• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kuadran III Kuadran

B. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS KUESIONER

1. Data Umum Responden a Asal Responden

Berdasarkan data yang diperoleh dari Perum Perhutani, sebagian besar responden adalah perusahaan, yaitu sebanyak 43 responden atau sebesar 75% dan sebanyak 14 responden atau sebesar 25% adalah individu. Hal tersebut sesuai dengan target Perum Perhutani yaitu pelanggan dari skala industri dan bukanlah pelanggan end-user. Pelanggan dengan skala curah membeli secara curah. Perum Perhutani menilai dengan penjualan secara curah atau partai besar lebih baik untuk sementara karena kontraknya jelas, pembelian jelas sehingga produksi terserap walaupun keuntungan yang didapat lebih kecil karena

54 tidak ada added value. Adapun diagram frekuensi asal responden dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Diagram frekuensi asal responden 1) Individu

a) Jenis Kelamin

Berdasarkan data yang diperoleh dari kuesioner, sebanyak 14 reponden, yaitu sebanyak 5 responden berjenis kelamin pria, dan 9 responden berjenis kelamin wanita. Antara pria dan wanita terdapat perbedaan pada jumlahnya, namun tidak terlampau jauh perbedaannya. Hal ini mengindikasikan bahwa produk minyak kayu putih ini dapat dikonsumsi oleh siapa saja. Adapun diagram frekuensi jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 6.

55 Gambar 6. Diagram frekuensi jenis kelamin

b) Usia

Usia dapat mempengaruhi selera seseorang terhadap barang dan jasa (Kotler, 2005). Berdasarkan data yang dikumpulkan dapat dilihat bahwa 7% responden berusia 25-34 tahun, 50% berusia 35- 44 tahun, 43% berusia lebih dari 45 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah responden terbanyak berada pada usia dewasa. Tapi pada dasarnya produk ini dapat digunakan oleh semua kalangan usia. Namun produk minyak kayu putih yang dijual Perum Perhutani dalam bentuk curah dikhususkan untuk skala industri. Adapun diagram frekuensi usia dapat dilihat pada Gambar 7.

56 Gambar 7. Diagram frekuensi usia

c) Pendidikan Terakhir

Tingkat pendidikan responden mempengaruhi dalam pemilihan konsumsi barang atau jasa khususnya dalam hal kualitas. Seseorang yang berpendidikan tinggi akan mempunyai cara pandang yang berbeda dibandingkan dengan seseorang yang tidak berpendidikan. Berdasarkan hasil survei diketahui bahwa tingkat pendidikan responden cukup beragam. Satu orang berpendidikan terakhir SMP dan satu orang adalah Pascasarjana. Dua orang berpendidikan terakhir SMU/SMK. Diploma sebanyak tiga orang dan tujuh orang sisanya adalah Sarjana. Responden yang ditemui mayoritas berpendidikan cukup tinggi, artinya responden cukup pandai untuk memilih barang atau jasa yang mereka akan gunakan. Adapun diagram frekuensi pendidikan terkahir dapat dilihat pada Gambar 8.

57 Gambar 8. Diagram frekuensi pendidikan terakhir d) Pekerjaaan

Sebagian besar pekerjaan dari pelanggan Perum Perhutani adalah pelanggan yang berprofesi sebagai pegawai swasta sebanyak empat orang, wiraswasta sebanyak tujuh orang, dan pegawai negeri sebanyak tiga orang, dan pelajar atau mahasiswa tidak ada dalam daftar responden maka dapat disimpulkan bahwa pelanggan adalah yang profesional dibidangnya. Adapun diagram frekuensi pekerjaan dapat dilihat pada Gambar 9.

58 e) Rata-Rata Pengeluaran

Sama halnya dengan pendidikan tekakhir dan pekerjaan responden, pengeluaran pun berhubungan dengan bagaimana cara seseorang mengkonsumsi barang atau jasa. Sebanyak satu orang mengeluarkan uang per bulannya lebih dari 4,5 juta rupiah. Dua orang mengeluarkan uang sebesar 1,5 juta sampai 2,5 juta rupiah per bulan, tiga orang mengeluarkan uang sebesar 3,5 juta sampai 4,5 juta rupiah. Dari data dapat dilihat bahwa sebenarnya produk minyak kayu putih ini adalah produk premium. Frekuensi pendidikan terkahir dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Diagram frekuensi rata-rata pengeluaran 2) Perusahaan

Pelanggan Perhutani sebagian besar adalah perusahaan, baik perusahaan kecil, menengah sampai perusahaan besar. Perusahaan tersebut dibagi dalam beberapa klasifikasi. Pembagian berdasarkan sektor mana perusahaan beroperasi, jumlah tenaga kerja, omzet per tahun dan berapa lama perusahaan telah berdiri.

a) Sektor

Perusahaan yang menjadi pelanggan Perum Perhutani datang dari berbagai sektor, contohnya dari sektor pertanian, jasa, perdagangan, farmasi dan lain-lain. Dari data yang didapat,

59 sebanyak dua perusahaan dari sektor pertanian, sebanyak 10 perusahaan dari sektor jasa, sebanyak 20 perusahaan dari sektor perdagangan, sebanyak sembilan perusahaan dari sektor farmasi dan sisanya dua perusahaan dari pendidikan. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa semua jenis perusahaan dapat ikut serta dalam menjalankan bisnis penjualan minyak kayu putih. Adapun diagram frekuensi sektor perusahaan dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Diagramfrekuensi sektor perusahaan b) Jumlah Tenaga Kerja

Besar kecilnya perusahaan dapat dilihat dari jumlah tenaga kerja yang bekerja pada suatu perusahaan. Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki jumlah tenaga kerja lebih dari 99 orang, sedangkan perusahaan menengah memiliki pekerja antara 5 - 99 orang, dan perusahaan kecil memiliki tenaga kerja kurang dari 5 orang. Dari data yang telah dikumpulkan, ada dua perusahaan yang termasuk perusahaan besar yang menjadi pelanggan, selain itu ada 26 perusahaan yang termasuk perusahaan menengah dan sisanya yaitu 15 perusahaan adalah perusahaan kecil. Dari data yang ada dapat ditarik kesimpulan, bahwa perusahaan yang ikut andil dalam bisnis minyak kayu putih adalah perusahaan menengah. Perusahaan

60 menengah adalah perusahaan yang memiliki potensi yang cukup besar. Perusahaan tersebut rata-rata memiliki modal yang cukup dan pengetahuan yang luas untuk tetap bertahan pada bisnis reseller minyak kayu putih. Adapun diagram frekuensi jumlah tenaga kerja dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Diagram frekuensi jumlah tenaga kerja c) Omzet per Tahun

Selain jumlah tenaga kerja, omzet per tahun pada perusahaan juga dapat menentukan besar kecilnya suatu perusahaan. Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki omzet lebih dari tiga milyar rupiah per tahun, sedangkan perusahaan menengah memiliki omzet antara 100 juta rupiah sampai tiga milyar rupiah per tahun, dan perusahaan kecil memiliki omzet kurang dari 100 juta rupiah per tahun. Dari data yang telah dikumpulkan, ada lima perusahaan yang termasuk perusahaan besar yang menjadi pelanggan, selain itu ada 20 perusahaan yang termasuk perusahaan menengah dan sisanya yaitu 18 perusahaan adalah perusahaan kecil. Berdasarkan data yang ada dapat ditarik kesimpulan, bahwa perusahaan yang ikut andil dalam bisnis minyak kayu putih adalah perusahaan menengah. Hal ini artinya bahwa minyak kayu putih ini

61 adalah contoh produk premium yaitu produk yang cukup mahal dan rata-rata perusahaan menengah dengan modal yang cukup dapat bertahan dan berkembang di bisnis minyak kayu putih. Adapun diagram frekuensi omzet per tahun dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Diagram frekuensi omzet per tahun 2. Aspek Konsumen

a. Pengetahuan Tentang Produk

Minyak kayu putih adalah hasil penyulingan dari daun kayu putih segar dan ranting (terminal branchlet) dari species melaleuca. Minyak kayu putih merupakan minyak atsiri (Essential oil) disebut juga ethereal atau volatile oil (minyak yang mudah menguap) dan memiliki aroma khas yang diperoleh dari tanaman tersebut. Beberapa jenis spesies yang mampu menghasilkan minyak kayu putih komersial antara lain Melaleuca leucadendron, Melaleuca cajeputi, Melaleuca vividiflora dan Melaleuca minor. Manfaat minyak kayu putih bagi kesehatan sudah banyak diketahui orang, minyak kayu putih dapat digunakan untuk melegakan tenggorokan, mencegah iritasi, mengobati luka, rubifacien dan penghambat jamur.

Informasi khusus mengenai suatu produk akan mempengaruhi konsumen dalam pengambilan keputusan untuk mengkonsumsi suatu produk. Informasi tersebut berasal dari dua sumber, pertama

62 nonpersonal berupa televisi, majalah, koran, internet, dan media massa. Kedua, berupa omongan atau komunikasi lisan (word of mouth atau WOM) dari teman-teman, para kenalan serta relasi bisnis yang berkaitan dengan organisasi.

Sebanyak 53 % responden mendapat sumber informasi produk melalui relasi, termasuk didalamnya teman dan keluarga. Ini menunjukkan bahwa informasi WOM sangat efektif dalam mempengaruhi konsumen untuk membeli. Sebanyak 37 % responden mendapat sumber informasi produk melalui Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) yaitu tempat penjualan produk-produk Perum Perhutani hasil hutan kayu maupun non kayu. Sisanya 10 % responden mendapat sumber informasi melalui media massa seperti brosur, pamflet, dan website (internet). Adapun diagram frekuensi pembelian dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Diagram frekuensi pengetahuan tentang produk Minyak kayu putih produk Perum Perhutani tidak pernah diiklankan dalam media massa seperti iklan di televisi ataupun majalah, sebab biaya yang dikeluarkan untuk promosi tidaklah kecil. Namun melihat gambar diatas, fungsi WOM sangat baik untuk penyebaran informasi kepada konsumen. Oleh sebab itu Perum Perhutani harus mampu menjaga loyalitas pelanggan, dengan cara meningkatkan kualitas khususnya pelayanan kepada konsumen. Dengan demikian,

63 produk tetap memiliki nama dan citra positif di mata pelanggan walaupun tanpa menggunakan sarana komunikasi global seperti iklan baik media cetak maupun elektronik.

b. Tujuan Pembelian Produk

Ada dua tujuan pelanggan membeli produk minyak kayu putih, yaitu untuk bisnis dan non-bisnis. Untuk bisnis, minyak kayu putih tersebut dijual kembali oleh responden dalam bentuk kemasan baru yang telah atau belum diolah lagi. Sedangkan untuk non-bisnis digunakan untuk konsumsi pribadi. Dari responden yang disurvei diketahui bahwa sebesar 96% memilih bisnis sebagai tujuan pembelian, sedangkan sisanya 4% membeli minyak kayu putih untuk tujuan non-bisnis. Kondisi pelanggan ini sesuai dengan target Perum Perhutani yaitu industri pengolah lanjutan. Adapun frekuaensi tujuan pembelian dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15. Diagram frekuensi tujuan pembelian produk c. Pertimbangan Pembelian Produk

Pertimbangan pertama pelangan dalam mengkonsumsi produk minyak kayu putih Perum Perhutani adalah kualitas atau mutu minyaknya yang baik. Pada pertanyaan ini, responden dapat mengisi lebih dari satu jawaban. Sebanyak 57 responden atau 100% responden sepakat bahwa pertimbangan pembelian minyak kayu putih karena

64 mutunya yang baik. Selain itu pertimbangan pembelian lainnya dikarenakan oleh aromanya yang khas yaitu sebanyak 27 responden dari 57 responden, lalu banyak permintaan dari pasar sebanyak 25 responden, kemudian harga yang terjangkau dipilih oleh 18 responden dari 57 responden, dan produk yang mudah didapatkan dipilih sebanyak lima orang. Sebanyak 3 responden dari 57 responden memilih dan lain-lain atau pelayanannya yang memuaskan. Adapun frekuensi pertimbangan pembelian produk dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16. Grafik frekuensi pertimbangan pembelian

Berdasarkan wawancara dengan beberapa responden, para responden percaya bahwa mutu produk minyak kayu putih yang dihasilkan Perum Perhutani adalah baik. Hal ini terbukti dari pengamatan dan pengumpulan data sekunder dari perusahaan mengenai kualitas minyak kayu putih Perum Perhutani yang dapat dilihat pada Lampiran 5. Berdasarkan hasil pengujian, mutu minyak kayu putih produk Perum Perhutani mengandung kadar sineol > 55%. Dengan demikian sesuai standar SNI No. 06-5009.11-2001 tentang minyak kayu putih, kualitas atau mutu utama memiliki kadar sineol lebih besar atau sama dengan 55%.

65 d. Frekuensi Ukuran Pembelian

Ukuran banyaknya pembelian dapat mengukur daya beli pelanggan. Pada produk minyak kayu putih, ukuran pembelian dibagi kedalam tiga kategori, yaitu pembelian kurang dari 100 kg, pembelian 100 kg sampai 1000 kg, dan lebih dari 1000 kg. Pada pembelian kurang dari 100 kg dipilih 21 responden, yaitu pelanggan yang merupakan perusahaan kecil maupun individu. Didapat keterangan dari proses wawancara bahwa responden tersebut merupakan beberapa koperasi dari berbagai organisasi seperti lembaga pendidikan dan lembaga pemerintahan. Namun diantaranya juga terdapat perusahaan menengah yang membeli produk dengan ukuran kurang dari 100 kg.

Pembelian ukuran sedang atau 100 kg - 1000 kg dipilih oleh 23 responden. Pada kategori ini responden adalah individu dan perusahaan menengah. Pada pembelian dengan ukuran lebih dari 1000 kg dipilih oleh 13 responden. Responden ini terdiri perusahaan besar dan beberapa orang individu. Adapun frekuensi ukuran pembelian produk dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar 17. Diagram frekuensi ukuran pembelian e. Frekuensi Tempat Pembelian

Dari 57 responden yang telah mengisi kuesioner, dapat diketahui bahwa pelanggan produk minyak kayu putih Perum Perhutani lebih banyak memilih KBM Unit II di Surabaya di banding tempat lainnya, yaitu sebanyak 27 responden atau 47% dari seluruh responden.

66 Sebanyak 15 responden memilih KBM Unit I Semarang untuk dijadikan tempat pembelian produk. Sisanya sebanyak sembilan responden dan enam responden memilih KBM Unit III di Bandung dan kantor Direksi Pusat di Jakarta. Adapun frekuensi tempat pembelian produk dapat dilihat pada Gambar 18.

Gambar 18. Diagram frekuensi tempat pembelian

D. PENILAIAN RESPONDEN DAN TINGKAT KESESUAIAN