• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut H. A. Pandopo26 istilah “koor” ini sebenarnya berasal dari kata khorusi dalam bahasa Latin atau khoros dalam bahasa Yunani, yang berarti dua kelompok penyanyi atau penari.

Istilah ini kemudian diambil alih dan digunakan di dalam gereja untuk menyebutkan dua kelompok penyanyi yang bernyanyi secara berbalas-balasan dalam ibadah jemaat. Lambat laun, kelompok penyanyi itu sendiri disebut menurut istilah tersebut: di Belanda sebagai koor/ zangkoor dan di Inggris sebagai choir. Dewasa ini, istilah “koor” masih digunakan juga dalam beberapa literatur tentang musik dan nyanyian gereja.

Dengan demikian, istilah “paduan suara” di dalam bahasa Indonesia cukup tepat, sebab istilah tersebut lebih menekankan sifat dan karakter kelompok penyanyi ini. Mereka bukan kelompok penyanyi yang di dalam gereja, harus bernyanyi silih-berganti dengan jemaat sebagaimana penampilan klasiknya,

      

25

Ibid, hal., 219-226. 26

H.A.Pandopo, Menggubah Nyayian Jemaat: Penuntun Untuk Pengadaan Nyayian Gereja,BPK Gunung Mulia,(Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1984), hal., 21.

melainkan juga menekankan perpaduan yang harmonis baik antara suara masing-masing penyanyi yang bernyanyi bersama-sama, serta keseimbangan yang serasi antara masing-masing kategori/ tipe suara penyanyi (Sopran, Alto, Tenor dan Bas).

Istilah “paduan suara” merujuk kepada suatu kelompok penyanyi yang bernyanyi secara bersama-sama. Dari pengertian ini seluruh jemaat yang bernyanyi pun dapat dikelompokkan sebagai suatu paduan suara. Akan tetapi, di dalam perkembangan seni suara di Indonesia, istilah paduan suara telah digunakan secara khusus untuk menyebutkan suatu kelompok penyanyi (biduan) yang bernyanyi dalam dua jenis suara (sopran dan alto) atau lebih (sopran, alto, tenor dan bas). Binsar Sitompul27, salah seorang ahli musik Indonesia, memberikan batasan bagi istilah paduan suara sebagai suatu himpunan sejumlah penyanyi yang dikelompokkan menurut jenis suaranya. Jenis suara yang ia maksudkan di sini adalah jenis suara yang dikenal dan diklasifikasikan dalam ilmu seni suara, yakni sopran/ mezzo-sopran (jenis suara anak-anak atau jenis suara tinggi dari kaum perempuan) dan alto (jenis suara yang rendah/ berat dari kaum perempuan), tenor (jenis suara yang tinggi dari kaum lelaki) dan bas/ bariton (jenis suara yang rendah/ berat dari laki-laki).

Paduan suara terdapat secara umum di dalam masyarakat umum sebagai suatu bentuk seni suara yang klasik. Sub bab ini secara khusus membahas paduan suara yang berkembang di dalam kehidupan gereja sebagai kelompok biduan dalam rangka peribadahan atau kesaksian gereja ke luar kepada masyarakat umum

      

27

Binsar Sitompul, Paduan Suara dan Pemimpinnya. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986), hal., 21.

kata “gerejawi” menyiratkan eksistensi paduan suara tersebut sebagai suatu kelompok penyanyi yang berciri kegerejaan. Artinya paduan suara itu memiliki karakter religius dalam tampilan dan misinya. Dengan kata lain, sifat gerejawi itu mengharuskan Paduan Suara Gerejawi tunduk pada kriteria-kriteria teologis (Liturgis).

Sebenarnya dari segi ilmu seni suara, Paduan Suara Gerejawi (PSG) tidak berbeda dengan paduan suara lainnya di dalam masyarakat. Namun demikian, yang membuatnya berbeda adalah kekhususannya sebagai paduan suara yang berciri kristiani atau gerejawi tersebut. Dalam hubungan ini, dapat dikatakan bahwa “tempat kehidupan” (setting of life) dari PSG adalah di dalam kehidupan gereja dan tanpa lingkungan kehidupan gereja, suatu PSG tidak dapat hidup. Ia dibutuhkan di dalam gereja sebagai salah satu kelompok biduan pendukung ibadah. Nyanyian yang dibawakannya berhubungan erat dengan peribadahan Kristen atau dengan seluruh ekspresi iman Kristen di dalam gereja itu sendiri maupun kepada masyarakat luas.

Pada masa-masa tahun 1960-an, banyak orang lebih suka menggunakan istilah koor atau zangkoor, yang mungkin dipengaruhi oleh kata pinjaman dari bahasa Belanda, karena pada masa itu istilah “paduan suara” belum populer. Di samping itu pada masa penjajahan dahulu, istilah “koor” juga digunakan di dalam partitur nyanyian gereja untuk menandai bagian nyanyian yang harus dinyanyikan secara bersama-sama oleh seluruh jemaat atau yang harus diulangi oleh para penyanyi; jadi sama seperti fungsi refrein dalam partitur nyanyian sekarang ini28.

      

28 Ibid.

Di HKBP istilah koor mengacu pada 4 pengertian yaitu koor sebagai kelompok Paduan suara gereja, koor sebagai partitur (kertas notasi dan teks lagu ) lagu dan koor sebagai judul dari lagu, dan koor sebagai musik vokal.

Pengertian koor sebagai Kelompok Paduan Suara Gereja dapat dilihat dari kutipan wawancara29 berikut:

”...ai molo didok antong: koor sian dia do na ro nuaeng tu hurianta? namarlapatan ma i patuduhon goar ni parkoor i isarana, koor Maranata, koor parari kamis sian Medan, koor naposobulung sian Jakarta dohot angka naasing...”

Artinya:

”... kalau di tanyakan Koor mana yang datang ke gereja kita? Itu berarti menunjuk pada nama kelompok koornya misalnya: koor Maranata, koor parari kamis dari Medan, koor muda-mudi dari Jakarta dan nama-nama kelompok koor lainnya...”

Kutipan diatas menegaskan pengertian koor sebagai sebutan yang menunjuk pada kelompok koor atau kelompok paduan suara.

Pengertian koor sebagai partitur (kertas notasi dan teks lagu) dapat dilihat dari kutipan wawancara berikut:

”...jala molo lao pangidohon harotas ni ende manang buku koor iba, somal do ni dok santabi jo Amang, pinjam jolo koor muna i. I ma napatuduhon ia koor i marlapatan do i harotas manang buku namarisi logu ni koor i...”

Artinya:

”... dan kalau kita hendak meminta kertas koor atau buku koor, biasanya kita menyebut permisi Pak, boleh pinjam koornya?. Hal ini menunjukkan kata koor berarti kertas koor atau buku koor...”

      

29

Hasil wawancara penulis dengan Bapak Pdt. W. Silitonga (Tarutung 23 januari 2011), Gr. D. Malau ( P.Siantar, 30 Februari 2011, Biv M. Sitorus (Laguboti 19 Januari 2011), Berman L.Tobing (Tarutung 21 Maret 2011).

Kutipan diatas menegaskan pengertian koor sebagai sebutan yang menunjuk pada buku koor, kertas notasi atau partitur koor.

Pengertian koor sebagai judul sebuah lagu dapat dilihat dari kutipan wawancara berikut:

”...ai molo didok antong koor aha do siendehonon ta ari minggu on? Na marlapatan ma i patuduhon goar ni ende i isarana Arbab, Nang Gumalunsang, Debatakku, Marsiaminaminan dohot angka naasing...”

Artinya:

”... kalau ditanyakan Koor apa yang akan kita nyanyikan hari minggu ini? Hal ini berarti apa judul koor yang akan dinyanyikan, misalnya: Arbab, Nang Gumalunsang, Debatakku, Marsiaminaminan dan nama-nama judul koor lainnya...”

Kutipan diatas menegaskan pengertian koor sebagai sebutan yang menunjuk pada judul dari lagu koor.

Pengertian koor sebagai koor sebagai musik vokal dapat dilihat dari kutipan wawancara berikut:

”...Mansai tabo hian koor ni parJakarta i bah, sai hira na disurgo nama puang hilalaon ate! Suarani soara sada i timbo alai jago jala parsoara opat i pe bongor jala boho...”

Artinya:

”... koor yang dibawakan kelompok koor yang dari Jakarta tadi benar-benar mantap, saat kita mendengarnya rasanya bagaikan di surga! Suara satu nadanya tinggi tapi kokoh sementara suara empatnya rendah tapi sempurna...”

Kutipan diatas menegaskan pengertian koor sebagai sebutan yang menunjuk pada koor sebagai suguhan musik ataupun sebagai musik vokal.

Selain pengertian-pengertian diatas masih ada istilah-istilah lainnya yang berkaitan dengan “koor” yaitu “Parkoor” yang berarti kelompok atau orang yang menyanyikan koor; “Markoor” yang merupakan kata kerja dari kata “koor” dan

yang berarti latihan koor, kata “Markoor” juga sering disebut dengan kata “Margurende” yang berasal dari kata “Marguru” (belajar atau Berlatih) dan kata “Ende” (nyanyian), jadi pengertian “Margurende”30 adalah berlatih koor.

Dalam konsep jemaat HKBP sendiri ada sebutan khusus untuk pembagian suara / jenis suara, seperti : “suara satu” untuk menyebut Jenis suara sopran baik untuk formasi koor gabungan (Sopran, Alto,Tenor, dan Bas atau 4 Suara) maupun untuk kelompok koor Wanita (Sopran, Mezzo Sopran dan Alto) serta untuk menyebut suara tenor 1 untuk kelompok koor pria (Tenor 1, Tenor 2, Bariton dan Bas); “suara dua” untuk menyebut Jenis suara alto pada koor gabungan dan suara mezzo sopran pada kelompok koor Wanita (Sopran, Mezzo Sopran dan Alto) serta untuk menyebut suara tenor 2 untuk kelompok koor pria (Tenor 1, Tenor 2, Bariton dan bas); “suara tiga” untuk menyebut Jenis suara tenor pada koor gabungan dan suara alto pada kelompok koor Wanita (Sopran, Mezzo Sopran dan Alto) serta untuk menyebut suara baritone untuk kelompok koor pria (Tenor 1, Tenor 2, Bariton dan bas); dan “suara empat” untuk menyebut Jenis suara bas pada koor gabungan dan suara untuk kelompok koor pria (Tenor 1, Tenor 2, Bariton dan bas).

Istilah kelompok koor wanita (ibu-ibu) disebut “Parari Kamis” yang secara harafiah berarti “Berhari Kamis”. Kata “Parari Kamis” ini berlatar belakang dari kebiasaan kelompok koor ibu-ibu Gereja HKBP yang pada

      

30

Walaupun Kata “Margurende” berarti berlatih nyanyian, akan tetapi di gereja HKBP tidak pernah disebut kata “Parende” (Penyanyi) kepada anggota atau kelompok koor melainkan kepada penyanyi diluar konsep kata “Koor” (misalnya kepada penyanyi solo atau Vokal grup baik itu penyanyi gereja maupun penyanyi diluar gereja atau sekuler). Sedangkan kata “Parkoor” atau “Pargurende” biasanya dikenakan kepada orang atau kelompok koor di gereja.

umumnya berlatih koor pada hari Kamis. Istilah “Parari Kamis” ini hanya disebut kepada kelompok koor ibu-ibu.

Istilah kelompok koor pria (kaum bapak) disebut “Mannen koor” yang secara harafiah berarti “koor pria”. Istilah “Mannen koor” ini hanya disebut kepada kelompok koor pria.

Istilah lainnya adalah “Koor Gabungan”. Istilah ini mempunyai beberapa pengertian seperti menyatakan dua atau lebih kelompok koor yang dalam penyajiannya sama-sama menyanyikan koor yang sama; baik itu sesama kelompok koor wanita ataupun pria dan penggabungan antara kelompok wanita dan pria. Istilah “Koor Gabungan” ini juga sering disebut dengan “Gemende Koor”.

Apabila kelompok-kelompok koor baik dari kelompok koor satu gereja ataupun dari beberapa gereja digabungkan dan sama-sama menyanyikan satu atau lebih koor, sering disebut dengan istilah “Koor Raksasa”.