• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Upaya FNC dan Pemerintah Dalam Mentransformasi Pandangan tentang Invasi Irak 2003 terhadap Publik Inernasional

SERIKAT DALAM MEMBANGUN OPINI PUBLIK PADA MASA INVASI IRAK 2003

C. Dampak Upaya FNC dan Pemerintah Dalam Mentransformasi Pandangan tentang Invasi Irak 2003 terhadap Publik Inernasional

Dalam informasi internasional, peran FNC justru tidak terlalu berpengaruh terhadap dukungan invasi AS ke Irak. Upaya FNC dalam membangun opini publik internasional di seluruh negara jangkauannya tidak dapat diterima secara langsung

sebagai suatu hal yang positif. Hal ini menunjukkan adanya suatu pembelajaran dan penyesuaian nilai pandangan suatu negara dalam memandang berita invasi dari sudut pandang FNC. Seperti halnya Perancis yang menolak invasi tersebut tidak hanya memandang isu invasi dari sisi ancaman terhadap AS, namun lebih mengarah kepada sisi legalitas Dewan Keamanan PBB yang menganggap bahwa invasi hanya boleh dilakukan terhadap negara agresor dan lebih mengutamakan jalannya perundingan demi menjaga sisi nilai multilateral yang tertanam dalam PBB.18

Meskipun seluruh acara FNC dapat menjangkau ke 58 negara, namun publikasi tersebut tidak seluruhnya mempengaruhi publik internasional. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya protes yang justru muncul dari publik internasional agar invasi AS ke Irak tidak terjadi berkepanjangan. Protes ini terjadi karena pada invasi tersebut, masyarakat internasional memandang lebih ke arah sisi kemanusiaan terhadap korban warga sipil di Irak, bukan hanya dari sisi kepentingan AS dalam mengantisipasi bahaya dan ancaman yang ada di Irak.19 Protes terhadap invasi tersebut juga dilakukan agar AS tidak melakukan invasi ke Irak dalam jangka waktu yang lama, seperti halnya demonstrasi di Inggris yang menyebutkan, bahwa invasi tersebut tidak menutup kemungkinan akan ada pemanfaatan ladang milik minyak Irak oleh AS.20 Hal ini juga semakin diperkuat bahwa telah diketahui terdapat tujuan AS dan Inggris yang ingin memanfaatkan kehancuran Irak pasca penyerangan sejak 20 Maret 2003 hingga 1 Mei 2003. Tujuan tersebut dihubungankan dengan pemanfaatan

18“Maneuver Cantik Monsieur Chirac”, Harian Tempo edisi 24 April 2003

19 “Thousands join U.S. anti-war march” diakses pada 20 Mei 2011 pkl 17:15 WIB dari

http://news.bbc.co.uk/2/hi/americas/.

20

Lou Posner, “No Blood For Oil”, diakses pada 21 Mei 2011 pkl. 19:10 WIB dari http://www.votermarch.com.

sumber minyak serta komplek perkantoran kementerian perminyakan dan kementerian dalam negeri yang tidak dihancurkan dalam serangan bom di hari-hari pertama serangan udara pasukan AS.21

Dengan publikasi berita yang dipelopori oleh FNC serta dominasi dari media barat pada masa invasi berlangsung justru terdapat protes dari dunia internasional. Setidaknya terdapat protes dari seluruh penjuru dunia yang menolak invasi AS ke Irak tersebut.

Bagan C.1. Protes anti Invasi Irak 2002-2003

No. Tanggal Demonstrasi, Kota/ Negara

Pra-Invasi ke Irak 1 12 September 2002 27 September 2002 02 Oktober 2002 07 Oktober 2002 26 Oktober 2002 31 Oktober 2002 09 November 2002 16 & 17 November 2002 16 Januari 2003 18 Januari 2003 15 Februari 2003

1000 demonstran berkumpul menolak invasi di depan gedung PBB, Amerika Serikat.

150.000 demonstran menolak invasi sebagai respon pasca dukungan Tony Blair (PM Inggris) terhadap invasi, London, Inggris.

1.000 demonstran menolak invasi pasca ditandatanganinya resolusi, Chicago, Amerika Serikat

3.000 demonstran berkumpul saat pidato Bush di Cincinnati Museum Center, Amerika Serikat.

100.000 demonstran menolak invasi, AMerika Serikat

150 demonstran menolak invasi dan menolak dukungan Inggris terhadap AS, di Brighton, Manchester , Glasgow dan London, Inggris.

Sejuta demonstran dari forum sosial Eropa menolak invasi di Florence , Italia.

1.000 demonstran berkumpul di Queen Park di Toronto, Kanada, menolak invasi dan menyebut AS hanya ingin menumbangkan Saddam Hussein demi minyak, dan mendorong PBB untuk berperan demi meredam keinginan invasi oleh AS.

Jutaan demonstran yang tersebar antara lain di Turki, Mesir, Pakistan, Jepang, Belgia, Belanda, Argentina, dan Amerika Serikat menolak invasi ke Irak.

Jutaan demonstran menolak invasi yang tersebar di Tokyo, Moskow, Paris, London, Dublin, Montreal, Ottawa, Toronto, Cologne, Bonn, Gothenburg, Florence, Oslo, Rotterdam, Istanbul dan Kairo.

Jutaan orang protes dari 800 kota di seluruh dunia. Guinness Book of Records mencatat sebagai protes terbesar dalam sejarah manusia, protes terjadi antara lain di Inggris, Italia, Spanyol, Jerman, Swiss, Irlandia, Amerika Serikat, Kanada, Australia, Afrika Selatan, Suriah, India, Rusia, Korea Selatan, Jepang, dan bahkan McMurdo Station di Antartika. Mungkin demonstrasi terbesar hari ini terjadi di London, dengan sampai satu juta demonstran berkumpul di Hyde Park, speaker termasuk Pendeta

21 “The World After the War in Iraq”, diakses pada 25 Maret 2011 pkl. 10:31 WIB dari

08 Maret 2003 15 Maret 2003

16 Maret 2003

19 Maret 2003

Jesse Jackson, walikota London Ken Livingstone , dan pimpinan Liberal Demokrat, Charles Kennedy. Sebuah demonstrasi besar, juga dihadiri oleh sekitar satu juta orang yang berlangsung di Barcelona .

Demonstrasi menolak invasi terjadi oleh tiga pawai terpisah sebanyak 10.000 demonstran berkumpul di Manchester Town Hall, Inggris.

Demonstrasi di Spanyol dan Italia menunjukkan beberapa tingkat partisipasi terbesar terhadap pro-perang sikap pemerintah mereka, dengan lebih dari 400.000 pemrotes di Milan, lebih dari 300.000 di Barcelona membentuk rantai manusia, dan lebih dari 120.000 di Madrid, juga berlangsung di Seville, Aranjuez, Palencia, dan di Kepulauan Canary. Ratusan ribu demonstran berkumpul sebanyak 10.000 protes di Paris. 100.000 protes di Berlin, sekitar 20.000 protes di Athena, 10.000 orang berbaris di Tokyo, dan puluhan ribu di Washington, DC. Ribuan demonstran lainnya juga berbaris di kota-kota di seluruh dunia termasuk di Bangkok, Seoul, Hong Kong, Amman, Chicago, Calcutta, Melbourne, Christchurch, Dunedin, Paris, London, Portsmouth, Leeds, York, Exeter, Newcastle upon Tyne, Frankfurt, Nuremberg, Zürich, Copenhagen, Stockholm, Nicosia, Monaco, Santiago de Chile, Havana, Buenos Aires, Moscow, Seattle, San Francisco, Los Angeles, Atlanta, Vancouver, Halifax, Ottawa, dan Toronto, serta kota-kota di Yaman, Turkey, dan wilayah Palestina.

Puluhan ribu siswa di seluruh tanah Britania berkumpul di masing-masing kota menolak invasi. 4.000 siswa di Birmingham, ribuan siswa di West Midlands, sekitar 500 siswa di Yorkshire, 200 siswa di Bradford, ribuan siswa juga berkumpul di kota Leeds dan Horsforth, serta 10.000 anak-anak sekolah menengah di Manchester.

Awal Invasi ke Irak

2 20 Maret 2003

21 Maret 2003 22-23 Maret 2003

24 Maret 2003

Di Jerman, para mahasiswa menggelar aksi walkout. Di London, demonstrasi besar-besaran diadakan di depan Gedung Parlemen. Di AS terjadi demonstrasi di beberapa kota namun tidak terlalu besar dibanding aksi sebelumnya.

Demonstrasi terorganisasi di hari kedua di kota-kota AS termasuk Seattle, Portland, Chicago, Atlanta, San Francisco, dan Los Angeles.

Sekitar 150.000 demonstran di Barcelona, lebih dari 100.000 demonstran di London , sekitar 100.000 demonstran di Paris, sekitar 150.000 demonstran tersebar di kota-kota Jerman, sebanyak 90.000 di Lisbon, 40.000 di Bern. Selain itu demonstrasi terbesar di Swiss selama beberapa dekade, 10.000 hingga 20.000 di Yunani, Denmark dan Finlandia.

20.000 demonstran menolak invasi di Hamburg, Jerman. Demonstrasi mingguan, didukung oleh gereja, serikat buruh dan organisasi sipil lainnya, dimulai lagi pada bulan Januari 2003 sebagai protes terhadap invasi Irak. Protes pawai di sore hari juga dilaporkan di kota-kota Jerman Berlin dan Freiburg. Di Italia, kota-kota besar seperti Roma, Milan, dan Turin, terdapat ribuan siswa dan guru tinggal jauh dari sekolah untuk memprotes perang Irak. Serikat guru melaporkan bahwa 60 persen dari semua sekolah ditutup. Pemogokan telah direncanakan beberapa minggu lalu sebagai sinyal terhadap RUU reformasi sekolah, tetapi dikonversi menjadi protes anti-perang. 400 pengunjuk rasa anti-perang mencoba memasuki Australia parlemen di Canberra untuk berbicara kepada perdana menteri, namun dihentikan oleh polisi. Di India negara bagian Andhra Pradesh, Maois menyerang pengunjuk rasa toko yang menjual Coca-Cola dan minuman ringan milik AS. Protes di depan gedung AS dan di toko-toko makanan cepat saji juga diadakan di Indonesia. Di Mesir , 12.000 siswa dari dua

25 Maret 2003

28 Maret 2003

29 Maret 2003

30 Maret 2003

universitas di Kairo memprotes serta 3.000 orang di Thailand ibukota Bangkok. Dalam Rio de Janeiro, Brazil, 150 orang melempari konsulat Amerika Serikat.

Sekitar 100.000 orang berdemonstrasi di Suriah memprotes AS, Inggris dan Israel. Protes ini didukung oleh pemerintah Suriah. Selain itu, di Bangladesh terdapat 60.000 orang berdemonstrasi. Di Korea Selatan juga terdapat protes di depan gedung parlemen, terkait dengan rencana untuk pengiriman pasukan Korea Selatan dalam perang Irak.

Sekitar 250 siswa berbaris di kedutaan besar AS di pusat kota London. 200 demonstran anti-perang duduk di jembatan Humber di Hull sehingga melibatkan beberapa gesekan antara pengendara dan demonstran.

Protes global tidak berhenti pada minggu kedua perang. Sekitar 10.000 protes di Teheran, Iran. Para pengunjuk rasa yang didukung oleh pemerintah, meneriakkan "Saddam Mati" serta "Kematian bagi Amerika." Sekitar 50.000 sampai 80.000 berdemonstrasi di Kairo, Mesir, setelah shalat Jumat. Di Bogota, Kolombia, terjadi kekerasan di depan konsulat AS pada saat demonstrasi menolak invasi. Pawai dan demonstrasi terjadi juga di Aljazair dan Bahrain, Palestina, Korea Selatan, Indonesia dan Pakistan. Di Australia, polisi mencegah pawai protes. Di Jerman , protes oleh anak-anak sekolah lanjutan. Di New Delhi dan di tempat lain di India, lebih dari 20.000 protes menentang perang.

Di Inggris ratusan demonstran berbaris dari Cowley ke pusat Oxford dan sekitar 5.000 demonstran turun ke jalan di Edinburgh. Demonstran berbaris di sepanjang Edinburgh Princes Street untuk pawai di daerah kota Meadows .

100.000 orang berbaris di Jakarta, Indonesia. Menurut Jonathan Head BBC ini adalah demonstrasi anti-perang terbesar terjadi di negara mayoritas Muslim di dunia. Selain itu, demonstrasi resmi digelar pertama kali oleh Cina yang mengizinkan mahasiswa asing untuk menyanyikan slogan anti-perang saat mereka berjalan melewati kedutaan besar AS di Beijing. Di Amerika Latin juga menggelar demonstrasi di Santiago, Mexico City, Montevideo, Buenos Aires dan Caracas. Di Jerman setidaknya 40.000 orang membentuk rantai manusia di kota utara Munster dan 35 Osnabrueck. Sekitar 23.000 demonstran mengambil bagian dalam pawai di Berlin dan berakhir di taman Tiergarten, protes berlangsung di Stuttgart dan Frankfurt, di mana 25 orang ditahan ketika mereka mencoba untuk memblokir pintu masuk ke sebuah pangkalan udara AS. Pawai juga diselenggarakan di Paris, Moskow, Budapest, Warsawa dan Dublin.

Pasca-Jatuhnya Baghdad oleh Militer AS

3 12 April 2003

25 Oktober 2003

Protes terjadi di Washington DC, San Francisco, dan Los Angeles untuk menyerukan bahwa Perang Irak harus selesai pasca tiga hari jatuhnya Baghdad ke tangan AS. Di Washington, 30.000 demonstran melakukan pawai memprotes terhadap perusahaan seperti Bechtel dan Halliburton untuk tidak campur tangan dalam urusasn minyak Irak.

Puluhan ribu orang berdemonstrasi di Washington DC, San Francisco, California, Reno, Nevada berunjuk rasa menganjurkan untuk segera mengeluarkan pasukan AS dan koalisi dari Irak. Di Washington DC terdapat 20.000 demonstran. Protes berakhir dengan sebuah rally di Washington Monument.

Sumber: "President, House Leadership Agree on Iraq Resolution”,

www.whitehouse.archives.gov; “The Largest Protest in Human History”

www.guinnessworldrecords.com/; dan adaptasi dari“BBC News”

Dengan banyaknya protes di atas dapat dilihat bahwa FNC dan beberapa media yang seragam dengan pandangannya tidak terlalu berpengaruh terhadap dunia internasional yang memandang invasi dari sisi kemanusiaannya. Hal ini terjadi karena berita yang dipublikasikan oleh media barat sebagian besar hanya berupa dukungan terhadap pemerintah AS, namun hal ini tidak berpengaruh pada publik internasional yang tidak termasuk dalam kepentingan pemerintah AS meskipun pada publikasi berita yang ditampilkan oleh FNC dan media AS lainnya betapa pentingnya invasi Irak terhadap dunia internasional.

Hal di atas tentu berbeda bila melihat kembali pada masa eskalasi invasi Irak yang didukung oleh Tony Blair. Blair sebagai Perdana Menteri Inggris yang merespon pernyataan Rupert Murdoch pada masa kampanye dukungan invasi dianggap sebagai sebuah pengaruh positif. Hal ini sesuai menurut Kegley dan WittKopf yang menyebutkan bahwa media massa masuk dalam proses pembuatan dan implementasi kebijakan luar negeri yang dijadikan sebagai sumber.22 Dukungan tersebut dianggap sebuah pengakuan internasional oleh AS yang memandang bahwa invasi memang harus dilakukan. Hal ini juga dianggap sebagai respon Inggris terhadap kebijakan AS melalui media massa yang terjadi di luar kerjasama Inggris dan AS yang telah dijalin sejak tahun 1945.

Dengan kejadian di atas, telah jelas terlihat bahwa FNC ternyata hanya berpengaruh pada publik lokal yang juga dibantu oleh media massa AS lainnya yang menganggap FNC sebagai sebuah parameter. Selain itu, pada tingkat internasional

22

pengaruh FNC sebagai salah satu wakil media di AS hanya mampu mempengaruhi Inggris yang telah jelas bila melihat hubungannya juga sangat dekat dengan AS sejak tahun 1945. Pengaruh FNC terhadap Inggris ini juga ternyata hanya dapat dilihat pada tatanan elit politiknya saja, namun tidak berpengaruh pada publik yang lebih luas, sehingga telah terlihat banyaknya mayoritas protes terbesar dari seluruh dunia berada pada publik di Inggris.

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Skripsi ini telah melakukan penelitian tentang upaya Fox News Channel

(FNC) dalam membentuk opini publik AS serta upaya pemerintah AS dalam membangun opini publik pada saat invasi Irak 2003. Melalui studi pustaka setidaknya penulis memiliki kesimpulan bahwa upaya FNC dan pemerintah AS dalam membangun opini publik di AS memang memiliki usaha yang signifikan sehingga terbentuknya opini publik. Dalam membentuk opini publik, FNC memang berpengaruh pada tatanan publik lokal di AS. Arus informasi lokal juga berubah menjadi seragam sebagai akibat dari penyesuaian media di AS yang pada saat itu kalah dalam jumlah rating dari FNC dan mengubah arah pemberitaan seperti yang dibahas oleh FNC. Dengan demikian sehingga menimbulkan bagi sebagian besar masyarakat AS menganggap bahwa invasi adalah suatu hal yang benar. Argumen ini dibangun setidaknya berdasarkan tiga temuan, dalam penelitian sebagai berikut:

Pertama, Bab II memberikan pemahaman dasar tentang tinjauan umum FNC di AS, serta hubungan media massa dan pemerintah AS dalam proses peliputan invasi berlangsung. Dalam bab II ini penulis menemukan bahwa upaya pengaruh yang diberikan oleh FNC memiliki alasan: Pertama, dibangunnya FNC pada tahun 1996 oleh Ruppert Murdoch ternyata ingin memberikan persaingan terhadap media besar CNN yang pada tahun 1991 pernah menjadi salah satu media terbesar yang menampilkan perang secara real time. Ke dua, latar belakang

kepemilikan FNC, yakni Ruppert Murdoch dan Roger Ailes sebagai Pejabat Eksekutif Tertinggi atau Chief Executive Officer (CEO) ternyata memang terlihat sangat mengarahkan pandangannya sesuai dengan kebijakan Partai Republik. Hal tersebut dibuktikan karena Ailes merupakan orang yang berjasa untuk Partai Republik AS pada masa kampanye pemilihan Presiden di AS tahun 1968-1984 hingga pada saat di FNC memiliki andil penuh dalam mengatur pemberitaan di ruang redaksi. Ke tiga, FNC memanfaatkan konsumsi berita bagi masyarakat yang percaya bahwa media massa memunculkan nilai-nilai jurnalistik yang netral, sehingga semakin memudahkan FNC dan media massa lainnya untuk mentransformasikan pandangannya mengenai invasi. Hal ini digunakan FNC dengan cara membuat pemberitaan yang sifatnya mendukung perang tanpa memberikan pandangan tentang buruknya invasi secara lebih banyak yang sifatnya kontroversi. Dengan cara yang digunakannya maka menjadikan dirinya sebagai pemegang rating tertinggi pada tahun 2003, yakni saat invasi berlangsung. Ke empat, pada masa invasi berlangsung, pemerintah dan media massa seakan berkolaborasi dalam membangun opini publik. Hubungan antara media massa dan pemerintah tersebut menjadi harmonis karena pada peliputan Perang Irak 2003, media massa disarankan untuk masuk ke dalam bagian dari militer AS hingga akhirnya lebih banyak penyesuaian yang di lakukan media massa terhadap militer dengan alasan keamanan jurnalis.

Ke dua, dalam bab III diidentifikasikan faktor pendorong terjadinya invasi AS ke Irak tahun 2003. Secara garis besar, invasi AS ke Irak tersebut didasarkan atas rasa khawatir AS terhadap negara-negara yang dianggapnya berbahaya bagi dunia internasional khususnya bagi AS sendiri. Pada hal ini AS memandang Irak

sebagai ancaman baginya. Rasa khawatir ini didukung oleh berbagai jejak buruk yang pernah dilakukan oleh Irak di bawah kepemimpinan Saddam Hussein. AS yang menganggap Irak sebagai ancaman menuduh Saddam Hussein adalah seorang yang berada dibalik penyerangan 9/11 tahun 2001 yang harus dilengserkan dari kursi kekuasaan dengan cara invasi sambil menyisir berbagai ancaman di Irak sesuai bahaya yang dicurigainya. Selain rasa khawatir yang AS tunjukan dengan mengeluarkan kebijakan luar negeri invasi AS ke Irak, rasa percaya diri AS muncul karena AS didukung oleh Inggris yang juga membenarkan segala sesuatu yang didengungkan AS tentang bahaya Irak tersebut. Hal ini menimbulkan semakin kuatnya legalitas AS di mata masyarakatya sendiri meskipun terdapat penolakan dari Dewan Keamanan PBB.

Ke tiga, bab IV memberikan pemahaman tentang analisis upaya FNC dalam membentuk opini publik serta upaya yang dilakukan pemerintah AS dalam membangun opini publik pada saat invai Irak 2003. Selain itu pada bab ini juga menunjukan tentang pandangan publik sebagai efek dari upaya kedua pihak.

Dengan latar belakang FNC yang lebih mendukung perang, ternyata pemerintah AS juga tidak cukup dengan dorongan FNC di AS, namun pemerintah AS mengambil langkah penting untuk menangani media massa di medan perang pada saat invasi berlangsung. Hal ini dapat dielaborasikan dengan melihat mekanisme kerja antara pemerintah dan FNC. Pemerintah AS melakukan embedded journalism terhadap media dari negaranya dan penutupan ruang gerak terhadap media asing yang tidak termasuk dalam arahan embedded journalism. Dengan keadaan tersebut, sehingga publikasi berita yang dikeluarkan ke seluruh negara jangkauannya lebih banyak dari pandangan media AS. Berita yang dipublikasikan

sudah tentu dipelopori dan telah dipengaruhi oleh FNC melalui persaingan antarmedia di AS. Dengan demikian, maka arus informasi yang dihadirkan baik di AS maupun di seluruh negara jangkauan yang mendapatkan jaringan FNC, merupakan dari beberapa penyesuaian media di medan perang dan dalam persaingan antarmedia di AS.

DAFTAR PUSTAKA