• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN PROGRAM PRIORITAS

Dalam dokumen LAPOR AN TRIWUL ANAN LAPORAN TRIWULANAN (Halaman 68-73)

Konvensional dan BPJS

1.5 PERKEMBANGAN PROGRAM PRIORITAS

OJK

1.5.1 Layanan Keuangan Tanpa

Kantor (Laku Pandai)

Pada triwulan IV-2017, terdapat tambahan empat BUK yang menjadi penyelenggara Laku Pandai sehingga secara total bank penyelenggara Laku Pandai berjumlah 27 bank, yang terdiri dari 25 BUK (termasuk 13 BPD) dan dua BUS.

15,97% tersebar di pulau Sumatera; 4,34% di pulau Bali-NTB-NTT; 4,19% di pulau Sulawesi; 2,11% di pulau Kalimantan; dan sisanya sebesar 1,18% berada di pulau Maluku dan Papua. Selain tabungan berkarakteristik BSA, agen Laku Pandai dapat melayani pengajuan kredit mikro, pembelian asuransi mikro, dan produk/layanan keuangan lainnya seperti uang elektronik sepanjang agen Laku Pandai telah memenuhi klasifikasi tertentu sebagaimana diatur dalam ketentuan Laku Pandai. Sampai saat ini telah terdapat satu bank yang memiliki agen yang dapat melayani pengajuan kredit mikro berupa KUR Mikro dan pembelian asuransi mikro, sementara beberapa bank lainnya sedang dalam tahap persiapan untuk dapat memasarkan kredit mikro dan asuransi mikro melalui agen Laku Pandai.

Jaringan agen Laku Pandai yang telah tersebar di 34 Provinsi dan 512 kabupaten/kota mendorong beberapa kementerian/lembaga memanfaatkan keberadaan agen Laku Pandai untuk mendukung program yang diusungnya seperti Bantuan Sosial Non Tunai dan Inklusi Zakat (zakat inclusion) yang memerlukan jangkauan layanan sampai ke daerah pelosok. Selain didayagunakan untuk mendukung pelaksanaan program/kegiatan pemerintah, agen Laku Pandai dapat dimanfaatkan untuk mendorong penciptaan ekosistem ekonomi digital. Terkait hal ini, beberapa bank penyelenggara telah berencana untuk bekerjasama dengan perusahaan e-commerce/marketplace.

Mengingat implementasi program Laku Pandai masih tergolong baru di industri perbankan, masih terdapat beberapa kendala dalam implementasi Laku Pandai. Adapun kendala yang dihadapi antara lain: (i) belum memadainya ketersediaan jaringan telekomunikasi dalam menunjang penggunaan perangkat elektronis untuk Laku Pandai; serta (ii) kurangnya pemahaman baik masyarakat maupun pemerintah daerah terhadap program Laku Pandai dan manfaat keberadaan agen Laku Pandai untuk membantu transaksi keuangan di daerah.

Agen Laku Pandai

Perorangan Badan Hukum 722.329 17.792

Nasabah Laku Pandai

Jumlah Rekening Outstanding Tabungan BSA

13.645.396 Rp1,3 triliun

Sumber: OJK

Tabel I - 50 Realisasi Laku Pandai Triwulan IV-2017

Grafik I - 55 Wilayah Penyebaran Agen LAKU PANDAI Triwulan IV-2017

Sumber: OJK Sumatera 18,96% Jawa 66,68% Kalimantan 3,93% Sulawesi 5,17% Maluku dan Papua

1,35% Bali-NTT-NTB3,90%

Sebagian besar agen Laku Pandai masih terkonsentrasi di pulau Jawa (66,68%); sementara sebesar 18,96% tersebar di pulau Sumatera; 5,17% di pulau Sulawesi; 3,90% di pulau Bali-NTB-NTT; 3,93% di pulau Kalimantan; dan sisanya sebesar 1,35% berada di pulau Maluku dan Papua. Tidak jauh berbeda dengan persebaran agen, sebagian besar nasabah BSA juga tersebar di pulau Jawa (72,21%); sementara sebesar Jumlah agen Laku Pandai sampai dengan triwulan IV-2017 mencapai 740.121 agen (722.329 agen perorangan dan 17.792 outlet badan hukum) yang tersebar di 34 Provinsi dan 512 Kota/Kabupaten. Sementara itu, jumlah nominal dan nasabah tabungan berkarakteristik

basic saving account (BSA) yang berhasil

dihimpun masing-masing sebesar Rp1,03 Triliun dan 13.645.396 nasabah. Nominal tabungan BSA tersebut menurun 19,53% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp1,26 Triliun, yang dipengaruhi oleh adanya penarikan dana bantuan melalui program Bansos Non Tunai.

yang tercermin dari NPL gross yang turun 2,29% (qtq) maupun 1,85% (yoy) menjadi 1,79%. Perbaikan kualitas kredit utamanya terjadi pada subsektor industri pengolahan, budidaya, dan penangkapan. Namun demikian, perlu diwaspadai naiknya risiko kredit pada subsektor jasa sarana produksi.

1.5.3 Simpanan Pelajar (SIMPEL)

Simpanan Pelajar (SimPel/SimPel iB)

SimPel/SimPel iB merupakan program inklusi keuangan yang bertujuan untuk mendorong budaya menabung sejak dini. Hingga triwulan IV tahun 2017, terdapat 279 bank yang menjadi peserta dalam program SimPel/SimPel iB. Jumlah rekening SimPel/SimPel iB mencapai 8.045.226 dengan nilai nominal sebesar Rp 1,63 Triliun. Perjanjian Kerja Sama (PKS) yang sudah terjalin antara bank dan sekolah sebanyak 199.819.

Dalam rangka penguatan serta akselerasi program inklusi keuangan, telah dilakukan penyesuaian generic model SimPel/SimPel iB yang digunakan sebagai panduan oleh bank peserta. Penyesuaian dimaksud dilakukan berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi secara

onsite serta masukan dari industri perbankan

dan stakeholders terkait. Penyesuaian generic

model tersebut telah disosialisasikan kepada

bank peserta. Sosialisasi dimaksud dihadiri oleh 83 peserta yang terdiri dari perwakilan Bank Umum, Bank Syariah, Bank Pembangunan Daerah, dan Bank Perkreditan Rakyat/ Syariah. Pada kesempatan dimaksud, telah diinformasikan pula kepada bank peserta terkait hasil rejuvenation marketing collateral SimPel/ SimPel iB yang akan digunakan oleh bank peserta dalam kegiatan sosialisasi dan promosi produk SimPel/SimPel iB. Selain itu, mekanisme penyampaian laporan perkembangan dan laporan edukasi SimPel/SimPel iB melalui web

based system akan dilakukan oleh bank peserta

pada bulan Januari 2018 untuk pelaporan data periode Desember 2017.

Kegiatan Usaha 2016 2017

Desember September Desember

Penangkapan 3,05 4,13 3,00 Budidaya 1,96 2,10 1,70 Jasa Sarana Produksi 2,21 5,34 5,83 Industri Pengolahan 0,84 0,79 0,23 Perdagangan 1,93 2,32 2,13 NPL JARING 1,85 2,29 1,79

Sumber: OJK, Desember 2017

*Program JARING (Jangkau, Sinergi, dan Guideline) merupakan program inisiatif OJK dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam pembiayaan sektor Kelautan dan Perikanan.

Tabel I - 51 NPL Kegiatan Usaha Kredit Maritim (%)

1.5.2 Jangkau, Sinergi, dan

Guideline (JARING)

Sampai dengan triwulan IV-2017, penyaluran kredit program JARING tumbuh 17,71% (yoy) atau 6,81% (qtq) menjadi Rp28,5 triliun. Pertumbuhan tersebut meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (14,85%,

yoy) maupun triwulan yang sama tahun

sebelumnya (13,30%, yoy). Secara nominal, hal tersebut dipengaruhi oleh besarnya penyaluran pada subsektor perdagangan, budidaya, dan industri pengolahan. Sementara, pertumbuhan tertinggi kredit JARING disalurkan kepada subsektor budidaya, utamanya budidaya udang. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan kredit JARING, kualitas kredit JARING meningkat

Grafik I - 56 Kredit & NPL Sektor Maritim terkait JARING

Sumber: OJK, Desember 2017

30.000 25.000 20.000 15.000 10.000 5.000 -Triwulan

III-2017 Triwulan IV-2017

2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 -Triwulan

IV-2016 Triwulan I-2017 Triwulan II-2017

1,79 1,85

2,25 2,37 2,29

24.214 24.473 26.069 26.686 28.502

Total Kredit JARING (dalam miliar rupiah)

1.5.4 Pembiayaan Infrastuktur

Melalui Pasar Modal

Berbagai inisiatif juga telah kami luncurkan untuk mendukung peningkatan kapasitas pembiayaan pada sektor-sektor prioritas pemerintah dan juga untuk meningkatkan inklusi keuangan serta memperkuat aspek perlindungan konsumen, diantaranya mendorong pembiayaan infrastruktur melalui pasar modal, dengan rincian:

a. Tercatat 20 Emiten sektor infrastuktur yang melakukan fund raising melalui Pasar Modal dengan total nilai emisi Rp38,9 triliun dalam tahun 2017 ini.

b. Dalam rangka untuk menyediakan alternatif sumber pendanaan dunia usaha untuk mendukung pembangunan di bidang infrastruktur melalui penerbitan instrumen investasi di pasar modal, OJK selama 2017 telah memberikan izin untuk 2 KIK-EBA terkait infrastruktur dengan nilai sekuritisasi sebesar Rp6 triliun. Kedua KIK-EBA tersebut terdiri dari KIK EBA Mandiri JSMR01 dengan nilai sekuritisasi sebesar Rp 2,00 triliun dan KIK-EBA Danareksa Indonesia Power PLN 1 - Piutang Usaha dengan nilai sekuritisasi sebesar Rp 6,00 triliun.

c. Dalam rangka untuk menunjang

pembiayaan sekunder perumahan, OJK selama 2017 telah memberikan izin untuk 1 Efek Beragun Aset – Surat Partisipasi (EBA-SP), yaitu EBA-SP SMF-BTN03 dengan nilai sekuritisasi sebesar Rp 1,00 triliun. Adapun sampai dengan Desember 2017 telah diterbitkan 4 izin EBA-SP dengan total nilai sekuritisasi akhir sebesar Rp2,23 triliun.

1.5.5 Asuransi Usaha Tani Padi

(AUTP)

Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) bertujuan untuk memberikan perlindungan dalam bentuk bantuan modal kerja kepada petani apabila terjadi kerusakan pertanian, serangan hama padi yang menyebabkan gagal panen. AUTP diberikan untuk areal tanam padi seluas 1 juta Ha lahan pertanian, dengan harga pertanggungan sebesar Rp 6.000.000/ha. Suku premi asuransi diperkirakan sebesar 3% dari harga pertanggungan atau Rp 180.000/ha/MT. Premi AUTP 80% ditanggung pemerintah dan 20% menjadi tanggungan petani. Porsi premi AUTP beban pemerintah sebesar Rp150 miliar bersumber dari dana APBN.

Sampai dengan triwulan IV-2017, jumlah lahan pertanian yang terdaftar adalah 997.960,55 (ha) atau 99,80% dari target 1 juta Ha. Jumlah ini meningkat 9,21% dari jumlah lahan pertanian yang ditanggung AUTP pada akhir September 2017 sebesar 988.232,28 Ha.

1.5.6 Asuransi Usaha Ternak

Sapi (AUTS)

Sampai dengan triwulan IV-2017, sebanyak 92.176 ekor sapi telah dilindungi. Realisasi premi Asuransi Usaha Ternak Sapi adalah sebesar Rp18.435.200.000,00 dengan rincian premi subsidi (80%) sebesar Rp14.748.160.000,00 dan premi non subsidi (20%) sebesar Rp3.687.040.000,00.

1.5.7 Asuransi Nelayan

Sampai dengan triwulan IV-2017, capaian Asuransi Nelayan mencapai 500.000 orang nelayan atau 100% dari target dan total premi mencapai Rp87.500.000.000.

1.5.8 Asuransi Kerangka Kapal

Sampai dengan Desember 2017, realisasi jumlah kapal yang ditanggung asuransi penyingkiran kerangka kapal (wreck removal) meningkat dengan rincian sebagai berikut:

1.5.9 Program Pembiayaan

Ekonomi Kreatif

Dalam rangka meningkatkan penyaluran pembiayaan perbankan pada Sektor Produktif khususnya pada sektor industri kreatif berorientasi ekspor dan UMKM serta mendukung Program Pemerintah dalam rangka meningkatkan pembiayaan ekspor pada ekonomi kreatif dan UMKM sebagai sumber pertumbuhan baru ekonomi Indonesia dalam jangka panjang, program pembiayaan ekonomi kreatif tetap dilanjutkan di tahun 2017 dengan target sebesar Rp 6 triliun-Rp 6,5 triliun. Sampai dengan triwulan IV-2017, total penyaluran pembiayaan di sektor ekonomi kreatif sebesar Rp4,5 triliun.

Bulan Jumlah Kapal

2016 2017 Januari 174 89 Februari 215 177 Maret 216 115 April 323 200 Mei 163 279 Juni 126 197 Juli 74 82 Agustus 151 105 September 167 112 Oktober 182 218 November 164 72 Desember 266 290 Total 2.221 1.646

Tabel I - 52 Jumlah Kapal yang Ditanggung Asuransi Penyingkiran Kapal

Tinjauan Operasional

Dalam dokumen LAPOR AN TRIWUL ANAN LAPORAN TRIWULANAN (Halaman 68-73)