• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengadilan Tata Usaha Negara membatalkan hasil audit yang menjadi dasar jaksa menetapkan kerugian negara dalam

Dalam dokumen T EKA -T EK IW IJI T HUK UL (Halaman 180-182)

tak pernah memeriksa langsung Indosat dan IM2.

Perlawanan Indar membuat jaksa jus- tru bergerak lebih jauh. Pada 5 Januari lalu, Kejaksaan Agung mengumumkan Indosat dan IM2 sebagai tersangka. Ini untuk perta- ma kalinya Kejaksaan menetapkan korpo- rasi sebagai tersangka kasus korupsi. Menu- rut Direktur Penyidikan Kejaksaan Agung Adi Toegarisman, jaksa menjadikan Indo- sat dan IM2 sebagai tersangka karena ha- sil perbuatan Indar dan kawan-kawan telah

menguntungkan kedua perusahaan itu. Berkas penyidikan Indar juga lebih awal dilimpahkan ke pengadilan. Pada 14 Ja- nuari lalu, Indar menjalani sidang perda- na sebagai terdakwa di Pengadilan Tin- dak Pidana Korupsi. Dalam sidang yang di- warnai unjuk rasa ratusan karyawan In- dosat dan IM2 itu, jaksa mendakwa Indar memperkaya diri dan korporasi dengan cara melawan hukum serta menyalahgu- nakan kewenangan. Jaksa menjerat Indar dengan Pasal 2 dan 3 Undang-Undang Tin- dak Pidana Korupsi. Ancaman hukuman- nya maksimal 20 tahun penjara.

Menurut jaksa, Indar melanggar aturan bersama tiga mantan Presiden Direktur In- dosat: Johnny, Kaizad B. Herzee, dan Har- ry Sasongko. Jejak Indar terlacak dari se- jumlah perjanjian kerja sama Indosat dan IM2 beserta amendemennya. Adapun tiga lainnya meneken surat perjanjian, mewa- kili Indosat, sesuai dengan periode jabat- an mereka.

Pengacara yang ditunjuk Indosat dan IM2, Luhut M.P. Pangaribuan, menilai tu- duhan jaksa kepada kliennya salah ala-

mat. Kejaksaan, misalnya, menyebutkan IM2 menggunakan frekuensi secara ber- sama dengan Indosat. Padahal, dari kaca- mata hukum telekomunikasi, IM2 hanya memakai jaringan milik Indosat.

Menurut Luhut, kewajiban mengikuti lelang, membayar upfront fee, dan mem- bayar biaya hak penggunaan pita frekuen- si berlaku untuk Indosat sebagai penye- lenggara jaringan. Adapun IM2, sebagai penyelenggara jasa telekomunikasi, ha- nya wajib membayar biaya hak penyeleng- garaan telekomunikasi dan biaya kewajib- an pelayanan universal (USO). ”Indosat dan IM2 sudah melunasi kewajiban ma- sing-masing,” kata Luhut.

Tatkala sidang di Pengadilan Tindak Pi- dana Korupsi baru memasuki tahap pe- meriksaan saksi, sidang di Pengadilan Tata Usaha Negara memasuki tahap akhir. Pada 1 Mei lalu, majelis hakim PTUN yang dipimpin Bambang Heryanto mengabul- kan sebagian tuntutan Indar, Indosat, dan IM2. Menurut hakim PTUN, surat Depu- ti Kepala BPKP tentang perhitungan keru- gian negara itu tidak sah. Hakim pun me- minta BPKP mencabut surat tersebut.

Erick S. Paat, kuasa hukum Indar, da- lam gugatan ke PTUN, mengatakan ha- sil audit BPKP tak bisa lagi dipakai untuk membuktikan kerugian negara dalam per- kara pidana Indosat-IM2. Bila jaksa berku- kuh memakai hasil audit itu, ”Mereka me- lawan hukum,” ujar Jhon Thomson, kuasa hukum Indosat dan IM3 di PTUN.

Alih-alih menyerah, Deputi Kepala BPKP Eddy Mulyadi malah menyatakan akan mengajukan permohonan banding. Menu- rut dia, BPKP bukan pertama kali memban- tu jaksa dalam menghitung kerugian nega- ra. Lembaganya, ucap dia, sudah menghi- tung kerugian negara dalam hampir 400 kasus korupsi. Beberapa di antaranya me- mang digugat ke pengadilan. ”Tapi baru ini yang kalah,” kata Eddy.

Kepala Pusat Penerangan dan Hukum Kejaksaan Agung Setia Untung Arimula- di menanggapi dingin putusan PTUN itu. ”Kami tak akan terpengaruh.” Menurut undang-undang, jaksa bisa meminta ban- tuan ahli dalam menentukan kerugian ne- gara. Ahlinya bisa BPKP atau bahkan per- guruan tinggi. ”Jadi proses hukum pida- nanya tetap jalan,” ujarnya.

Erick berpendapat sebaliknya. Menurut dia, Pengadilan Tipikor mesti memperhi- tungkan hasil putusan PTUN itu.

● JAJANG JAMALUDIN, PUTRI ANINDYA

Sidang putusan IM2 di PTUN, Pulo Gebang, Jakarta Timur, 1 Mei lalu.

Indar Atmanto D O K . I M 2 , T E M P O /D H E M A S R E V IY A N T O 19 MEI 2013 | | 141

PERBUDAKAN DI TANGERANG

S

UARA tangis pecah silih

berganti di salah satu rumah warga Desa Blambangan, Ke- camatan Blambangan Pagar, Lampung Utara, Minggu pagi pekan lalu. Mereka yang menangis—keba- nyakan ibu-ibu—bergantian memeluk tu- juh pemuda yang turut meneteskan air mata. Puluhan tetangga pun ikut terharu. Para keluarga pria itu lega setelah berbu- lan-bulan tak bertemu. ”Keluarga sangat cemas mendengar mereka telah dijadikan budak,” kata Kepala Desa Blambangan So- bri Wirawan.

Warga Sobri merupakan sebagian dari korban perbudakan di industri perumah- an CV Sinar Logam di Kampung Bayur Opak RT 03 RW 06, Desa Lebak Wangi, Se- patan, Kabupaten Tangerang. Sebanyak 34 pria, termasuk warga Desa Blambang- an itu, dipaksa bekerja lebih dari 16 jam per hari di industri penghasil aluminium batangan, panci, dan kuali. Sekitar 30 per- sonel Kepolisian Resor Tangerang yang di- pimpin Kepala Satuan Reserse Kriminal Komisaris Shinto Silitonga menggerebek pabrik itu pada 4 Mei lalu. ”Para korban disekap dan dipaksa bekerja,” ujar Shinto.

Dalam penggerebekan itu, polisi mena- han Yuki Irawan, 41 tahun, pemilik pabrik, bersama empa mandor yang juga merang- kap sebagai centeng: Tedi Sukarno, 35 ta- hun, Sudirman (34), Nurdin alias Umar (25), dan Jaya (30). Mereka ditangkap tan- pa perlawanan. Para tersangka kini dita- han di Polres Tangerang dan dijerat de- ngan enam pasal, yaitu perampasan ke- merdekaan orang, penganiayaan, peng- gelapan, pelanggaran izin usaha, penggu- naan tenaga kerja anak-anak, dan eksploi- tasi karyawan. ”Ada berlapis-lapis pelang- garan hak asasi di pabrik itu,” kata Komi- sioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Sianne Andriani.

Saat dibebaskan, para pekerja terlihat ringkih dan kuyu. Kulit mereka hitam. Se-

KAMAR GELAP

Dalam dokumen T EKA -T EK IW IJI T HUK UL (Halaman 180-182)