• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengawasan Izin Lingkungan

Dalam dokumen LAPORAN SLHD 2014 PROVINSI ACEH (Halaman 138-142)

SUHU RATA-RATA BULANAN (oC) di PROVINSI ACEH TAHUN

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN

B.2. Pengawasan Izin Lingkungan

Dalam rangka melihat tingkat ketaatan yang dilakukan oleh pelaku usaha/kegiatan, pemerintah diwajibkan untuk melakukan pengawasan terhadap pelaku usaha/kegiatan tersebut melalui dokumen lingkungannya. Pengawasan terhadap dokumen lingkungan

Tahun 2014 Tahun 2013 Tahun 2012 0 20 40 60 80 100 120 140 AMDAL UKL/UPL SPPL Tahun 2014 Tahun 2013 Tahun 2012

Bab IV Upaya Pengelolaan Lingkungan IV- 129 menjadi penting karena dapat dilihat semua yang menjadi kewajiban pelaku usaha yang harus dipatuhi dan tidak boleh dilanggar.

Dari kegiatan pengawasan yang telah dilakukan oleh Bapedal Aceh terhadap dokumen lingkungannya berupa Dokumen Amdal, UKL-UPL serta SPPL, masih terdapat pelaku usaha yang belum memiliki dokumen lingkungan, masih terdapat pelaku usaha yang belum rutin melaporkan kegiatan berupa pemantauan dan pengelolaan lingkungan seperti yang terdapat dalam dokumen lingkungan kegiatannya. Namun terdapat juga pelaku usaha yang sudah melakukan beberapa kewajiban terhadap ingkungan tapi belum menindaklanjutinya berupa pelaporan semester.

Dari 24 usaha/kegiatan yang dilakukan pengawasan di Aceh, sebagian usaha/kegiatan masuk kategori baik dalam hal pemenuhan dokumen izin lingkungan dan pengelolaan lingkungan. Namun masih terdapat beberapa usaha/kegiatan yang terkendala dengan tidak ada dokumen, blm ada izin pembuangan air limbah, Belum ada izin pengambilan air permukaan. Namun ada juga perusahaan yang tidak dapat menunjukkan dokumen yang menyangkut perizinan sehingga dibuat BAP Penolakan (Tim tidak diterima perusahaan) seperti yang tertera dalam Buku Data Tabel UP-4.

C. Penegakan Hukum

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup memberikan mandat kepada instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan aparat penegak hukum seperti Penyidik (PPNS LH dan POLRI), Jaksa dan Hakim untuk mendayagunakan instrumen penegakan hukum lingkungan, baik melalui penerapan sanksi administratif, penegakan hukum perdata (penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar dan melalui pengadilan) dan penegakan hukum pidana. Penegakan hukum pidana dalam konteks hukum lingkungan bersifat ultimum remedium. Dimana instrumen pidana merupakan solusi terakhir atas kejahatan lingkungan yang dilakukan oleh orang (orang perseorangan dan/atau badan usaha yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum). Hukum lingkungan juga mendayagunakan hukum administrasi dan hukum perdata sebagai alat untuk meminimalisir kejahatan lingkungan.

Dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pemerintah dan pemerintah daerah mempunyai kewajiban untuk menindaklanjuti pengaduan lingkungan hidup sesuai dengan kewenangannya. Tindak lanjut pengaduan lingkungan tersebut dilakukan melalui tahapan inventarisasi dan klarifikasi pengaduan lingkungan sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pengaduan dan Penanganan Pengaduan Akibat Dugaan Pencemaran dan/atau Perusakan Lingkungan Hidup. Dari pengaduan lingkungan bisa saja berlanjut

Bab IV Upaya Pengelolaan Lingkungan IV- 130 kepada sengketa lingkungan hidup setelah dilakukan verifikasi oleh instansi yang berwenang di bidang lingkungan hidup.

Status Pengaduan Masyarakat

Pada tahun 2014 terdapat 30 masalah pengaduan lingkungan (Buku Data Tabel UP- 5), kasus ini lebih sedikit dibandingkan pada tahun sebelumnya tahun 2013. Hal ini karena tidak semua kabupaten/Kota tersedia data. Sebagian merupakan permasalahan lingkungan yang sama dengan tahun 2013. Permasalahan lingkungan yang diadukan masyarakat terdiri dari 4 jenis pengaduan masalah lingkungan di Aceh yaitu tidak ada izin lingkungan, pencemaran, galian C dan masalah sampah.

Pemerintah Aceh telah menindak lanjuti pengaduan masyarakat dengan mengklarifikasi terhadap dugaan kerusakan lingkungan tersebut ke lapangan. Dari 30 pengaduan masalah oleh masyarakat tersebut, jenis masalah pencemaran mendominasi pengaduan masyarakat di Aceh, yaitu sebanyak 25 Pengaduan. Adapun pengaduan masalah lingkungan lainnya yaitu galian C, tanpa izin lingkungan dan masalah persampahan. Berikut adalah grafik klasifikasi jenis pengaduan masalah lingkungan yang diadukan masyarakat :

Gambar IV.2. Klasifikasi Jenis Pengaduan Masalah Lingkungan yang Diadukan Masyarakat

Setiap pengaduan yang masuk ke Bapedal Aceh (termasuk tembusan), ditindaklanjuti baik secara administrasi dan/atau dengan cara melakukan klarifikasi dan verifikasi lapangan. Dalam penanganan pengaduan, Bapedal Aceh menerapkan mekanisme :

1. Melimpahkan penanganan pengaduan ke kabupaten/kota tanpa melakukan klarifikasi dan verifikasi lapangan karena merupakan kewenangan pemerintah kabupaten/kota yang bersangkutan. 0 5 10 15 20 25 30 Tanpa Izin Lingkungan

Pencemaran Galian C Sampah

Bab IV Upaya Pengelolaan Lingkungan IV- 131 Dalam pelimpahan penanganan pengaduan kabupaten/kota untuk :

a. Menindaklanjuti pengaduan tersebut dengan memberikan jangka waktu. b. Menyampaikan hasil pengaduan ke Bapedal Aceh.

Apabila dalam jangka waktu yang telah ditentukan pemerintah kabupaten/kota tidak menindaklanjuti, maka Bapedal Aceh melakukan klarifikasi dan verifikasi lapangan secara terkoordinasi dengan instansi teknis di Provinsi Aceh dan pemerintah kabupaten/kota yang bersangkutan. Hasil klarifikasi dan verifikasi lapangan (termasuk hasil laboratorium) serta saran tindak lanjut disampaikan kepada Bupati/Walikota dengan tembusan instansi teknis di Pemerintah Aceh maupun pemerintah kabupaten/kota serta pihak yang melakukan pengaduan.

2. Jika pengaduan merupakan kewenangan Pemerintah Provinsi Aceh, maka Bapedal Aceh akan melakukan klarifikasi dan verifikasi lapangan secara terkoordinasi bersama-sama dengan instansi teknis di Pemerintah Provinsi Aceh dan pemerintah kabupaten/kota. Hasil klarifikasi dan verifikasi lapangan serta saran tindak lajut disampaikan kepada pemilik kegiatan dengan tembusan instansi teknis di wilayah Pemerintah Aceh maupun pemerintah kabupaten/kota serta pihak yang melakukan pengaduan.

3. Apabila pengaduan merupakan kewenangan Pemerintah, maka akan dilakukan klarifikasi dan verifikasi lapangan secara terkoordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota tempat sumber dampak atau penerima dampak yang berada di wilayah Provinsi Aceh. Hasil klarifikasi dan verifikasi lapangan serta analisa laboratorium akan disampaikan dan diserahkan penanganan pengaduan selanjutnya kepada Kementerian Lingkungan Hidup melalui surat dengan tembusan instansi teknis di Provinsi Aceh dan pemerintah kabupaten/kota yang bersangkutan.

D. PERAN SERTA MASYARAKAT

Peran serta masyarakat merupakan proses yang melibatkan masyarakat umum dengan melakukan komunikasi dua arah yang berlangsung terus menerus untuk meningkatkan kerjasama dalam mengelola permasalahan baik itu yang bersifat kebijakan, strategi dan teknis, dan berbagai permasalahan dibidang lingkungan.

Dalam konteks hak-hak masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam suatu konvensi di Denmark pada 25 Juni 1998 telah menetapkan 3 pilar yang menjamin hak-hak rakyat dalam kerangka pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan (to sustainable and environmentally sound development), yakni: Akses terhadap Informasi. Peran serta dalam pengambilan Keputusan dan Akses terhadap Keadilan.

Keterlibatan masyarakat diperlukan sejak tahap perencanaan yang bertujuan untuk menghasilkan masukan dan persepsi yang berguna dari warga negara dan masyarakat yang

Bab IV Upaya Pengelolaan Lingkungan IV- 132 berkepentingan (public interest) dalam rangka meningkatkan kualitas pengambilan keputusan lingkungan. Karena dengan melibatkan masyarakat yang potensial terkena dampak kegiatan dan kelompok kepentingan (interest groups), para pengambil keputusan dapat menangkap pandangan, kebutuhan dan pengharapan dari masyarakat dan kelompok tersebut dan menuangkannya ke dalam konsep. Pandangan dan reaksi masyarakat itu, sebaliknya akan menolong pengambil keputusan untuk menentukan prioritas, kepentingan dan arah yang positif dari berbagai faktor.

Upaya peningkatan peran serta masyarakat dilakukan melalui beberapa pendekatan antara lain:

1. Pelibatan LSM dalam pengelolaan lingkungan hidup 2. Stimulasi dengan pemberian penghargaan

3. Penyuluhan, workshop, sosialIsasi dan kampanye lingkungan 4. Kegiatan fisik lainnya dengan pelibatan masyarakat

Dalam dokumen LAPORAN SLHD 2014 PROVINSI ACEH (Halaman 138-142)