• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1 Latar Belakang Dan Sejarah

Kuadran III Kuadran

A. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1 Latar Belakang Dan Sejarah

Sejarah pengelolaan hutan di Indonesia dimulai sejak jaman pemerintahan Belanda jauh sebelum kemerdekaan negara Indonesia diproklamirkan. Pada masa Gubernur Jendral Hindia Belanda – Deandels, awal tahun 1800 an dibangun hutan tanaman khususnya jati yang terus berkembang dalam luasan yang tersebar di Pulau Jawa. Pada tahun 1985 diterbitkan Undang-Undang Kehutanan untuk pengelolaan hutan di Jawa dan Madura, dan sejak periode inilah pengelolaan hutan (timber management) dimulai.

Perum Perhutani menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berada dibawah pembinaan Kementrian BUMN dengan bimbingan teknis Departemen Kehutanan. Perum Perhutani didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 15 Tahun 1972 dengan wilayah kerja pada awalnya kawasan hutan negara di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada tahun 1978, berdasarkan PP No. 2 Tahun 1978, Perum Perhutani diberikan tambahan kawasan hutan negara di Propinsi Jawa Barat untuk dikelola dan diusahakan.

Pada tahun 1986, Perum Perhutani mengalami penyesuaian sebagaimana diamanatkan dalam PP No. 36 Tahun 1986 tentang Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani) dan disempurnakan kembali melalui penetapan PP No. 53 Tahun 1999 tentang Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani). Pada masa pemerintahan Kabinet Reformasi, Perum Perhutani ditetapkan sebagai BUMN dengan bentuk Perseroan Terbatas (PT) sesuai PP No. 14 Tahun 2001. Dengan pertimbangan banyak aspek, keberadaan Perhutani sebagai perseroan dikembalikan menjadi Perum berdasarkan PP No. 33 Tahun 2003.

Saat ini Perum Perhutani mengelola kawasan hutan seluas 1.989.817 hektar hutan produksi dan 533.621 hektar hutan lindung. Dari luas kawasan hutan produksi

49 tersebut seluas 1.204.577 hektar berupa tanaman jati, dan areal lainnya tanaman selain jati antara lain jenis tanaman Pinus, Agathis, Maoni, Sono, dan Melaleuca (tanaman penghasil minyak kayu putih). Produk utama Perhutani selain kayu (kayu bulat dan kayu gergajian) adalah non kayu, antara lain: terpentin, madu, kopal, lac, sutera dan minyak kayu putih.

Seiring dengan perkembangan zaman, Perum Perhutani menangkap peluang usaha dari pengelolaan tanaman kayu putih, sehingga pada tahun 1969 dibangun sebuah pabrik minyak kayu putih di Kecamatan Gundih. Pada tahun 1972, Direksi Perhutani Jawa Tengah menetapkan BKPH Gundih yang secara keseluruhan merupakan tanaman kayu putih sebagai Kelas Perusahaan Kayu Putih.

Dasar pertimbangan penempatan lokasi pabrik minyak kayu putih tersebut adalah aksesbilitas (prasarana jalan dan jarak) relatif strategis untuk angkutan daun kayu putih menuju pabrik serta kebutuhan air untuk proses penyulingan tersedia sepanjang musim. Untuk memenuhi kebutuhan air ini telah dibangun bendungan.

2. Visi Dan Misi Perusahaan

Visi Perum Perhutani adalah “Menjadi pengelola hutan lestari untuk sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat” dengan misi-misi nya adalah :

a. Mengelola sumberdaya hutan dengan prinsip Pengelolaan Hutan Lestari berdasarkan karakteristik wilayah dan Daya Dukung Daerah Aliran Sungai (DAS) serta meningkatkan manfaat hasil hutan kayu dan bukan kayu, ekowisata, jasa lingkungan, agroforestri serta potensi usaha berbasis kehutanan lainnya guna menghasilkan keuntungan untuk menjamin pertumbuhan perusahaan secara berkelanjutan..

b. Membangun dan mengembangkan perusahaan, organisasi serta sumberdaya manusia perusahaan yang modern, profesional dan handal serta memberdayakan masyarakat desa hutan melalui pengembangan lembaga perekonomian koperasi masyarakat desa hutan atau koperasi petani hutan. c. Mendukung dan turut berperan serta dalam pembangunan wilayah secara

regional dan nasional, serta memberikan kontribusi secara aktif dalam penyelesaian masalah lingkungan regional, nasional dan internasional.

50

3. Lokasi Dan Tata Letak

Kantor pusat Perum Perhutani terletak di Gedung Manggala Wanabakti Blok VII Lantai 8-11 Jl. Gatot Subroto, Senayan Jakarta Pusat dengan wilayah kerja meliputi seluruh hutan Negara kecuali kawasan hutan konservasi yang terdapat di Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah (Unit I), Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur (Unit II) dan Provinsi Daerah Tingkat Jawa Barat (Unit III). Berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor 195 /Kpts-II/2003 tanggal 4 Juli 2003 wilayah unit III disebut sebagai wilayah Unit III Jawa Barat dan Banten. Total kawasan hutan yang diolah oleh Perum Perhutani adalah 2.512.407 terdiri dari kawasan hutan di Unit I Jawa Tengah seluas 646.720 Ha, Unit II Jawa Timur seluas 1.136.479 Ha dan Unit III Jawa Barat dan Banten seluas 729.208 Ha.

Pengelolaan hutan disetiap wilayah provinsi dilaksanakan oleh unit-unit kerja, yaitu wilayah kerja Unit I Jawah Tengah terbagi dalam 20 Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH), wilayah kerja Unit II Jawah Timur terbagi dalam 23 KPH dan wilayah kerja Unit III Jawah Barat dan Banten terbagi dalam 14 KPH. Batas wilayah hutan yang dikelola oleh setiap unit kerja mengikuti batas Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai suatu ekosistem dalam pengelolaan hutan.

Perum Perhutani memiliki 11 pabrik minyak kayu putih yang tersebar di Unit I, Unit II dan Unit III dengan kapasitas produksi yang berbeda- beda. Nama-nama pabrik dengan kapasitas produksi, KPH yang memangku serta letak pabrik tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.

51 Tabel 4. Pabrik-Pabrik Minyak Kayu Putih Perum Perhutani

Nama Pabrik Nama KPH Unit Kapasitas

(per tahun) 1 PMKP. Krai KPH. Gundih Unit I 80 Ton minyak 2 PMKP. Sukun

KPH. Madiun Unit II 96 Ton minyak 3 PMKP. Kupang KPH. Mojokerto Unit II 57,6 Ton minyak 4 PMKP. Bagor KPH. Nganjuk

Unit II 2,4 Ton minyak 5 PMKP.

Manding

KPH. Madura

Unit II 2,4 Ton minyak 6 PMKP. Sruwi KPH. Pasuruan Unit II 6,4 Ton minyak 7 PMKP.

Jatimunggul 1

KPH. Indramayu

Unit III 43,2 Ton minyak 8 PMKP.

Jatimunggul 2 KPH. Indramayu Unit III 86,4 Ton minyak 9 PMKP.

Jatimunggul 3 KPH. Indramayu Unit III 80 Ton minyak 10 PMKP.

Tonjong KPH. Kuningan Unit III 10,8 Ton minyak 11 PMKP.

Ciminyak

KPH. Sukabumi

Unit III 6,5 Ton minyak *Ket = Total pengolahan yang dilakukan sebesar 51.750 ton daun kayu putih.

Sumber : Perum Perhutani, 2007

4. Struktur Organisasi

Dalam menjalankan tugasnya Perum Perhutani dipimpin oleh Direksi yang bertanggung jawab atas kepengurusan perusahaan dan Dewan Pengawas yang bertugas melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi. Struktur organisasi Perum Perhutani berdasarkan SK Direksi Nomor : 554/KPTS/DIR/2005, tanggal 26 September 2005 dapat dilihat pada Lampiran 1.

5. Ketenagakerjaan

Jumlah sumberdaya manusia atau karyawan Perum Perhutani sampai dengan akhir tahun 2008 adalah sebanyak 13.162 orang. Jumlah dan tingkat pendidikan SDM yang dimilki Perum Perhutani merupakan tantangan perusahaan didalam pengelolaannya mengingat dominasi jumlah karyawan pada tingkat pendidikan rendah memerlukan kebijakan yang terarah dan konsistensi pada semua aspek

52 seperti proses restrukturisasi, rekruitmen, pemberian reward dan punishment, pelatihan, pengembangan, promosi dan mutasi. Untuk meningkatkan kualitas SDM yang sudah ada, Perum Perhutani mendirikan Pusat Latihan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (P3SDM). P3SDM mempunyai fungsi sebagai unit pelaksanaan pelatihan dan pengembangan SDM perhutanan.

Dalam melaksanakan pengusahaan sumberdaya hutan, Perum Perhutani didukung oleh sumberdaya manusia sebanyak 13.162 orang, dengan rincian 1.329 PNS diperbantukan, 11.558 orang pegawai perusahaan dan 275 calon pegawai. Selain pegawai tersebut diatas terdapat pula tenaga bantu berupa 3.797 orang pegawai harian, 4.625 orang tenaga kerja kontrak (TKK) serta 9.247 orang tenaga borong. Disamping SDM tersebut Perum Perhutani didalam pengelolaannya melibatkan pula masyarakat di sekitar hutan yang ikut bekerja didalam berbagai kegiatan pengelolaan sebanyak 320.545 orang.