• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak genangan lumpur pada lahan pertanian

ASPEK HUKUM PIDANA KORPORASI DALAM PERISTIWA LUMPUR PANAS DI SIDOARJO

B. Posisi Kasus

3. Dampak genangan lumpur pada lahan pertanian

Sektor pertanian Sidoarjo merupakan salah satu yang menderita kerugian akibat luapan lumpur Porong. Lahan pertanian di sekitar lokasi semburan merupakan salah satu yang mengalami dampak langsung luapan lumpur. Kehilangan produksi pertanian berupa padi, tebu, palawija, dan jati merupakan produksi pertanian di sekitar lokasi luapan lumpur.

Masyarakat petani yang menggantungkan kehidupannya pada sektor pertanian kehilangan mata pencaharian, baik sebagai pemilik lahan maupun buruh tani. Ekosistem pertanian yang telah terbentuk kini tertutup oleh lumpur, dijadikan kolam penampungan, teraliri air lumpur atau terkena rembesan yang dapat

mengurangi kualitasnya, sehingga pada akhirnya akan merugikan masyarakat sebagai salah satu unsur di dalamnya.

Sebagai kompensasi atas kehilangan sumber pendapatan khususnya para pemilik lahan, LBI memberikan ganti rugi dalam bentuk sewa lahan selama 2 (dua) tahun dan ganti rugi produksi pertanian. Sewa lahan dilakukan dengan pemilik lahan sawah untuk jangka waktu selama 2 tahun, sedangkan ganti rugi tanaman diberikan untuk sekali panen yang nilainya disesuaikan dengan jenis produksi lahan yang bersangkutan, yaitu tebu, palawija (kacang-kacangan dan umbi-umbian), holtikultura (sayuran, buah dan bunga), dan pepohonan (jati). Selain itu Tim Terpadu dan Timnas PSLS telah menetapkan perbaikan saluran irigasi (drainage) dan pembangunan tanggul penahan di sekitar wilayah pertanian ke dalam program kerjanya.

Namun demikian, volume semburan yang terus meningkat dan seringnya tanggul penahan jebol, telah menimbulkan luapan lumpur di lahan pertanian. Selain itu, rembesan air lumpur telah ikut mempengaruhi kualitas lahan pertanian.

Genangan lumpur panas (bersama air hujan) telah menenggelamkan lahan pertanian (sawah dan tegalan) yang merupakan lahan pertanaman berbagai komoditi. Menurut Satuan Koordinasi Pelaksanaan (Satkorlak) Kabupaten Sidoarjo luas areal lahan yang terkena dampak adalah sebagai berikut:

Sedangkan lahan yang terkena luapan/rembesan adalah:

Informasi di atas menyebutkan bahwa areal pertanian yang terkena dampak luapan lumpur adalah seluas 297,715 ha, dan yang terkena rembesan lumpur seluas 499,85 ha. Menurut penelitian Universitas Brawijaya, pengaruh genangan lumpur panas terhadap kegiatan Agrokompleks adalah sebagai berikut: a) Genangan lumpur panas (bersama air hujan) telah menenggelamkan lahan

pertanian (sawah, tegalan) yang merupakan lahan pertanaman komoditi. Data menunjukkan bahwa lahan-lahan yang terkena genangan lumpur, yaitu:

1. Lahan pertanian berupa lahan persawahan subur yang ditanami tebu seluas 64,015 ha, berlokasi di Desa Renokenongo, Jatirejo, Kedungcangkring, Mindi, Pejarakan dan Besuki.

2. Lahan persawahan yang ditanami padi seluas 309,70 ha, terletak di Desa Siring, Renokenongo, Jatirejo, Kedungcangkring, Mindi, Pejarakan dan Besuki.

3. Lahan Hortikultura dan Palawija masing-masing 2 ha, di Desa Ketapang. 4. Pengganti tanaman tebu seluas total 26,115 ha di Desa Renokenongo,

Desa Jatirejo, dan Desa Kedungcangkring.

b) Perubahan fungsi guna lahan dalam luasan yang cukup besar.

Penggantian tanaman menjadi pond/kolam genangan air menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan fungsi guna lahan dalam luasan yang cukup besar. Sebagai contoh untuk tanaman tebu persiapan lahan baru sebelum dapat ditanami memerlukan waktu paling tidak 3 bulan, persiapan benih, penanaman benih dan budidaya memerlukan waktu 6 bulan berikutnya, sehingga akan terjadi penundaan produksi gula. Dalam jangka panjang patut dipertanyakan beda produktivitas lahan baru dengan lahan lama, dan beberapa pabrik gula serta alkohol akan terkena dampak tidak langsung dari langkanya tebu.

c) Kehilangan lahan pertanian tidak cukup diperhitungkan dengan nilai ganti untung yang diberikan kepada pemiliknya, tetapi telah menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup, antara lain berupa:

1) Hilangnya panenan bahan pangan setiap tahun, berupa padi, tebu, palawija, holtikultura dan lain-lain.

2) Hilangnya lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja.

3) Keterpaksaan alih lapangan kerja (pemilik lahan, buruh tani, dan lain-lain) ke lapangan kerja non pertanian, bagi yang bersangkutan suatu hal yang sulit dan tidak terbiasa, serta akan menemui tantangan keras serta membutuhkan masa adaptasi yang lama untuk bisa berhasil.

4) Pemukiman petani, baik yang terendam lumpur maupun yang tidak terendam lumpur, mengalami perubahan jarak akses ke lahan kerjanya yang baru.

Lebih lanjut, penelitian Universitas Brawijaya untuk lahan persawahan yang terkena dampak tersebut harus melakukan upaya perbaikan dengan cara: a. Pengelontoran kadar garam pada lahan tanaman namun hal tersebut terkendala

pada:

1) Terdapat masalah dengan topografi 2) Normalisasi saluran irigasi

3) Varietas lahan yang terkandung salinitas tinggi 4) Pengaturan pola tanam

b. Peningkatan produksi dengan:

1) Penambahan pupuk Nitrogen dan Pupuk Urea 2) Penambahan bahan organik

Untuk budidaya tanaman perlu diadakan remediasi dengan cara pengaturan tata air (drainase), mengelontor garam, pengaturan saluran irigasi, budidaya sistem sujan (bedengan), namun sulit dilaksanakan karena kondisi topografi. Perbaikan sifat kimia akibat penurunan Ph, penggelontoran garam dengan air, penambahan bahan organik.

Pengaturan pola tanam, misalnya pada musim hujan dan yang tahan slinitas tanaman non padi pada awal atau akhir musim hujan. Menurut Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Kab. Sidoarjo rembesan maupun luapan

yang menggenangi sawah-sawah penduduk tersebut berdampak kepada tanaman padi dan sayuran dikarenakan:

a. Tanaman yang terkena luapan lumpur Sidoarjo serta terdampak (rembesan), tanaman akan mati

b. Tanaman yang belum waktunya dipanen terpaksa dipanen paksa (sebelum waktunya), tanaman akan mati karena saluran dan irigasi tersumbat lumpur. c. Kerugian infrastruktur teknis adalah saluran irigasi baik primer maupun

sekunder maupun saluran pembuangan air irigasi (avfour).

d. Dampak pengelontoran air lumpur ke avfour/saluran kali yang ada mengakibatkan menurunnya pasokan air sehingga akan menambah luas dampak terhadap lahan pertanian dan perkebunan.

Secara ekonomi kerugian lahan yang terkena lumpur maupun terkena dampak atas tanaman padi, tebu, palawija total nilai kerugian sebesar Rp16.721,75 juta.

Dini Mawuntyas (Peneliti dan pengajar mikrobiologi di F-MIFAUnibraw), sebagaimana dikutip dari Tempo Interactive tanggal 14 Agustus 2006, menyatakan bahwa kandungan logam berat seperti besi (Fe) terlarut dalam 0,1; NHCl lebih tinggi dari 700 ppm; Mangan (Mn), Aluminium (AL), Natrium (Na), dan Chloor (Cl) yang juga cukup tinggi, akan berdampak pencemaran di sawah-sawah sekitar lokasi semburan atau tambak

Konstruksi tanggul penahan yang tidak memadai sehingga memungkinkan terjadinya rembesan dan tanggul jebol.