Penilaian Kembali Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa di Sektor Jasa Keuangan
Sesuai Surat Edaran OJK Nomor 54/ SEOJK.07/2016 tentang Monitoring Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa (LAPS) di Sektor Jasa Keuangan, daftar LAPS sebagaimana ditetapkan OJK ditinjau kembali dan dilakukan penilaian berkala setiap dua tahun sekali. Pada periode laporan, OJK melakukan proses penilaian kembali LAPS yang telah ditetapkan dalam daftar LAPS pada akhir tahun 2015. Selanjutnya, berdasarkan hasil penilaian tersebut, OJK menerbitkan Daftar LAPS yang memuat enam LAPS, yaitu a) Badan Mediasi dan Arbitrase Asuransi Indonesia (BMAI); b) Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia (BAPMI);
c) Badan Mediasi Dana Pensiun (BMDP); d) Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa Perbankan Indonesia (LAPSPI); e) Badan Arbitrase dan Mediasi Perusahaan Penjaminan Indonesia (BAMPPI); dan f ) Badan Mediasi Pembiayaan, Pegadaian, dan Ventura Indonesia (BMPPVI).
Benchmarking ke Securities Industry Dispute
Resolution Center (SIDREC) dan Financial Industry Disputes Resolution Centre (FIDReC) Dalam rangka penguatan LAPS, OJK bersama pengurus LAPS melakukan kunjungan ke LAPS sektor jasa keuangan yaitu Securities Industry Dispute Resolution Center (SIDREC) di Malaysia dan Financial Industry Disputes Resolution Centre (FIDReC) di Singapura. Kegiatan tersebut merupakan salah satu bentuk kerja sama
Australia Indonesia Partnership for Economic Governance (AIPEG). Benchmarking tersebut
sarana untuk memperoleh informasi mengenai merger LAPS, regulasi, serta sistem pendanaan LAPS, yang selanjutnya dijadikan bahan
Roadmap Mekanisme Penyelesaian Sengketa di
Sektor Jasa Keuangan.
2.5.5 Pengawasan Market
Conduct
Selama triwulan IV-2017, OJK melakukan
pengawasan market conduct melalui
pemeriksaan tematik secara onsite dengan objek sampling tujuh Bank Pembangunan Daerah dengan tema “aspek perlindungan konsumen pada perjanjian baku”. Pemeriksaan tematik dilakukan dengan meninjau ada tidaknya eksonerasi/eksemsi dan penyalahgunaan keadaan atas klausula/konten dan lengkap tidaknya format perjanjian baku. Adapun aspek yang diperiksa meliputi aspek kebijakan, implementasi dan evaluasi terkait perjanjian baku.
Pelaksanaan Asistensi Implementasi Pengawasan Market Conduct
Implementasi pengawasan market conduct merupakan upaya memperkuat pengawasan sektor jasa keuangan dalam mewujudkan
budaya treat customer fairly pelaku usaha jasa keuangan sehingga dapat meningkatkan kepercayaan konsumen dan masyarakat (market
confidence). Tujuan implementasi tersebut
ialah untuk mengenalkan dan menerapkan konsepsi pengawasan market conduct melalui pendekatan tematik yang terdiri dari kegiatan asistensi pengawasan market conduct dan onsite
supervision. Kegiatan asistensi implementasi
pengawasan market conduct hingga akhir 2017 terlaksana di tiga kantor OJK di daerah, yaitu KOJK Nusa Tenggara Barat, KOJK Sulawesi Tenggara dan KOJK Papua.
Pemantauan Iklan Triwulanan
Melalui Sistem Informasi Pelaporan Market Intelijen (SIPMI), OJK memantau iklan dan penawaran produk dan layanan jasa keuangan. Monitoring yang dilaporkan secara triwulanan ini mencakup iklan yang dipublikasikan melalui media cetak nasional dan lokal yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Selama periode laporan, OJK mencatat sebanyak 202 iklan berkaitan dengan produk/jasa keuangan, yang terdiri dari sektor Perbankan 84,2% (170 iklan), disusul oleh sektor IKNB sebesar 15,3% (31 iklan) dan Pasar Modal sebesar 0,5% (1 iklan). Lima besar produk yang banyak dipasarkan melalui iklan berturut-turut adalah tabungan, layanan digital, modal ventura, kartu kredit, dan m-banking.
Dari data tersebut, 75% dari total iklan (151 iklan) patut diduga melanggar SEOJK Nomor 12 Tahun
Grafik II - 17 Jumlah Iklan Per Sektor
Pasar Modal 1 Perbankan 170 IKNB 31
2014 tentang Penyampaian Informasi dalam rangka Pemasaran Produk dan/atau Layanan Jasa Keuangan. Dugaan pelanggaran iklan pada sektor IKNB sebesar 19% (29 iklan) sedangkan sektor perbankan sebesar 81% (122 iklan). Kriteria yang paling banyak dilanggar berturut-turut adalah tidak jelas (35%), menyesatkan (28%), lain-lain (23%), dan tidak akurat (14%).
2.5.6 Investor Alert Portal
Investor Alert PortalOJK melakukan update berkala terhadap daftar investasi yang tidak terdaftar dan tidak di bawah pengawasan OJK dalam Investor
Alert Portal (IAP). IAP merupakan salah satu
upaya preventif OJK untuk mencegah potensi kerugian konsumen dan masyarakat akibat praktik investasi yang tidak jelas legalitasnya. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan awareness dan pemahaman masyarakat dalam menyikapi penawaran investasi dengan keuntungan yang terlalu atraktif dan cenderung tidak masuk akal Daftar entitas dalam IAP bersumber dari hasil identifikasi dan verifikasi atas informasi dan/atau pertanyaan masyarakat kepada OJK melalui layanan konsumen OJK Financial Customer Care (FCC). Di samping itu, IAP juga mencantumkan entitas yang secara resmi telah dihentikan kegiatannya oleh Satuan Tugas Waspada Investasi.
Selama triwulan IV-2017 terdapat 19 entitas baru yang diunggah dan empat entitas yang
Grafik II - 18 Pelanggaran Berdasarkan Kategori Dugaan Pelanggaran
100
50 0
Tidak Akurat Menyesatkan Lain-lain Tidak Jelas
74
61 50
30
dikeluarkan dari daftar IAP sehingga sampai Desember 2017 terdapat 129 entitas telah masuk dalam IAP. IAP dapat diakses melalui minisite sikapiuangmu.ojk.go.id atau mobile
apps Sikapiuangmu yang tersedia di Playstore
dan Apple Store.
Masyarakat dihimbau agar tidak melakukan investasi pada entitas yang namanya tercantum dalam IAP tersebut. OJK juga mendorong partisipasi aktif masyarakat untuk menyampaikan informasi terkait penawaran investasi sejenis melalui telepon 157, email konsumen@ojk.go.id, atau waspadainvestasi@ ojk.go.id.
2.5.7 Penelitian Kebijakan dan
Pengaturan
Dalam rangka mendukung pelaksanaan kegiatan terkait Edukasi dan Perlindungan Konsumen khususnya untuk memberikan pemahaman mengenai pokok-pokok pengaturan, persiapan implementasi POJK Literasi dan Inklusi Keuangan serta memberikan awareness akan pentingnya sinergi antara regulator, lembaga jasa keuangan dan pemangku kepentingan lainnya dalam meningkatkan literasi dan akses keuangan masyarakat OJK melaksanakan beberapa kegiatan, antara lain:
1. Seminar Nasional “Sinergi dalam
Meningkatkan Literasi dan Inklusi Keuangan”; 2. FGD Kajian Tantangan dan Peluang Regulasi
terkait Edukasi dan Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan: Review terhadap POJK 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen di Sektor Jasa Keuangan;
3. Sosialisasi “Upaya Menyejahterakan
Masyarakat Indonesia dengan Peningkatan Literasi dan Inklusi Keuangan”;
4. Workshop ”Good Practices for Financial
Consumer Protection”;
5. Sosialisasi “Layanan Pengaduan Konsumen dan Penyelesaian Sengketa Konsumen Sektor Jasa Keuangan”; dan
6. Sosialisasi “Upaya Menyejahterakan
Masyarakat Indonesia dengan Peningkatan Literasi dan Inklusi Keuangan”
2.6 PENYIDIKAN SEKTOR
JASA KEUANGAN
Dalam rangka melaksanakan kegiatan penyidikan tindak pidana di sektor jasa keuangan sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, OJK diberi wewenang untuk melaksanakan fungsi penyidikan, pengembangan kebijakan penyidikan, pelaksanaan kerja sama dengan pihak-pihak terkait dalam rangka penegakan hukum dan pemberian dukungan penyidikan tindak pidana di Sektor Jasa Keuangan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan selama periode laporan, OJK secara berkesinambungan berupaya memenuhi infrastruktur baik dari segi sumber daya manusia sesuai dengan formasi efektif, penyempurnaan ketentuan pelaksanaan penyidikan, perumusan Nota Kesepakatan dan kebijakan di bidang tindak pidana sektor jasa keuangan.
2.6.1 Koordinasi dengan
Instansi Terkait
Untuk memperkuat langkah penyidikan dan dalam rangka membangun sistem peradilan pidana yang kredibel OJK rutin menggelar koordinasi dengan lembaga-lembaga terkait antara lain Kejaksaan RI, LPS, dan PPATK.
2.6.2 Penanganan Perkara
Fungsi penyidikan yang dilaksanakan oleh OJK dimulai sejak 2016 dengan mendasari pada ketentuan perundang-undangan, POJK, PDK, dan SEDK Penyidikan. Pada 2017, berdasarkan kriteria prioritas, OJK menerbitkan 17 Surat Perintah Penyidikan (Sprindik) yang terdiri dari 12 perkara Perbankan, (10 perkara BPR
dan dua perkara BPD), empat perkara Pasar Modal dan satu perkara Asuransi di mana Berdasarkan hasil penyidikan dan gelar perkara, OJK selanjutnya telah mengirimkan lima berkas perkara telah diserahkan kepada Jaksa Penuntut Umum Kejaksaan RI yang terdiri dari empat berkas perkara perbankan (tiga perkara BPR dan satu perkara BPD) dan satu perkara Pasar Modal. Dari pengiriman berkas tersebut, empat berkas perkara dinyatakan lengkap (P-21) oleh Kejaksaan RI. Atas pernyataan P-21 pada perkara tersebut, OJK melaksanakan fungsi penyidikan sebagaimana dimaksud pasal 49 dan pasal 50 UU No 21 tahun 2011 tentang OJK.