• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keinginan melibatkan BUMN karya dalam proyek Selat Sunda tak bersambut Investor pesimistis.

Dalam dokumen T EKA -T EK IW IJI T HUK UL (Halaman 190-192)

triliun itu. ”Sejak akhir Maret 2012, kami tak pernah diundang untuk membahas kelanjutan proyek.” Surat Graha Banten kepada pemerintah tertanggal 24 Juli 2012 pun belum dibalas.

Surat itu berisi usul agar pengerjaan proyek tetap berpegang pada Perpres No- mor 86 Tahun 2011, yang menyebutkan konsorsium Graha Banten sebagai pemra- karsa proyek dan penggarap desain dasar dan studi kelayakan. Graha Banten ada- lah perusahaan patungan PT Bangungra- ha Sejahtera Mulia (95 persen) dan dua ba- dan usaha milik Provinsi Banten dan Lam- pung: PT Banten Global Development (2,5 persen) dan PT Lampung Jasa Utama (2,5 persen). Bangungraha merupakan

anak usaha Artha Graha Network milik taipan Tomy Winata.

Situasi lesu darah itulah ba- rangkali yang bikin Direktur

Utama Graha Banten Agung R. Prabowo, yang semula rajin berkomentar tentang proyek Selat Sunda, menjadi irit bicara. ”Silakan hubungi Pak Wisnu Tjan- dra,” katanya, Selasa pekan lalu. Malam harinya Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa juga bungkam ketika ditanya soal kelanjutan pengerja- an proyek. Seusai rapat kabinet terbatas di Istana Negara itu, Ketua Dewan Peng- arah Pengembangan Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda ini memilih melenggang ketimbang menjawab perta- nyaan Tempo. Padahal, pada medio April lalu, ia masih yakin proyek ini bisa berja- lan pada 2014. ”Ground breaking bisa jem- batannya dulu, baru kawasannya. Atau bisa kawasannya dulu,” ujar Hatta di kan- tor Presiden.

■ ■ ■

PERPRES Nomor 86 tentang Proyek Jembatan Selat Sunda dianggap ”cacat” se- jak lahir pada Desember 2011. Menteri Ke- uangan kala itu, Agus D.W. Martowardo- jo, menolak membubuhkan tanda tangan persetujuan kelahiran perpres. Bebera-

pa bulan kemudian Agus mempersoalkan isi perpres itu. Dia khawatir negara bakal rugi karena peraturan itu mengharuskan pemerintah mengganti seluruh biaya stu- di kelayakan kepada konsorsium Graha Banten kalau proyek batal dibangun. Pe- ngerjaan studi kelayakan oleh swasta juga berpotensi menggerus kepercayaan inves- tor asing yang ingin mengikuti tender pro- yek biang raksasa tadi. Agus sempat meng- usulkan Kementerian Pekerjaan Umum atau badan usaha milik negara yang meng- garap studi kelayakan.

Proyek Selat Sunda juga dikritik sebagian pengamat transportasi lantaran dinilai me- nyalahi konsep negara maritim: meman- dang laut sebagai penghubung, bukan pe-

Maket Jembatan Selat Sunda saat dipamerkan dalam Banten Expo di BSD, Tangerang Selatan.

19 MEI 2013 | | 151 A N TA R A /M U H A M M A D D E F F A

misah. Ekonom dari Universitas Indonesia, Faisal H. Basri, mengatakan transportasi laut lebih murah dan mampu memangkas disparitas harga angkut antarpulau. Bah- kan Amerika Serikat, yang negara benua, memilih jalur laut untuk distribusi barang.

Namun ongkos angkut barang via ka- pal antarpulau di Indonesia saat ini ma- sih sangat mahal. Faisal mencontohkan biaya rute Jakarta-Singapura US$ 185 bisa per kontainer. Tapi biaya Jakarta-Padang US$ 600 dan Jakarta-Sorong US$ 2.000. Penyebabnya, ”Pemerintah terlalu berfo- kus pada transportasi darat,” ujarnya dua pekan lalu. Faisal menilai pemerintah se- mestinya lebih mendukung konsep trans- portasi laut Pendulum Nusantara yang di- gagas Pelindo II.

Pada Juli 2012, Menteri Hatta memben- tuk Tim 7, yang diberi tugas selama dua pekan membahas pelaksanaan perpres, juga ada kemungkinan merevisinya. Sam- pai sekarang tim di bawah Djoko Kirman-

to ini belum menghasilkan rumusan man- jur. Pencopotan Agus, yang dianggap pa- ling kencang menentang perpres, dari kursi Menteri Keuangan pada 18 April lalu juga tak membuat Graha Banten lancar jaya menggarap studi kelayakan.

Belakangan Tim 7 mengusulkan pelibat- an BUMN setelah Graha Banten menyata- kan siap hanya memiliki saham minoritas asalkan proyek dijalankan sesuai dengan isi perpres. Hatta lantas menggelar rapat koordinasi tim ini pada 6 November ta- hun lalu, yang menghadirkan Menteri Ne- gara BUMN Dahlan Iskan. Pada April lalu, Hatta menyatakan menyokong kerja sama BUMN-swasta sehingga tak menggunakan uang negara. Djoko melontarkan keingin- an serupa dua pekan lalu.

Bahkan Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak menyatakan sudah di- pastikan pengerjaan studi kelayakan akan melibatkan BUMN. ”BUMN apa yang akan terlibat, Pak Menteri BUMN yang memu-

tuskan,” katanya kepada Tempo, Selasa pekan lalu.

Namun usul terbaru Tim 7 itu tak ber- jalan mulus. ”Saya belum memastikan BUMN akan terlibat. Karena ini baru pe- mikiran,” ujar Dahlan kepada Tempo di ruang kerjanya, Rabu pekan lalu. Alas- an kemurahan biaya, menurut dia, men- cuat dalam rapat sebagai latar belakang usulan pelibatan BUMN. Kalau ongkos stu- di kelayakan murah, negara lebih ringan mengganti biayanya jika proyek gagal di- bangun. Toh, Dahlan tak bisa memasti- kan hasil kerja BUMN bakal lebih irit bia- ya. ”Karena harus melibatkan konsultan internasional.”

Dahlan justru pesimistis hasil kerja BUMN mampu menggaet investor kakap. Dalam bisnis besar seperti proyek Selat Sunda, masalah utamanya adalah keper- cayaan investor, bukan teknis. Investor akan terlibat sejak studi kelayakan sampai konstruksi untuk memastikan uangnya tak hilang percuma. Persoalannya, be- lum ada BUMN karya yang berpengalam- an menggarap megaproyek seperti itu. ”Kami harus jujur,” ucapnya. Dahlan cen- derung mengembalikan pengerjaan studi kelayakan kepada Graha Banten sesuai de- ngan isi perpres.

Ia juga mengakui proyek Selat Sunda tak layak secara bisnis lantaran sulit mengha- rapkan keuntungan dalam waktu cepat. Proyek ini ditaksir baru menangguk un- tung setelah 16 tahun. Tapi untuk jangka panjang, Dahlan berpendapat, jembatan yang menghubungkan Jawa dan Sumate- ra mesti dibangun sebelum ada jembatan dari Malaysia ke Sumatera. Jika jembatan dari Malaysia datang lebih dulu, pereko- nomian Sumatera akan tersedot ke nege- ri jiran.

Sebaliknya Profesor Wiratman Wang- sadinata, konsultan Graha Banten, ingin agar pemerintah tidak berpikir terlalu ru- mit. BUMN dan Graha Banten sebaiknya segera menggarap studi kelayakan dan desain dasar dengan biaya Rp 1 triliun. ”Mengapa repot mikirin yang Rp 200 trili- un?” ujarnya kepada Tempo.

Sambil pekerjaan berjalan selama dua tahun, bisa dilakukan pengambilalihan mayoritas saham Graha Banten. Setelah studi kelayakan kelar, menurut Wiratman, digelar tender investasi internasional. Pe- menangnya akan membiayai proyek seka- ligus menggarap engineering design sebe- lum pembangunan konstruksi dilakukan hingga 2025 sesuai dengan rencana.

● JOBPIE SUGIHARTO, RIZKI PUSPITA SARI, ANGGA SW, LINDA TRIANITA

EKONOMI KADIN EKONOMI AN TAR A /W ID O D O S . J U S U F

K

ALIMANTAN Ballroom,

Hotel Aston Pontianak, mu- lai ramai disesaki manusia pada saat makan siang, Sab- tu tiga pekan lalu. Tapi si- dang Musyawarah Nasional Luar Biasa Ka- mar Dagang dan Industri Indonesia baru dimulai beberapa jam kemudian. Sidang digelar dengan agenda meminta pertang- gungjawaban Ketua Umum Kadin Suryo Bambang Sulisto.

Tiga kali dipanggil, sang ketua umum tak juga menampakkan batang hi- dungnya. Hingga akhirnya Nur Ahmad Aff andi, ketua sidang, diminta tidak mengulur wak- tu lebih lama. ”Tidak ada niat baik atau kabar bahwa beliau akan hadir,” kata salah seo- rang peserta.

Menjelang magrib, sidang berakhir dengan keputusan memberhentikan Suryo, yang ak- rab disapa Gembong, sebagai Ketua Umum Kadin. Munaslub juga mendemisio- nerkan pengurus, dewan penasihat, dan dewan pertimbangan Kadin periode 2010- 2015. Sebagai gantinya, Arifi n Panigoro, Sofj an Wanandi, Natsir Mansyur, dan Nur Ahmad didapuk sebagai pejabat pelaksa- na tugas, dengan Oesman Sapta Odang se- bagai ketua caretaker. Munas akan digelar untuk memilih pengurus baru dalam tiga- enam bulan kemudian.

Di Jakarta, dua hari sebelum Munas- lub Pontianak, Suryo mengumpulkan du- kungan bagi dirinya dengan menggelar silaturahmi Kadin di Hotel Four Seasons. Pertemuan yang dihadiri para mantan Ke- tua Umum Kadin, seperti M.S. Hidayat, Aburizal Bakrie, Adi Tahir, dan Sukam- dani Gitosarjono, itu berlanjut dengan ra- pat koordinasi Kadin yang dihadiri 24 Ka- din daerah esok paginya di Hotel Royal Ku- ningan. ”Intinya, rapat menolak adanya munaslub dan meminta adanya tindakan tegas dari Kadin pusat terhadap sembilan

MEMBELAH KADIN

Dalam dokumen T EKA -T EK IW IJI T HUK UL (Halaman 190-192)