• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Sungai di Provinsi Aceh

Dalam dokumen LAPORAN SLHD 2014 PROVINSI ACEH (Halaman 33-37)

Luas Area (Ha)

C. Hutan Sekunder Hutan

A.8. Pelepasan Kawasan Hutan Yang Dapat Dikonversi Menurut Peruntukan Perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan dilakukan untuk memenuh

C.1.1 Kondisi Sungai di Provinsi Aceh

Provinsi Aceh saat ini telah terdata sebanyak 274 sungai besar dan kecil yang tersebar di seluruh kabupaten/kota dan 45 sungai merupakan lintas kabupaten/kota. Debit maksimum rata-rata air sungai di Provinsi Aceh adalah 0,73 – 968 m3/detik untuk sungai besar dan 0,01 – 1,3 m3/detik untuk sungai kecil seperti yang ditabulasikan pada Tabel SD-12 Buku Data. Sungai Kr. Masem merupakan sungai yang memiliki debit terbesar (968 m3/detik) dan Sungai Kr. Pine merupakan sungai yang memiliki debit terkecil di Provinsi Aceh. Secara visual air sungai di Provinsi Aceh tampak jernih kecuali pada lokasi-lokasi tertentu, seperti sungai yang melintasi perkotaan. Perbedaan ini akan sangat menyolok apabila turun hujan yang disebabkan banyaknya lahan terbuka sehingga pada saat hujan terjadi run-off yang membawa sedimen dengan konsentrasi tinggi. Selain itu perbedaan juga akan terlihat

Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 24 apabila pada lokasi tersebut ada aktifitas pertambangan terbuka, seperti Galian C dan lainnya. Tidak semua sungai dilakukan pemantauan secara berkala. Hanya beberapa sungai yang dapat dijadikan tolak ukur pencemaran sungai di Provinsi Aceh dengan melakukan pengukuran dan dianalisis dengan fokus lokasi berikut ini.

a. Sungai-sungai yang melintasi daerah perkotaan; b. Sungai yang dilintasi oleh aktivitas pertambangan; dan c. Sungai lainnya di Provinsi Aceh.

Uraian ini diharapkan dapat menggambarkan kondisi Sungai di Provinsi Aceh secara utuh. Analisis dilakukan berdasarkan Kelas II Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

C.1.1.1. Sungai yang Melintasi Daerah Perkotaan

Ada beberapa sungai yang melewati daerah perkotaan di Provinsi Aceh yang menampung limbah perkotaan dari berbagai jenis kegiatan seperti rumah sakit, hotel, industri, PLTD, limbah pasar, dan limbah rumah tangga. Sungai tersebut adalah Sungai Krueng Aceh, Krueng Daroy, Krueng Doy, dan Krueng Tamiang. Masih terdapat beberapa sungai lain yang melintasi perkotaan, namun keempat sungai ini merupakan sungai yang melewati perkotaan dengan kepadatan penduduknya tinggi. Sungai-sungai ini dapat dijadikan indikator kualitas air sungai perkotaan di Provinsi Aceh.

1. Sungai Krueng Aceh, sungai ini merupakan sungai besar yang membelah dua Kota Banda Aceh. Sungai ini memiliki panjang 113 km, lebar (60 m bagian hulu, 57 m bagian tengah, dan 51 m bagian hilir) dengan debit rata-rata 19,1 m3/detik (85,2 m3/detik maksimum dan 10,38 m3/detik minimum). Sungai ini berfungsi sebagai sumber utama air bersih

masyarakat Kota Banda Aceh bermuara ke Samudera Hindia. Di sepanjang sungai ini banyak terdapat aktivitas masyarakat seperti doorsmeer, industri (PLTD dan pupuk NPK), hotel, SPBU, dan water intake PDAM. Sebagian hasil buangan limbah Kota Banda Aceh dialirkan melalui sungai ini pada bagian hilirnya. Sungai Krueng Aceh menjadi sangat penting mengingat di bagian hulu sungai ini terdapat water intake PDAM Tirta Daroy dan sungai ini saat ini sedang dikembangkan wisata sungai. Ke depannya kawasan ini akan terus dikembangkan. Pengembangan kawasan ini akan sangat terkait dengan kualitas air dan nilai estetika dari sungai Krueng Aceh serta nilai jual dari kawasan wisata sungai ini. Kualitas air DAS Kreung Aceh, dipantau secara reguler setiap triwulan. Pemantauan ini dilakukan pada 6 lokasi dengan mempertimbangkan lokasi kepadatan dengan aktifitas masyarakat, terletak di persimpangan aliran buangan limbah domestik rumah tangga, dan dapat terwakili aliran sungai baik hulu, tengah maupun hilir sungai. Lokasi yang terpilih tersebut dibagi ke dalam beberapa segmen (Gambar II.7) antara lain:

Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 25 2. Segmen Jembatan Pango (N = 05032'06,1" E = 0950 20' 52,1");

3. Segmen Jembatan Surabaya (N = 05033'13,2" E = 0950 19' 50,7");

4. Segmen Jembatan Pante Pirak (N = 05033'15,1" E = 0950 19' 13,9"); 5. Segmen Jembatan Peunayong (N = 05033'38,2" E = 0950 19' 05,2"); dan

Segmen Gampong Jawa (Hilir) (N = 05034'44,5" E = 0950 19' 07,1")

Parameter kualitas air Krueng Aceh yang dipantau antara lain : pH, DO, Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Total Phosfat (PO4), Nitrat (NO3-N), Nitrit

(NO2-N), Amonia (NH3-N), Kesadahan (CaCO3), Klorida (Cl2), Florida (F), Sulfat (SO4),

Chlorida Bebas (Cl2), Belerang (H2S), Timbal (Pb), Besi (Fe), Tembaga (Cu), Cadmium (Cd),

Seng (Zn), Kromium (Cr), Detergent MBAS, Minyak dan Lemak, Total Coliform, dan Fecal Coliform (E-coli). Pemantauan dilakukan sejak Agustus - Oktober 2014 dan hasilnya ditunjukkan pada Gambar II.8 hingga II.18. Berdasarkan hasil perhitungan status mutu air Sungai Kr. Aceh dengan metode STORET yang membandingkan data kualitas air yang diambil

01 73 14 04 06 11 72 71 08 09 02 05 07 12 03 15 16 74 10 13 17 ST-01 S.05 S.04 S.03 S.02 S.01

Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 26 secara series dan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya (Peraturan Pemerintah RI No.82 Tahun 2001), maka diperoleh nilai untuk masing-masing lokasi (Segmen) adalah sebagai berikut:

1. Segmen Jembatan Lambaro nilai -17 (Cemar Sedang); 2. Segmen Jembatan Pango nilai -17 (Cemar Sedang); 3. Segmen Jembatan Surabaya nilai -43 (Cemar Berat); 4. Segmen Jembatan Pante Pirak nilai -30 (Cemar Sedang); 5. Segmen Jembatan Peunayong nilai -42 (Cemar Berat); dan 6. Segmen Gampong Jawa nilai -36 (Cemar Berat).

Profil Temperatur dan pH Air Sungai Kr. Aceh, Temperatur dan pH mempengaruhi penerimaan masyarakat akan air dan dapat mempengaruhi reaksi kimia dalam pengelolaannya. Banyak tumbuhan dan hewan air yang sensitif terhadap pH yang bervariasi. Gambar II.8 memperlihatkan profil temperatur air Sungai Kr. Aceh. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa temperatur air Kr. Aceh tidak jauh berbeda dan nilainya (25,6 – 31,5 oC)

dan masih dalam katagori normal untuk air permukaan. Profil pH air Sungai Kr. Aceh diperlihatkan pada Gambar II.8 yang menunjukkan bahwa pH dalam katagori netral dengan kisaran 7,23 – 8,01. Secara umum, pH masih berada dalam keadaan normal sehingga tidak memberikan dampak yang berarti terhadap kehidupan tumbuhan dan biota air di sungai Kr. Aceh.

Profil TDS dan TSS air Sungai Kr. Aceh,Pengukuran padatan tersuspensi (TSS) dilakukan untuk mengetahui besarnya material sediment ringan yang tersuspensi akibat pencucian tanah. Sedangkan muatan terendapkan adalah material sedimen yang lebih berat yang mengendap di sepanjang dasar aliran sungai. Kedua parameter secara keseluruhan dihitung Gambar II.8

Profil Temperatur dan pH Air Sungai Kr. Aceh (Agustus - Oktober 2014)

Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 27 sebagai total sedimen. Sementara padatan terlarut (TDS) merupakan ukuran dari jumlah material yang larut dalam air yang mewakili jumlah ion di dalam air. Air dengan TDS tinggi seringkali memiliki rasa yang buruk dan /atau kesadahan air tinggi, dan dapat mengakibatkan efek pencahayaan. Perubahan dalam konsentrasi TDS dapat berbahaya karena densitas air menentukan aliran air masuk dan keluar dari sel-sel organisme. Namun, jika konsentrasi TDS terlalu tinggi atau terlalu rendah, pertumbuhan kehidupan banyak air dapat dibatasi, dan kematian dapat terjadi. TDS dan TSS dalam konsentrasi tinggi juga dapat mengurangi kejernihan air,memberikan kontribusi pada penurunan fotosintesis, gabungkan dengan senyawa beracun dan logam berat, dan menyebabkan peningkatan suhu air.

Profil BOD dan COD dalam Air Sungai Kr. Aceh, BOD menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan- bahan buangan dalam air. Jika konsumsi oksigen tinggi yang ditunjukkan dengan semakin kecilnya sisa oksigen terlarut, maka berarti kandungan bahan-bahan buangan yang membutuhkan oksigen tinggi (Fardiaz, 1992). Sementara COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air. Hasil analisa air (Gambar II.10) menunjukkan bahwa di semua lokasi Sungai Kr. Aceh, nilai BOD pada air masih rendah dengan kisaran antara 1,03 – 2,67 mg/L dengan nilai rata-rata 1,61 mg/L.

Dalam dokumen LAPORAN SLHD 2014 PROVINSI ACEH (Halaman 33-37)