• Tidak ada hasil yang ditemukan

Air Danau Situ dan Embung

Dalam dokumen LAPORAN SLHD 2014 PROVINSI ACEH (Halaman 63-68)

Gambar II.13 Profil Khlorida dan Sulfat Air Sungai Kr Aceh (Agustus Oktober 2014)

C.3. Air Danau Situ dan Embung

Keberadaan embung, waduk, dan danau memiliki peranan yang sangat penting bagi keberlangsungan ekosistem perairan di Provinsi Aceh. Embung, waduk, dan danau dimanfaatkan sebagai beberapa aktivitas seperti sebagai sumber air baku, irigasi, objek wisata, sumber pembangkit energi listrik, dan lainnya. Hasil inventarisasi keberadaan embung, waduk, dan danau di Provinsi Aceh (Tabel SD-13 Buku Data) antara lain:

1. Embung sebanyak 35 buah dengan volume 96.919 – 750.000 m3; 2. Waduk sebanyak 32 buah dengan volume 2.643.468 – 121.895.000 m3; 3. Danau sebanyak 13 buah.

C.3.1. Kualitas air Danau

C.3.1.1 Danau Aneuk laot

Secara geografis, Danau Aneuk Laot (DAL) terletak pada posisi 5o 51’ 44’’ – 5o

52’22’’ LU dan 95o 19’ 28’’ –95o 19’ 54’’ BT dengan ketinggian 50 - 250 m di atas permukaan laut. Danau ini berada pada Kelurahan Aneuk Laot Kecamatan Sukakarya dengan jarak ±4 km dari pusat Kota Sabang.

Danau Aneuk Laot adalah salah satu sumber air baku andalan bagi masyarakat Kota Sabang. Danau ini memiliki luas permukaan 41,15 Ha (411.500 m2), dengan perkiraan 0,33% dari luas wilayah Kota Sabang (Pemerintah Kota Sabang 2012). Danau Aneuk Laot memiliki panjang ± 1.500 m dan lebar ± 250 m (BAPPEDA and WCSIP 2010), dan luas daerah tangkapan air hujan DAL adalah ± 4.896.910 m2 (BRR dan BPPT 2006). Data lain menyebutkan bahwa pada tahun 2001 DAL memiliki luas permukaan ± 476.350 m2, dan pada tahun 2005 menurun menjadi 397.750 m2 dengan kedalaman rata-rata 20 meter (BRR dan BPPT 2006). Variasi ketinggian muka air DAL antara lain ± 25. 307 m (LWL), ± 25.637 m (MWL), dan ±26.717 m(HWL).

Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 54 Danau Aneuk Laot merupakan sumberdaya alam yang memberikan manfaat besar bagi masyarakat Kota Sabang baik dari aspek ekologi, ekonomi dan sosial. Beberapa fungsi utama DAL bagi kehidupan Kota Sabang, yaitu:

 salah satu sumber keanekaragaman hayati flora dan fauna dan plasma nutfah Kota Sabang;

 sumber dan pendaur air yang dapat digunakan oleh masyarakat;

 sebagai tempat menampung kelebihan air yang berasal dari air hujan dan aliran permukaan;

 sebagai pencegah banjir dan kekeringan.

Berdasarkan fungsi-fungsi tersebut DAL memiliki peran penting bagi kehidupan masyarakat Kota Sabang

Kualitas air danau sangat disebabkan oleh tekanan akibat pemanfaatan sempadan dan air danau. Untuk mengetahui kualitas air danau tersebut maka dilakukan pemantauan sebanyak 2 (dua) tahap di 5 (lima) titik pantau. Lokasi pemantauan dari Desa Pasiran Kecamatan Suka Karya Kota Sabang hingga Inlet di Lingkungan Putro Ijo Desa Aneuk laot Kecamatan Suka Karya Kota Sabang Provinsi Aceh. Parameter kualitas air yang dipantau mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Metode Sampling yang digunakan pada pemantauan kualitas air Danau Aneuk Laot adalah Metode Grab, sedangkan metode analisis sampel air

Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 55 sungai menggunakan Standar Nasional Indonesia dan Standar Method sesuai dengan PP 82 Tahun 2001. Data hasil pemantauan kualitas air danau seperti yang disajikan pada Tabel SD- 15Buku II.

Hasil pemantauan menunjukkan bahwa Kualitas air Danau Aneuk Laot telah tercemar berat dan tidak memenuhi KMA PP 82/2001. Berdasarkan KMA kelas II PP 82/2001 maka status mutu air Danau Aneuk Laot termasuk dalam kategori tercemar berat. Parameter utama yang memberi kontribusi yang tinggi terhadap pencemaran dan penurunan status mutu air Danau Aneuk Laot adalah parameter biologi/kimia yaitu COD, BOD, Total Phospat, Deterjen, Minyak dan lemak. Sedangkan parameter pH, Temperatur, TDS, DHL, Salinitas, DO, TSS, Amonia, Nitrat, Timbal, Sulfat, Seng, Besi, Mercury, Tembaga, E-Coli, dan Total Coliform masih memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan.

C.3.1.2 Danau Lut Tawar

Danau Laut Tawar terletak di Takengon Kabupaten Aceh Tengah Provinsi Aceh. Daerah tangkapan Danau Tawar masuk kedalam wilayah Kecamatan Lut Tawar, Kebayakan, Bebesen dan Bintang. Aliran air permukaan atau sungai yang menuju ke Danau Laut Tawar berjumlah 25 buah yang berasal dari 18 daerah hulu/kawasan tangkap dengan debit air. Debit air danau Laut Tawar 538,84 juta kilo liter (Husnah et al. 2012). Sungai Peusangan merupakan satu-satunya outlet danau Laut Tawar. Karateristik Danau Laut Tawar sebagai berikut Tabel 3. Nilai parameter karakteristik morfometrik Danau Lut Tawar.

Tabel II.2 Nilai Parameter Karakteristik Morfoketrik Danau Lut Tawar

Parameter Nilai Satuan

Elevasi 1,230 Meter

Luas Permukaan (Ao) 5,742.10 hektare (ha)

Kedalaman maks (Zmax) 84.23 Meter

Kedalaman rata (Zmean) 25.19 Meter

Panjang Maks 15,727 Meter

Lebar Maks 4,563 Meter

Panjang Garis Pantai (L) 43,920 Meter

Littoral Area 14.28 %

Sumber (Husnah et al. 2012)

Secara geologi Danau Lut Tawar dikelilingi oleh batu gamping dan batuan meta sedimen, umumnya struktur geologi di sekitar danau berupa karts yang ditandai dengan gua-

Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 56 gua di sekitar danau, struktur perlipatan, dan Sesar yang ditandai dengan adanya air terjun. Dalam kepariwisataan baik Danau Lut Tawar, gua-gua, dan air terjun yang ada disekitar danau merupakan ujung tombak pariwisata di Kabupaten Aceh Tengah, dan dari masa ke masa sudah menjadi daya tarik wisatawan dalam negeri dan manca negara.

Kondisi lingkungan danau terdiri dari kemiringan landai, curam, dan sangat curam. Kondisi lingkungan danau dengan kemiringan yang landai berada di sekitar Kecamatan Kebayakan, Lut Tawar, Bebesen dan Bintang. Kemiringan curam berada di sekitar Kecamatan Lut Tawar, Kebayakan dan Bintang, sedangkan kemiringan sangat curam berada di sekitar Kecamatan Lut Tawar.

Selain untuk parawisata, danau ini berperan penting dalam pengendalian keseimbangan air khususnya kota Takengon dan menjadi sumber air untuk Kabupaten Bener Meriah, Bireuen, Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe. Air danau terutama dimanfaatkan untuk air minum dan budidaya perikanan air tawar sebagai mata pencaharian bagi para nelayan yang tinggal di sekitar danau. Selanjutnya, air danau juga memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi air minum kemasan.

Kondisi Danau Lut Tawar sudah mengalami degradasi, yang dicirikan oleh semakin berkurangnya debit air Danau Lut Tawar dan tingginya sedimentasi yang terjadi di Danau Lut Tawar. Hal ini disebabkan oleh semakin berkurangnya penutupan lahan di sekitar Danau Lut Tawar akibat alih fungsi lahan dari hutan menjadi areal perkebunan yang tidak terkendali.

Berdasarkan hasil pemantauan dilaksanakan sebanyak 2 (dua) tahap di 5 (lima) titik pantau menunjukkan bahwa Kualitas air Danau Laut Tawar telah tercemar dan tidak memenuhi KMA PP 82/2001. Data hasil pemantauan disajikan pada Buku II tabel SD 15. Berdasarkan KMA kelas II PP 82/2001 maka status mutu air Danau Lut Tawar termasuk dalam kategori tercemar sedang. Parameter utama yang member kontribusi yang tinggi terhadap pencemaran dan penurunan status mutu air Danau Laut Tawar adalah parameter biologi/kimia yaitu COD, BOD, Total Phospat, Deterjen, Minyak dan lemak. Sedangkan parameter pH, Temperatur, TDS, DHL, Salinitas, DO, TSS, Amonia, Nitrat, Timbal, Sulfat, Seng, Besi, Mercury, Tembaga, E-Coli, dan Total Coliform masih memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan.

Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 57

D. UDARA

Udara merupakan campuran berbagai macam komponen gas, yaitu nitrogen 78%, oksigen 21% dan karbondioksida 0,035%. Udara tergolong udara bersih adalah udara yang persentasi kandungannya masih seperti disebutkan di atas. Sumber pencemaran udara dapat dikatagorikan atas sumber bergerak dan sumber tidak bergerak, yang meliputi berbagai sektor termasuk transportasi, industry, dan domestik. Pada umumnya proses pembakaran bahan fosil, baik yang ada di dalam mesin (transportasi), proses pembakaran dan pengolahan industry, maupun pembakaran terbuka (domestik) mengeluarkan pencemar-pencemar udara yang hampir sama, walaupun secara spesifik jumlah relatif masing-masing pencemar yang diemisikan tergantung pada karakteristik (properti) bahan bakar dan kondisi pembakaran.

Kendaraan bermotor merupakan salah satu sumber pencemaran udara yang penting di daerah perkotaan. Kondisi emisi kendaraan bermotor sangat dipengaruhi oleh kandungan bahan bakar dan kondisi pembakaran dalam mesin. Pada pembakaran sempurna, emisi paling signifikan yang dihasilkan dari kendaraan bermotor berdasarkan massa adalah gas karbon dioksida (CO2) dan uap air, namun kondisi ini jarang terjadi. Polutan yang dihasilkan

kendaraan bermotor yang menggunakan BBM akan menghasilkan senyawa CO, HC, SO2,

NO2, dan partikulat Udara adalah unsur yang sangat penting untuk mempertahankan

kehidupan manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan dimana semuanya ini membutuhkan udara untuk tetap dapat mempertahankan hidupnya. Udara ambien yang dihirup oleh makhluk hidup dikenal dengan kualitas udara ambien merupakan hal pokok yang harus tetap dijaga kualitasnya, agar dapat dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya. Udara yang tercemar mempunyai tingkat konsentrasi bahan pencemar baik dalam bentuk gas maupun padat lebih tinggi dari yang umumnya terdapat di lingkungan alam.

Padatnya kendaraan bermotor yang berada di kabupaten/kota di Provinsi Aceh menyebabkan meningkatnya pencemaran udara yang bersumber dari asap kendaraan bermotor dan memicu terjadinya kerusakan lingkungan yang berakibat pada gangguan kesehatan manusia. Berdasarkan hasil survei, penjualan kendaraan bermotor di semua kabupaten/kota di Provinsi Aceh meningkat setiap tahunnya. Peningkatan ini diperkirakan akan meningkatkan emisi gas buang dari kendaraan bermotor yang berupa CO, CO2, NO2, SO2

dan partikulat. Peningkatan emisi ini dapat menyebabkan meningkatnya pencemaran udara akibat kendaraan bermotor. Sumber pencemar lainnya di kabupaten/kota di Provinsi Aceh beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang merupakan penyumbang emisi gas buang yang lumayan besarnya.

Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 58

Dalam dokumen LAPORAN SLHD 2014 PROVINSI ACEH (Halaman 63-68)