• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAN TERSANGKA:

Dalam dokumen T EKA -T EK IW IJI T HUK UL (Halaman 176-180)

Adimitra menawarkan kepada Chevron, kata Edison, ”Itu bukan urusan saya.”

Adapun di Putra Riau, Edison mengaku hanya ditunjuk sebagai konsultan ahli. Dia tetap berkukuh ketika pengacara Ricksy, Najib Aly Girsam, mengajukan bukti surat pemberian kuasa Putra Riau kepada Edi- son. Dalam surat itu, Putra Riau menunjuk Edison untuk mewakili perusahaan terse- but dalam seluruh proses lelang: dari pen- daftaran, pengambilan dokumen, pena- waran harga, hingga rapat-rapat bersama Chevron.

Menurut ahli hukum pidana Universitas Gadjah Mada, Eddy O.S. Hiariej, hakim ha- rus mengabaikan keterangan saksi ahli yang tak obyektif. ”Ahli yang ter- libat konfl ik kepentingan ti- dak boleh ikut serta dalam perkara,” kata Eddy dalam sidang pada 19 April lalu.

Kuasa hukum Ricksy dan Herland juga mem- permasalahkan hasil uji petik yang dilakukan Edi- son. Kesimpulan yang di- buat Edison dianggap tak valid karena pengujian dilaku- kan sebulan setelah pengambilan sampel tanah.

Dalam dokumen uji petik versi Edison memang disebutkan, pengetesan dilaku- kan pada 14 Juni 2012, sedangkan peng- ambilan contoh tanah berlangsung pada 9 April 2012. ”Itu melewati batas waktu dua pekan seperti diatur keputusan menteri,” ujar Najib.

Kejanggalan lain yang terungkap, uji petik versi Edison hanya dilakukan di la- boratorium darurat Kejaksaan Agung. Laboratorium dadakan itu tak memiliki sertifi kasi dari Kementerian Lingkungan Hidup. ”Kesahihan hasilnya diragukan,” kata Najib. 14 Juni Kejaksaan Agung menguji sampel tanah dengan bantuan Edison. Hasil uji petik menyatakan hasil pemeriksaan sampel tanah bioremediasi negatif. 9-13 April Penyidik Kejaksaan Agung kembali mengambil sampel tanah di Riau. Edison kembali ikut dalam rombongan. 16 Maret Hasil penyidikan Kejaksaan Agung menyatakan proyek bioremediasi fi ktif. Tujuh orang dinyatakan sebagai tersangka.

26 September

Enam dari tujuh tersangka kasus dugaan ditahan setelah menjalani pemeriksaan. 10 November Kejaksaan menerima hasil audit BPKP yang menyebutkan adanya kerugian negara dalam proyek ini. 18 November Empat pegawai Chevron (tersangka) mengajukan gugatan praperadilan. 26 November Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan mengabulkan sebagian gugatan praperadilan karyawan Chevron. 11 Desember Kejaksaan Agung melimpahkan kasus bioremediasi ke Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta. 20 Desember Kasus bioremediasi Chevron mulai disidangkan. 26 April Herland dituntut 15 tahun penjara dan Ricksy Prematuri 12 tahun penjara. 2 0 1 3 7 Mei Majelis hakim menjatuhkan vonis lima tahun penjara dan denda Rp 200 juta kepada Ricksy. Hakim pun meminta Ricksy mengembalikan kerugian negara US$ 3,08 juta.

8 Mei

Majelis hakim memvonis Herland enam tahun penjara dan denda Rp 250 juta. Hakim juga meminta Herland mengembalikan kerugian negara US$ 6,9 juta.

Dalam persidangan, sejumlah tuduhan jaksa kepada Green Planet dan Sumigita juga disanggah Masnellyarti Hilman, saksi ahli Kementerian Lingkungan Hidup yang diundang jaksa. Dalam sidang pada 27 Ma- ret lalu, Deputi IV Kementerian Lingkung- an itu mengatakan proyek bioremedia- si Chevron sudah sesuai dengan keputus- an menteri. Batas standar tanah tercemar yang diperbolehkan untuk diolah, misal- nya, adalah di bawah 15 persen, bukan 7,5 - 15 persen seperti dakwaan jaksa.

Menurut Masnellyarti, Green Planet dan Sumigita juga tak bisa dipermasalah- kan karena menggarap proyek bioreme- diasi tanpa izin. Masnellyarti mengutip

Pasal 40 ayat 4 Peraturan Peme- rintah Nomor 18 Tahun 1999.

Pasal itu menyebutkan yang harus memiliki izin adalah pemilik lokasi bioreme- diasi. Artinya, yang ha- rus mengantongi izin itu Chevron. Karena Chev- ron sudah punya izin itu, pihak ketiga yang menger- jakan proyek bioremediasi tak perlu punya izin lagi. Putusan hakim sebenarnya tak bulat. Salah seorang hakim, Sofi al- di, mengajukan pendapat berbeda (dis- senting opinion). Menurut Sofi aldi, Gre- en Planet dan Sumigita tak harus memi- liki izin. Yang harus memiliki izin adalah Chevron. Sofi aldi pun menilai hasil ana- lisis Edison tak bisa dipakai sebagai alat bukti, karena saksi jaksa itu terlibat kon- fl ik kepentingan. Tapi beda pendapat So- fi aldi ini tak mampu membelokkan arah vonis yang digiring dua temannya itu. Maka, dengan setumpuk bukti dan saksi ahli itu, Ricksy dan Herland tetap dinya- takan bersalah.

● FEBRIYAN, LINDA HARIANI

IS TI M E W A 19 MEI 2013 | | 137

HUKUM INDOSAT-IM2

M

ATA Indar Atmanto ter- fokus pada layar telepon pintarnya. Pesan pen- dek yang masuk bertubi- tubi itu benar-benar me- nyita perhatian mantan Presiden Direktur PT Indosat Mega Media (IM2) tersebut. Se- panjang perjalanan, Rabu pagi dua pekan lalu, konsentrasi Indar hanya tertuju pada teleponnya itu.

Sepanjang perjalanan ke Pengadilan Tata Usaha Negara di Pulo Gebang, Jakarta Timur, yang memakan waktu hampir satu jam, ia terus berbalas pesan dengan dua anggota stafnya yang lebih awal datang ke pengadilan. ”Saya membaca tanda-tanda bagus. Tapi tetap saja deg-degan,” kata In- dar, Kamis pekan lalu, kepada Tempo.

Indar sampai di ruang sidang menjelang tengah hari, ketika majelis hakim hampir selesai membaca putusan. Tak mau me- narik perhatian, dia menyelinap dan du- duk di deretan bangku paling belakang. Di akhir putusan, Indar girang bukan kepa- lang. Hakim PTUN mengabulkan sebagian besar gugatan Indar atas hasil audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

Begitu hakim mengetukkan palu, se- jumlah koleganya yang baru menyadari kehadirannya berhamburan menyalami dan memeluk Indar. Ketika meninggal- kan ruang sidang, Indar kembali memin- ta dukungan koleganya. Katanya, ”Putus- an PTUN baru sinyal awal. Proses hukum berikutnya masih panjang.”

Sejak lima bulan lalu Indar berstatus terdakwa korupsi di Pengadilan Tindak Pi- dana Korupsi. Jabatannya sebagai presi- den direktur juga sudah dicopot sejak lima bulan lalu itu juga. Ia terseret kasus korup- si gara-gara laporan Ketua Umum Konsu- men Telekomunikasi Indonesia Denny Adrian Kusdayat ke Kejaksaan Tinggi Jawa Barat pada 6 Oktober 2011.

Dalam laporannya, Denny menuduh IM2 memakai frekuensi radio 2,1 GHz tan- pa tender sejak 2006. Menurut Denny, ka- rena memakai frekuensi yang tendernya didapat Indosat—induk perusahaan—IM2 lolos dari kewajiban membayar biaya awal (upfront fee) dan biaya hak penggunaan frekuensi tahunan. Negara, kata dia, aki- batnya rugi sekitar Rp 3,8 triliun.

Kejaksaan Tinggi Jawa Barat lantas me- meriksa sejumlah pejabat IM2, Indosat, Kementerian Komunikasi dan Informa- tika, serta perusahaan operator seluler lain. Tapi, pada 13 Januari 2012, Kejaksa- an Agung mengambil alih kasus itu. Tak lama kemudian jaksa menetapkan Indar Atmanto sebagai tersangka.

Untuk menghitung kerugian negara da- lam kerja sama Indosat-IM2 ini, pada 31 Ja- nuari 2012 Kejaksaan Agung meminta ban- tuan BPKP. Deputi Kepala BPKP Bidang In- vestigasi Eddy Mulyadi Soepardi lantas membentuk tim beranggota empat audi- tor. Tim ini bolak-balik ke kejaksaan, tapi tak pernah menyambangi kantor Indosat atau IM2.

Sewaktu kasus ini diusut Kejaksaan Agung, pada 20 April 2012, polisi menang- kap Denny, si pelapor, di Plaza Indonesia. Menurut polisi, Denny berusaha meme- ras Indosat hingga Rp 30 miliar dalam ka- sus berbeda. Dari ruang tahanan, pria yang mengaku berprofesi sebagai pengacara itu mengaku dijebak. Toh, pada 30 Novem- ber 2012, majelis hakim Pengadilan Nege- ri Jakarta Pusat menghukum Denny 16 bu- lan penjara.

Kejaksaan rupanya tak terpengaruh oleh penangkapan Denny. Kejaksaan kian bersemangat setelah BPKP menyelesai- kan penghitungan kerugian negara pada 9 November 2012. Menurut BPKP, ker- ja sama Indosat-IM2 sepanjang 2006-2011 menyimpang dari aturan dan merugikan negara sekitar Rp 1,3 triliun.

Empat hari setelah audit BPKP keluar, Menteri Komunikasi dan Informatika Ti- fatul Sembiring mengirim surat ke Jaksa Agung Basrief Arief. Menurut Tifatul, ker- ja sama Indosat dan IM2 sudah sesuai de- ngan aturan. Kerja sama dengan pola yang sama, menurut Kementerian Komunika- si, juga dilakukan penyelenggara jaringan dengan ratusan penyedia jasa telekomuni- kasi lain.

Jaksa tak menggubris penjelasan Mente- ri Komunikasi. Tiga pekan kemudian, Ke- jaksaan Agung menetapkan Johnny Sjam, mantan Presiden Direktur Indosat, seba- gai tersangka baru.

Karena penyidikan jaksa terus melaju, Indar mencoba jalur melingkar. Pada 26 Desember 2012, ia menggugat Deputi Ke- pala BPKP Eddy Mulyadi beserta tim au- ditnya ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara. Selain meminta pelaksanaan hasil audit BPKP ditunda, Indar meminta PTUN menyatakan hasil audit itu tidak sah. Lang- kah Indar menggugat BPKP secara pribadi belakangan diikuti Indosat dan IM2.

Sebagai auditor internal lembaga peme- rintah, menurut Indar dan kawan-kawan, BPKP tak berwenang mengaudit perusa- haan swasta seperti Indosat dan IM2. Di samping itu, Indar dan rekan-rekan mem- persoalkan mekanisme audit BPKP yang

SINYAL PENGUAT

Dalam dokumen T EKA -T EK IW IJI T HUK UL (Halaman 176-180)