority

Singapore (MAS)

OJK, bersama delegasi RI BI dan BKF, telah melakukan Bilateral Meeting untuk membahas negosiasi ABIF Indonesia dan Singapura pada sela pertemuan WC-FSL ke-55 di Medan. Dalam pertemuan tersebut dibahas penyampaian draft LoI kepada OJK.

b. Keterwakilan Posisi OJK Dalam Forum Perdagangan Jasa Internasional

Posisi (stand point) OJK diterima sebagai posisi RI dalam Forum Perdagangan Jasa Internasional. Terdapat lima jenis perundingan yang telah dilaksanakan, di mana pada triwulan IV-2017 terdapat dua posisi Indonesia diterima oleh counterpart dan didopsi menjadi posisi bersama yaitu Indonesia Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IACEPA).Pada Triwulan IV-2017, Posisi OJK diterima sebagai posisi Indonesia dan diterima Australia selaku counterpart pada perundingan IA-CEPA di Jakarta, terutama pada Article X.13 ‘Portfolio Management’ dan Article X.15 ‘Transparency Considerations’; c. Tahap Negosiasi Penyusunan

Memoran-dum of Understanding (MoU) dalam rangka

mendukung kerjasama IJK dengan lain maupun organisasi internasional.

i. MoU OJK dengan Otoritas Asing

Pada triwulan IV-2017 telah dilakukan tahap negosiasi MoU antara OJK dengan Commission de Surveilance du Secteur Financier (CSSF) Luxemburg.

ii. MoU OJK dengan Institusi asing lainnya : MoU dengan Pengawas SJK asing

terkait home-host supervision bagi grup konglomerasi.

d. Pelaksanaan kegiatan kerjasama dengan

international counterparts, antara lain:

Pada triwulan IV-2017, OJK menerima kunjungan perwakilan dari beberapa instansi, antara lain:

1. Perwakilan Kedutaan Besar Luxemburg mengenai rencana kerjasama Luxemburg-RI

2. IFSB Engagement Session and

Working Group Meeting dalam rangka

mengevaluasi perkembangan serta tantangan yang dihadapi dalam keuangan syariah di Indonesia. (DEKS-BI) 3. Delegasi Australian Securities and

Investments Commission (ASIC)

4. International Labour Organization (ILO) 5. Asia-Pacific Rural and Agricultural Credit

Association (APRACA)

6. Lembaga Pemeringkat Standard & Poor (S&P)

7. Australia Prudential Regulation Authority (APRA) perihal pembahasan program

capacity building

8. IFC perihal pembahasan kontribusi pada keuangan digital di Indonesia

9. International Monetary Fund (IMF) dalam rangka membahas rekomendasi

Financial Sector Assesment Program

(FSAP)

10. Fitch Ratings dalam hal membahas kinerja pengawasan OJK pada sektor jasa keuangan

Tinjauan Industri dan

Dalam dokumen LAPOR AN TRIWUL ANAN LAPORAN TRIWULANAN (Halaman 130-135)