• Tidak ada hasil yang ditemukan

Terumbu Karang

Dalam dokumen LAPORAN SLHD 2014 PROVINSI ACEH (Halaman 94-100)

Gambar II.13 Profil Khlorida dan Sulfat Air Sungai Kr Aceh (Agustus Oktober 2014)

E.2. Kondisi Pesisir dan Laut Aceh

E.2.1. Terumbu Karang

Terumbu karang (coral reefs) merupakan merupakan organisme yang hidup di dasar laut daerah tropis dan simbiosis dua makhluk hidup yaitu alga penghasil kapur (CaCO3) zooxanthellae dan hewan karang yang membentuk formasi kapur yaitu terumbu. Keindahan terumbu karang diperoleh dari pigmen warna alga yang bersimbiosis dengan hewan karang. Alga menyediakan sumber makanan bagi hewan karang dan karbondioksida hasil meabolisme hewan karang digunakan alga untuk berfotosistesis.

Terumbu karang juga merupakan ekosistem yang cukup kuat menahan gaya gelombang laut. Berdasarkan geomorfologinya, ekosistem terumbu karang dapat dibagi menjadi tiga tipe yaitu terumbu karang tepi (fringing reef), terumbu karang penghalang (barrier reef), dan terumbu karang cincin (a-tolls).

Sumber: Edi Rudi (Fakultas Kelautan dan Perikanan Unsyiah) dalam www.mongabay.co.id

Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 85 Ekosistem terumbu karang terdapat di lingkungan perairan yang agak dangkal. Untuk mencapai tumbuhan maksimumnya, terumbu karang memerlukan perairan yang jernih, dengan suhu yang hangat, gerakan gelombang yang besar, serta sirkulasi yang lancar dan terhindar dari proses sedimentasi. Pertumbuhan karang dan penyebaran terumbu karang tergantung pada kondisi lingkungannya. Kondisi ini pada kenyataannya tidak selalu tetap, akan tetapi seringkali berubah karena adanya gangguan, baik yang berasal dari alam atau aktivitas manusia.

Terumbu karang merupakan ekosistem laut yang paling produktif dan memiliki keanekaragaman hayati paling tinggi. Supriharyono (2000) mengemukakan bahwa karena produktivitas yang tinggi tersebut memungkinkan terumbu karang menjadi tempat pemijahan, pengasuhan, dan mencari makan dari kebanyakan ikan. Oleh karena itu, secara otomatis produksi ikan di daerah terumbu karang sangat tinggi. Kerangka hewan karang berfungsi sebagai tempat berlindung atau tempat menempelnya biota laut lainnya. Sejumlah ikan pelagis bergantung pada keberadaan terumbu karang pada masa larvanya. Terumbu karang juga merupakan habitat bagi banyak spesies laut. Selain itu, terumbu karang dapat berfungsi sebagai pelindung pantai dari erosi.

Ekosistem ini bersifat sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan lingkungan yang bersifat non-alami, karena tidak diimbangi dengan regenerasi yang baik dan cepat. Seperti misalnya limbah panas yang dapat meningkatkan suhu air 5-100C di atas suhu lingkungan normal dapat berpengaruh memutihkan karang (Gambar II.63). begitu juga dengan limbah pengerukan yang mengakibatkan kekeruhan yang dapat mengganggu pertumbuhan karang dan biota lain yang habitatnya di sekitar terumbu karang.

Sumber : (Bruno de Giusti) dalam www.terangi.co.id

Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 86 Penangkapan ikan dengan menggunakan bahan beracun, misalnya potasium atau kalium sianida, atau dengan bahan peledak, dapat menyebabkan kematian karang atau kerusakan karang secara fisik, yang lebih lanjut akan menyebabkan terjadinya degradasi terumbu karang. Menyusutnya ekosistem terumbu karang akan berdampak terhadap menurunnya nilai ekonomi aktivitas perikanan dan perannya sebagai gudang plasma nutfah lingkungan lautan.

Peta tutupan terumbu karang dan persentase tutupan karang di perairan Aceh Berdasarkan survei kondisi ekosistem terumbu karang di sepanjang wilayah pesisir Aceh dengan metode manta tow dan point transect untuk melihat gambaran umum kondisi ekosistem terumbu karang dapat dilihat pada Gambar II.64 dan Gambar II.65

Sumber : DKP Aceh

Gambar II.64. Peta Tutupan Terumbu Karang Provinsi Aceh

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di perariran Pulau Weh dan pesisir utara Aceh, saat ini jenis yang telah teridentifikasi mencapai 42 genus karang (Tabel II.7) dan 343 spesies ikan karang, jumlah tersebut berarti 58% dari jenis karang yang dapat ditemukan di dunia. Terumbu karang merupakan ekosistem yang kaya akan keanekaragaman hayati. Enam puluh persen ikan yang dikonsumsi oleh manusia berasosiasi dengan terumbu karang. Selain ikan, hewan benthik lain yang menghuni ekosistem terumbu karang Aceh antara lain lobster

Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 87 (Panalirus sp) dan teripang (Holothuria sp). Ikan, lobster dan teripang adalah sumber daya hayati laut yang bernilai ekonomi. Selain untuk konsumsi lokal Aceh, spesies tertentu dari kelompok ini juga diburu sebagai komoditi perdagangan ke luar Aceh.

Gambar II.65. Persentasi Tutupan Karang di Perairan Aceh

Sumber : DKP Aceh

Tabel II.7. Jenis-Jenis Karang yang Telah Teridentifikasi di Provinsi Aceh

NO GENERA NO GENERA 1 Porites 22 Lobophyllia 2 Acropora 23 Galaxea 3 Heliopora 24 Fungia 4 Montipora 25 Astreapora 5 Pocillopora 26 Montatrea 6 Millepora 27 Symphyllia 7 Pavona 28 Psammacora 8 Favites 29 Pectinia 9 Coeloseris 30 Merulina 10 Goniastrea 31 Alveopora

Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 88 NO GENERA NO GENERA 11 Favia 32 Euphyllia 12 Diploastrea 33 Pachyseris 13 Leptastrea 34 Stylophora 14 Platygyra 35 Plerogyra 15 Coscinaraea 36 Ctenactis 16 Goniopora 37 Anchantastrea 17 Echinopora 38 Turbiaria 18 Cypthastrea 39 Oulophyollia 19 Gardineroseris 40 Leptoria 20 Seriatopora 41 Herpolitha 21 Hydnophora 42 Echinophyllia

Kabupaten Aceh Besar merupakan kabupaten yang memiliki kawasan pesisir di pantai barat dan timur Aceh. Kabupaten Aceh Besar memiliki garis pantai sepanjang 343,79 km. Beberapa lokasi terumbu karang dengan tutupan hard coral yang tinggi ditemukan berada di Kecamatan Pulo Aceh yaitu terdapat di Baet Desa Pasi Raya ,Desa Deudap dan di Demit Desa Deudap. Tutupan soft coral dengan juga dijumpai di beberapa lokasi di Kecamatan Pulo Aceh, diantaranya yaitu di Abah Guha Desa Blang Melingge, Desa Deudap, Demit Desa Deudap dan Lhoh Raya Desa Pasi Raya.

Kabupaten Aceh Singkil adalah salah satu kabupaten di pesisir barat Aceh yang memiliki kepulauan dengan garis pantai sepanjang 403,39 km. Panjang garis pantai dan luas wilayah kewenangan laut Kabupaten Aceh Singkil merupakan panjang dan luas tertinggi kedua di Provinsi Aceh setelah Kabupaten Simeulue. Ekosistem terumbu karang di Kabupaten Aceh Singkil terletak di Kepulauan Banyak yaitu di Pulau Baguk, Pulau Ujung Batu, Pulau Balai, Pulau Rangit Besar, Pulau Rago-rago, Pulau Tailana, Pulau Lamun, Pulau Orongan, Pulau Sikandang, Pulau Pelambak Besar, Pulau Samut, Pulau Tuangku, Pulau Pabandah, Pulau Bengkaru dan Pulau Batu.

Kabupaten Simeulue merupakan salah satu kabupaten kepulauan di Provinsi Aceh dengan garis pantai terpanjang yaitu 762,23 km. Ekosistem terumbu karang di Kabupaten Simeulue ditemukan hampir di sepanjang pesisir, yaitu di Kecamatan Teluk Dalam, Simeulue Barat, Simeulue Timur, Teupah Selatan dan Simeulue Tengah.

Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 89 Kabupaten Aceh Selatan adalah salah satu kabupaten yang terletak di pesisir barat Aceh, dengan panjang garis pantai sepanjang 194,22 km. Berdasarkan data hasil analisis citra satelit Landsat 7ETM, Kabupaten Aceh Selatan juga memiliki ekosistem terumbu karang dengan luas 1.379,80 ha yang tersebar merata di sepanjang garis pantainya..

Kota Sabang merupakan salah satu kota berbentuk kepulauan yang terletak di bagian paling utara dari daratan Provinsi Aceh dan memiliki garis pantai sepanjang 104,65 km. memiliki sebaran ekosistem terumbu karang dan menjadi salah satu andalan utama di sektor pariwisata bahari Provinsi Aceh. Ekosistem terumbu karang di Kota Sabang tersebar merata di sepanjang pesisir serta beberapa pulau kecilnya yang terletak di dua kecamatan yaitu Kecamatan Sukakarya dan Kecamatan Sukajaya.

Kabupaten Aceh Jaya merupakan salah satu kabupaten di pesisir barat Aceh yang memiliki garis pantai terpanjang dibandingkan kabupaten lainnya yaitu sepanjang 220,46 km. Terumbu karang di Kabupaten Aceh Jaya tersebar di perairan pesisir dan pulau-pulau kecilnya yang berada di Kecamatan Sampoiniet dan Kecamatan Jaya.

Kabupaten Aceh Barat Daya merupakan salah satu kabupaten pesisir yang berada di pesisir barat Aceh dengan panjang garis pantainya 47,68 km. Ekosistem terumbu karang di Kabupaten Aceh Barat Daya berada di pesisir Kecamatan Susoh, Setia dan Kecamatan Kuala Batee.

Kondisi sumber daya alam pesisir Aceh tahun 2014 dapat dilihat pada Buku Data Tabel SD-19 yang menunjukkan terumbu karang terluas di Aceh terdapat di wilayah Kabupaten Aceh Besar dengan luas 7.519 Ha (51,15%) dan dalam kondisi sangat baik 9,71 %, baik 14,56%, sedang 11,65% dan rusak 64,08% . Kabupaten Aceh Singkil menempati posisi kedua terluas 2.454 Ha (16,69%) dengan kondisi baik 15%, sedang 10% dan rusak 75%. Posisi ketiga Kabupaten Simeulue 2.064,32 Ha (14,04%) dengan kondisi semuanya baik (100%). Kabupaten Aceh Selatan posisi keempat dengan luas 1.379,8 Ha (9,39%) dan dalam kondisi baik semuanya (100%). Kota Sabang yang terkenal dengan pariwisata pesisirnya menempati posisi kelima dengan luas terumbu karang 904,3 Ha (6,15%) dan dalam kondisi baik 30,58%, sedang 34,97% dan rusak 34,46%. Daerah lainnya mempunyai luasan dibawah 5%.

Mencermati data di atas, ternyata sebagian besar kondisi terumbu karang di Aceh dalam kondisi rusak. Tingkat kerusakan di Aceh Besar mencapai 64,08%, Singkil 75% dan Sabang 34,46%. Perlu langkah-langkah penyelamatan terumbu karang agar kelestarian terumbu karang dan kesinambungan sumber daya hayati perikanan Aceh tetap terjaga.

Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecendrungan II- 90 Salah satu upaya untuk mengatasi masalah kerusakan terumbu karang yang telah dikembangkan sejak beberapa tahun ini adalah melalui teknologi terumbu karang buatan dan transplantasi karang. Yang disebut terumbu karang buatan adalah habitat buatan yang dibangun di laut dengan maksud memperbaiki ekosistem yang rusak, sehingga dapat memikat jenis-jenis organisme laut untuk hidup dan menetap; biasanya terbuat dari timbunan bahan-bahan, seperti bekas ban mobil, cor-coran semen/beton, bangkai kerangka kapal, badan mobil dan sebagainya. Dalam jangka waktu tertentu, struktur yang dibuat dengan berbagai bahan seperti struktur beton berbentuk kubah dan piramida, selanjutnya membantu tumbuhnya terumbu karang alami di lokasi tersebut. Dengan demikian, fungsinya sebagai tempat ikan mencari makan, tempat memijah serta tempat berkembang biak berbagai biota laut dapat kembali terwujud. Langkah lain adalah dengan meningkatkan pengawasan di laut serta sosialisasi terus-menerus terhadap warga pesisir akan pentingnya terumbu karang dalam kehidupan manusia.

Dalam dokumen LAPORAN SLHD 2014 PROVINSI ACEH (Halaman 94-100)