• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak pembuangan lumpur menurunkan kualitas air di sungai Porong

ASPEK HUKUM PIDANA KORPORASI DALAM PERISTIWA LUMPUR PANAS DI SIDOARJO

B. Posisi Kasus

11. Dampak pembuangan lumpur menurunkan kualitas air di sungai Porong

Universitas Brawijaya bekerjasama dengan BPK-RI menemukan parameter kualitas air lumpur Porong, sebagai berikut:

Kesimpulan dari penelitian di atas menunjukkan kadar air lumpur melebihi ambang batas baku mutu yang akan berdampak pada Sungai Porong:

1) Karena zat yang terkandung dalam air lumpur, mobilisasinya berpotensi menyebarluaskan pencemar baik pada air badan air Sungai Porong maupun laut, selain itu dapat pula mencemari tambak. lumpur yang dibuang ke Sungai Porong berpotensi mendangkalkan sungai akibat sedimentasi sehinga berpengaruh kepada kekeruhan yang mengancam biota sungai dan laut.

2) Bila dibuang ke laut cukup beresiko mengingat kandungan yang terdapat dalam lumpur adalah debu (50%) dan liat (45%) yang perlu waktu

mengendap. Perlu diwaspadai juga pergerakan liat yang menyebar kemudian akan menimbuni terumbu karang dan atau mangrove tempat pemijahan ikan yang ada di kawasan selat Madura sehingga populasi ikan akan terancam menurun.

3) Untuk pantai timur Sidoarjo tampaknya bukan masalah besar, karena muara sungai ini merupakan hasil sedimentasi kali Berantas sejak ribuan tahun lalu, masalahnya adalah bahan baku air laut untuk tambaknya yang mengandung material debu dan liat cukup tinggi.

4) Upaya pemindahan lumpur melalui Kali Porong dapat berakibat pada mobilisasi pencemar, Pencemaran Kali Porong dan air perairan laut. Dalam jangka waktu 3–6 tahun terjadi peningkatan resiko pencemaran tambak, pendangkalan dasar Kali Porong.

5) Pada permukaan air badan air Kali Porong yang terkena tumpahan air lumpur sampai muara terlihat genangan minyak. Hasil wawancara dengan penduduk menunjukkan bahwa sebelum spillway beroperasi tidak ditemui genangan minyak di badan air. Minyak dapat mempengaruhi kualitas air di muara dan pesisir sekitarnya, dan dapat merusak habitat biota air dan ekosistem yang ada. 6) Di sepanjang Kali Porong menuju muara, banyak ditemui penambang pasir

untuk bahan bangunan. Dampak pembuangan air lumpur nantinya akan menimbulkan dampak bagi penambang pasir, jika dasar sungai mulai tertimbun lumpur dari spillway sampai ke muara.

a) Dinas Perikanan dan Kelautan Sidoarjo

Hasil analisa laboratorium Dinas Perikanan dan Kelautan Sidoarjo berikut menunjukkan kadar Amoniak (NH4) yang tinggi di atas batas standar mutu perikanan dan sangat pekat di atas limit test kit (>2,5). Dinas Kelautan dan Perikanan menyimpulkan adanya penurunan kualitas air di lokasi sampel.

b) Kementrian Lingkungan Hidup

Hasil konfirmasi tanggal 17 November 2006 pada Kementrian Lingkungan Hidup diketahui bahwa tingkat pencemaran di Sungai Porong telah mencapai areal muara dan daerah pertambakan. Sasaran penelitian KLH adalah pemantauan

kualitas lingkungan dan pengukuran dampak pembuangan lumpur ke Sungai Porong.

Atas hasil uji kandungan kimia dan analisis beberapa parameter kualitas air dari lokasi uji petik di sepanjang aliran Sungai Porong (Dam Pejarakan, Jalan Tol sampai dengan muara Kali Porong dan muara Kali Aloo), KLH menunjukan bahwa :

1) Parameter Total Disolved Solid (TDS) tidak signifikan karena Sungai Porong telah dipengaruhi oleh pasang surut (sampel terakhir tanggal 13 Oktober 2006).

2) Parameter COD menunjukkan kecenderungan naik di titik pantau sepanjang aliran Saluran Aloo.

3) Kadar Phenol ditemukan sangat signifikan (sampel terakhir tanggal 2 November 2006). Pemantauan tanggal 5 Oktober 2006 menunjukkan bahwa dampak telah mencapai muara Sungai Porong dan daerah pertambakan.

4) Patut diwaspadai munculnya secondary pollutant Chrom Hexavalen (Cr6+). 5) Mengutip penelitian Adnan Awad dan John McLachlan-Karr dari UNEP yang

mengidentifikasi dampak H2S yang bersifat racun pada skala lokal. Hasil pemantauan menunjukkan konsentrasi H2S yang sangat tinggi di beberapa titik sampling. Secara umum H2S telah melebihi baku mutu sesuai dengan PP No. 82/2001 untuk Badan Air Kelas III.

6) Hasil studi kepustakaan diketahui bahwa kadar Phenol yang tinggi akan mempengaruhi kesehatan manusia. Namun demikian, phenol merupakan senyawa kimia yang mudah ter-biodegradasi dalam waktu 3-5 hari, sehingga

efeknya tidak terlalu signifikan. Chrom (Cr) dapat menyebabkan alergi kulit, dan pada tingkat kronis akan berakibat anemia hemolik, merusak sistem reproduksi, merusak paru-paru dan pembuluh darah, serta menurunkan imunitas. Hidrogen Sulfida (H2S) merupakan gas yang dihasilkan dari proses penguraian material organik oleh bakteri dalam kondisi tanpa oksigen. Gas ini merupakan salah satu gas berbahaya emisi proses eksplorasi pertambangan.

Karakteristik gas ini tidak berwarna, sehingga sukar untuk dideteksi dengan mata telanjang, mudah terbakar dan berbau seperti telur busuk serta memiliki berat jenis 1,19 (lebih berat dari udara). Tingkat solubility dalam air sebesar 186 ml dalam 100 air bersuhu 400°C. Pada tingkat konsentrasi yang tinggi bau H2S akan lebih sulit untuk dideteksi mengingat faktor olfactory nerve anaesthesia. H2S merupakan bahan kimia yang bersifat asphyxiate yang menghalangi penyerapan oksigen oleh jaringan tubuh, yang dapat mengakibatkan kegagalan pernafasan. Penyerapan H2S dalam tingkat konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan otak permanen dan kematian.

c) Bapedal Daerah Jawa Timur

Hasil pemantauan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Jawa Timur pada tanggal 10 Agustus, 5 Oktober, 9 November, dan 7 Desember 2006 di 6 (enam) lokasi sample, yaitu: Jembatan Porong/Dam Pejarakan (SP-1), Jembatan Tol Porong (SP-2), Tambangan di Permisan, Bangunsari (1 dan 2), dan Tanjungsari. Baku mutu yang digunakan berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 tentang Baku Mutu Air Sungai Kelas III, sebagai berikut:

Bapedalda Jatim menyimpulkan bahwa terdapat pencemaran di lokasi sampel, dengan perincian sebagai berikut :

a. Hasil penelitian menunjukkan kadar TSS di semua lokasi sampel tidak melebihi baku mutu yang ditetapkan (400 mg/L), namun memiliki kecenderungan meningkat seiring ke arah muara.

b. Untuk kadar TDS, hampir di seluruh lokasi, sampel penelitian menunjukkan angka di atas baku mutu yang ditetapkan (<1000), sejak sampel pertama bulan Agustus 2006 (sebelum pembuangan) sampai dengan Desember 2006 (setelah pembuangan).

c. Untuk kadar BOD5, seluruh sampel penelitian menunjukkan angka di atas baku mutu yang ditetapkan, sejak sampel pertama bulan Agustus 2006 (sebelum pembuangan) sampai dengan Desember 2006 (setelah pembuangan). d. Untuk kadar COD, hampir seluruh sampel penelitian menunjukkan angka di

atas baku mutu yang ditetapkan, sejak sampel pertama bulan Agustus 2006 (sebelum pembuangan) sampai dengan Desember 2006 (setelah pembuangan). Kadar COD di lokasi Jembatan Tol Porong meningkat dari level “memenuhi” menjadi “tidak memenuhi” sejak bulan Oktober- Desember 2006. Kadar COD di lokasi Permisan hingga Bangunsari telah berada di atas baku mutu, namun mengalami kenaikan level sejak bulan Oktober-Desember 2006.

e. Kadar DO pada umumnya telah melampaui baku mutu, namun semakin ke hilir terdapat penurunan derajat di bawah angka baku mutu.

f. Kadar Phenol pada umumnya telah berada di atas baku mutu air sungai, namun terdapat lonjakan yang signifikan sejak bulan Oktober 2006 di Jembatan Tol Porong. Walau memiliki kecenderungan mengencil ke arah hilir, namun kadar Phenol masih di atas baku mutu.

Menurut Universitas Brawijaya, aspek kimiawi lumpur tidak signifikan, namun tidak ada konsistensi dalam hasil-hasil uji laboratorium di atas, sehingga belum dapat cukup bukti untuk menunjukkan adanya perubahan kualitas badan air Sungai Porong. Namun demikian, Universitas Brawijaya tidak merekomendasikan mobilisasi lumpur ke Sungai Porong, mengingat sifat fisik lumpur yang berpotensi menimbulkan sedimentasi, yang dapat mengakibatkan bahaya banjir.

Kondisi di atas tidak sesuai dengan:

1. UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 1 ayat (12) menetapkan bahwa pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

2. UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 6 ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.

3. PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air pada Pasal 4 ayat (2) menetapkan bahwa pengendalian pencemaran air dilakukan untuk menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air melalui upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas air. Pasal 31 butir (b) menetapkan bahwa setiap orang wajib mengendalikan pencemaran air pada sumber air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (4).

4. Surat Gubernur No. 188/9843/021/2006 menyebutkan bahwa Pemda Provinsi Jatim mengizinkan pembuangan air Lumpur Sidoarjo ke laut asal di-treatment

lebih dulu agar memenuhi baku mutu standar yang telah ditetapkan dalam perundangundangan.

Tanggapan Entitas:

1) Pemantauan lingkungan perlu dilaksanakan/dilakukan untuk sungai, tambak, air laut, biota secara terus menerus, dalam selang waktu 1-2 bulan, selama beberapa tahun. dan air lumpur sebelum dibuang ke Kali Porong, memang sebaiknya dilakukan pengolahan. Akan tetapi dengan jumlah muntahan lumpur dan air sebanyak 150.000 m3/hari memerlukan biaya yang sangat tinggi sekali dan kapan berhenti kita belum tahu. Bila sesuai perkiraan geologi, muntahan lumpur akan berhenti sesudah 31-50 tahun. Jadi berapa biaya yang akan dibutuhkan, apakah cukup dana untuk mengolahnya? Menurut kami dana pengolahan tersebut lebih baik digunakan untuk ganti rugi

kepada penduduk, dan melakukan pemukiman kembali di tempat lain dan melatih ketrampilan.

2) Pembuangan lumpur ke laut pasti ada dampak negatif bagi biota. Akan tetapi lebih baik biota dikorbankan daripada manusia, mengingat lautan Indonesia sangat luas dan ikan-ikannya cukup banyak dan pembuangan lumpur dan airnya ke Kali Porong pasti akan mempengaruhi kualitas airnya dan berdampak kepada biota di sungai dan di muaranya. Dari pemantauan kualitas air di Kali Porong oleh Balai Lingkungan Keairan Balitbang PU memang terjadi penurunan kadar oksigen, dan kenaikan BOD, COD, turbidity, daya hantar listrik.

12.Dampak semburan lumpur akan menimbulkan penurunan permukaan