• Tidak ada hasil yang ditemukan

STABILITAS SISTEM KEUANGAN

Dalam dokumen LAPOR AN TRIWUL ANAN LAPORAN TRIWULANAN (Halaman 109-112)

Tinjauan Operasional

1) Pemberian Izin Usaha

2.4 STABILITAS SISTEM KEUANGAN

Pada triwulan IV-2017, stabilitas sistem keuangan nasional terjaga dengan baik, didukung oleh kinerja industri jasa keuangan yang solid serta profil risiko lembaga jasa keuangan yang terkendali. Sejalan dengan outlook perekonomian domestik yang membaik ke depan, OJK terus mendorong agar sektor jasa keuangan berkontribusi semakin optimal dalam mendorong pertumbuhan, dengan tetap memastikan terjaganya

stabilitas sistem keuangan.

2.4.1 Pasar Keuangan dan

Lembaga Jasa Keuangan

OJK menilai bahwa secara umum stabilitas sektor jasa keuangan dalam negeri pada triwulan IV-2017 dalam kondisi terjaga. Indikator lembaga jasa keuangan terpantau stabil dengan kinerja intermediasi yang mencatat sejumlah perbaikan. Meskipun masih terdapat beberapa downside risk dari eksternal, seperti rencana pengetatan kebijakan moneter negara-negara utama dan meningkatnya ketegangan geopolitik. Secara keseluruhan tingkat risiko

sektor jasa keuangan di triwulan terakhir tahun 2017 ini terpantau menurun dibandingkan kondisi awal tahun.

Kinerja pasar keuangan domestik terus melanjutkan penguatan. Pada triwulan IV-2017, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia ditutup pada level 6.355,65 atau menguat 7,71% qtq. Investor nonresiden masih mencatatkan net sell di pasar saham sebesar Rp29,1 triliun. Namun demikian, net sell tersebut terkompensasi dengan semakin besarnya peran investor domestik yang porsinya meningkat menjadi 48,70% pada triwulan IV-2017 (triwulan III-2017: 47,77%). Sementara itu, di pasar Surat Berharga Negara (SBN), imbal hasil SBN menunjukkan tren penurunan pada triwulan IV-2017 dan investor nonresiden membukukan net

buy signifikan sebesar Rp16,8 triliun.

Kinerja intermediasi sektor jasa keuangan pada triwulan IV-2017 mencatat sejumlah perkembangan positif sejalan dengan mulai terlihatnya arah perbaikan ekonomi domestik pada paruh kedua 2017. Kredit yang disalurkan perbankan tercatat tumbuh sebesar 8,24%

yoy. Angka ini meningkat dibandingkan 7,87%

pada akhir tahun sebelumnya. Sementara itu, di industri pembiayaan, pertumbuhan piutang pembiayaan tercatat sebesar 7,05% yoy, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,53%.

Grafik II - 6 Pertumbuhan Kredit dan Dana Pihak Ketiga Perbankan

25% 20% 15% 10% 5% 0%

2012 2013 2014 2015 2016 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17

Ma

y-17 Jun-17 Jul-17

Aug-17 Sep-17 Oct-17 Nov-17 Dec-17

9,35% 8,24%

Pemanfaatan pasar modal Indonesia sebagai sumber dana korporasi melanjutkan peningkatan. Kondisi ini turut didukung oleh meningkatnya kepercayaan pasar seiring kenaikan credit rating Indonesia oleh Standard & Poor’s dan Fitch Ratings pada tahun 2017. Sepanjang 2017, penghimpunan dana di pasar modal telah mencapai Rp254,5 triliun, atau meningkat sebesar 30,19% dibandingkan tahun sebelumnya. Secara keseluruhan terdapat 161 penawaran umum 2017, meningkat signifikan dibandingkan 126 penawaran umum tahun 2016. Dari nilai penghimpunan dana di pasar modal tersebut, proporsi lembaga jasa keuangan menurun dari 45,03% menjadi 43,68%. Hal ini mengindikasikan peningkatan efektivitas intermediasi keuangan oleh pasar modal domestik.

Permodalan industri jasa keuangan terpantau pada level yang memadai untuk mendukung ekspansi kredit/pembiayaan sekaligus mengantisipasi potensi peningkatan risiko di masa yang akan datang. Hal ini tercermin

Grafik II - 7 Pertumbuhan Piutang Pembiayaan Perusahaan Pembiayaan 18% 14% 10% 6% 2% -2%

Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 May-16 Jun-16 Jul-16 Aug-16 Sep-16 Oct-16 Nov-16 Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17 May-17 Jun-17 Jul-17 Aug-17 Sep-17 Oct-17 Nov-17 Dec-17

7,05%

Grafik II -8 Risk-Based Capital (RBC) Industri Perasuransian RBC Asuransi Umum 350% 300% 250% 200% 150% 100% 50% 0% 321%

Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 May-16 Jun-16 Jul-16 Aug-16 Sep-16 Oct-16 Nov-16 Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17 May-17 Jun-17 Jul-17 Aug-17 Sep-17 Oct-17 Nov-17 Dec-17

521% RBC Asuransi Jiwa 600% 500% 400% 300% 200% 100% 0%

Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 May-16 Jun-16 Jul-16 Aug-16 Sep-16 Oct-16 Nov-16 Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17 May-17 Jun-17 Jul-17 Aug-17 Sep-17 Oct-17 Nov-17 Dec-17 Grafik II - 9 Capital Adequacy Ratio (CAR)

Perbankan 24.00 23.50 23.00 22.50 22.00 21.50 21.00 20.50 5.000 4.500 4.000 3.500 3.000 2.500 2.000 1.500 1.000 500 -dalam tr iliun Rupiah

Modal ATMR CAR % Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 May-16 Jun-16 Jul-16 Aug-16 Sep-16 Oct-16 Nov-16 Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17 May-17 Jun-17 Jul-17 Aug-17 Sep-17 Oct-17 Nov-17 Dec-17

Grafik II - 10 Gearing Ratio Perusahaan Pembiayaan 3,25 3,20 3,15 3,10 3,05 3,00 2,95 2,90 2,85 2,80 2,99

Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 May-16 Jun-16 Jul-16 Aug-16 Sep-16 Oct-16 Nov-16 Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17 May-17 Jun-17 Jul-17 Aug-17 Sep-17 Oct-17 Nov-17 Dec-17

dari Capital Adequacy Ratio (CAR) perbankan serta Risk-Based Capital (RBC) industri asuransi umum dan asuransi jiwa yang jauh berada di atas ketentuan minimum. CAR tercatat sebesar 23,36%. Sementara itu, RBC asuransi umum dan

asuransi jiwa masing-masing tercatat sebesar 321% dan 521%. Gearing ratio perusahaan pembiayaan sebesar 2,99 kali, jauh di bawah ketentuan maksimum 10 kali.

Dari sisi likuiditas lembaga jasa keuangan, alat likuid perbankan dinilai memadai untuk mengantisipasi potensi risiko likuiditas. Pada akhir triwulan-IV 2017, rasio Alat Likuid terhadap

Non-Core Deposit (AL/NCD) tercatat sebesar

103,06% dan rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) tercatat masih tinggi pada level 18,09%. Sesuai siklusnya, terdapat kecenderungan penurunan tingkat likuiditas dibandingkan triwulan III-2017, di mana penyaluran kredit pada akhir tahun cenderung meningkat signifikan.

Pada triwulan IV-2017, rasio kredit/pembiayaan bermasalah lembaga jasa keuangan terpantau menurun sejalan dengan konsolidasi yang dilakukan oleh perbankan dalam mengelola risiko kredit. Rasio Non-Performing Loan (NPL)

gross dan net perbankan per Desember 2017

tercatat masing-masing sebesar 2,59% dan 1,11% (September 2017: 2,93% gross dan 1,23% net). Nilai nominal restrukturisasi kredit dan hapus buku di industri perbankan masih melanjutkan peningkatan, namun dengan pertumbuhan yang semakin melambat. Sejalan dengan penurunan NPL, tingkat Non-Performing

Financing (NPF) perusahaan pembiayaan juga

menunjukkan arah penurunan dan pada akhir Desember 2017 tercatat pada level 2,96% (September 2017: 3,18%).

Pada triwulan IV-2017, risiko pasar lembaga jasa keuangan terpantau relatif rendah seiring berlanjutnya penguatan di pasar keuangan domestik. Posisi Devisa Neto (PDN) sektor perbankan per Desember 2017 tercatat sebesar 2,10%, jauh di bawah ambang batas maksimum sebesar 20%. Sementara itu, nilai investasi industri reksa dana, perasuransian, dan dana pensiun juga melanjutkan peningkatan. Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana pada triwulan IV-2017 tumbuh sebesar 10,50% dibandingkan akhir triwulan sebelumnya. Sementara itu, nilai investasi industri perasuransian dan dana pensiun masing-masing meningkat sebesar 5,69% dan 1,18%% pada periode yang sama.

2.4.2 Arah Kebijakan dalam

Menjaga Stabilitas Sistem

Keuangan

OJK senantiasa memantau perkembangan terkini di perekonomian dan pasar keuangan,

Grafik II - 11 Rasio NPL Perbankan dan NPF Perusahaan Pembiayan NPL Gross NPL Nett 3,5 3,0 2,5 2,0 1,5 1,0 0,5 0,0 %

Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 May-16 Jun-16 Jul-16 Aug-16 Sep-16 Oct-16 Nov-16 Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17 May-17 Jun-17 Jul-17 Aug-17 Sep-17 Oct-17 Nov-17 Dec-17

3.00%

3.00%

3.00%

Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 May-16 Jun-16 Jul-16 Aug-16 Sep-16 Oct-16 Nov-16 Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17 May-17 Jun-17 Jul-17 Aug-17 Sep-17 Oct-17 Nov-17 Dec-17

baik di lingkup global maupun domestik, sehingga potensi risiko di sektor jasa keuangan domestik dapat diidentifikasi sedini mungkin dan langkah-langkah yang diperlukan dapat segera diambil. Kerjasama dan koordinasi dengan pihak-pihak terkait juga terus diperkuat agar kinerja industri keuangan dan stabilitas sistem keuangan nasional tetap terjaga.

Penguatan di pasar keuangan domestik berpotensi akan terus berlanjut, didukung oleh membaiknya prospek ekonomi domestik maupun kepercayaan global. Meskipun demikian, OJK tetap memonitor pergerakan pasar, khususnya yang terkait dengan aliran modal investor nonresiden. Faktor-faktor risiko yang terutama berasal dari eksternal tetap perlu diwaspadai, antara lain terkait pengetatan kebijakan moneter di negara-negara maju, rebalancing perekonomian Tiongkok, dinamika konflik geopolitik di beberapa bagian dunia, dan pergerakan harga komoditas.

OJK memandang bahwa masih terdapat ruang bagi sektor jasa keuangan untuk berkontribusi lebih optimal lagi dalam memacu pertumbuhan ekonomi domestik, terlebih dengan tingkat permodalan dan likuiditas lembaga jasa keuangan yang sangat memadai. Kinerja intermediasi keuangan pada tahun 2018 diperkirakan mencatat perbaikan. OJK memproyeksikan pertumbuhan kredit dan DPK akan berada pada kisaran 10%-12%. Penghimpunan dana di pasar modal juga diperkirakan akan tetap tinggi.

OJK terus memantau perkembangan profil risiko lembaga jasa keuangan, serta memastikan bahwa lembaga jasa keuangan telah mengambil langkah-langkah yang memadai untuk memitigasi risiko. Ke depan, sejalan dengan membaiknya prospek dan kegiatan ekonomi dalam negeri serta konsolidasi kredit yang dilakukan oleh perbankan, risiko kredit diperkirakan akan tetap terkendali.

2.4.3 Koordinasi Antarlembaga

dalam Menjaga Stabilitas

Sistem Keuangan Nasional

Pada triwulan IV-2017, OJK melanjutkan koordinasi dengan lembaga-lembaga terkait dalam upaya memastikan stabilitas sistem keuangan nasional tetap terjaga, termasuk melalui Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).

Sepanjang triwulan IV-2017, keempat lembaga anggota KSSK (Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, OJK, dan Lembaga Penjamin Simpanan) telah melaksanakan sejumlah agenda, yaitu Simulasi Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan, Rapat Persiapan Rapat KSSK, dan Rapat KSSK. Di samping itu, telah dilaksanakan rapat persiapan koordinasi antarlembaga anggota KSSK terkait pembentukan holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) lembaga keuangan.

2.5 EDUKASI DAN

Dalam dokumen LAPOR AN TRIWUL ANAN LAPORAN TRIWULANAN (Halaman 109-112)