• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kumpulan Koor Yang Menjadi Buku Haluaon na Gok HKBP

SEJARAH KOOR DI HURIA KRISTEN BATAK PROTESTAN (HKBP)

3.1 Sejarah koor di HKBP

3.1.3.1. Kumpulan Koor Yang Menjadi Buku Haluaon na Gok HKBP

Buku Haluaon Na Gok diartikan "keselamatan yang penuh". Sampai Tahun 1959 buku ende "Haluaon na gok" telah dipakai oleh HKBP dalam kebaktian minggu. Sebenarnya buku nyanyian Haluaon Na Gok sudah ada sejak Tahun 1934 tetapi belum diterima HKBP sebagai nyanyian resmi pada kebaktian minggu jemaat gereja HKBP karena para Pendeta Jerman maupun Pendeta Batak

menyebutkan bahwa "ende on ende ni na angka natondi-tondion99

" ("nyanyian ini seperti nyanyian orang yang kerasukan")100

.

Hal lain yang membuat penolakan itu adalah pada saat itu instrument musik gitar tidak di perbolehkan untuk mengiringi lagu koor pada kebaktian minggu di gereja. Pada sekitar tahun 1959 Buku Haluaon na Gok ini resmi dipakai oleh anggota jemaat dalam kebaktian minggu101

.

Tetapi satu hal yang jelas banyak sekali kaum perempuan yang merasa "kena strum" bila telah mendengar Zuster Elifiede Harder bernyanyi sambil bermain gitarnya. Terasa lagu-lagu tersebut kuat sekali menyentuh hati mereka yang terdalam, terutama ketika sedang menghadapi pergumulan. Dan entah bagaimana, lagu itu terasa menghantar mereka pada suatu kekuatan yang Illahi. Dalam perkembangannya, kemudian akhirnya lagu-lagu tersebut di terima oleh HKBP sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari buku Ende HKBP102

.

Tahun 1995, HKBP menerbitkan buku Bibel / Alkitab yang digabung dengan buku Ende HKBP yang bernot angka. Disana penomoran buku Ende bagian Haluaon Na Gok tidak lagi di mulai dari nomor 1 sampai 232 tetapi dimulai dengan nomor 374 sampai 556103.

Kini pun dalam perkembangannya, kemudian akhirnya lagu-lagu tersebut diterima oleh HKBP sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari buku ende HKBP. Banyak pengalaman banyak jemaat yang sedang bergumul di HKBP merasakan

      

99

Wawancara dengan Pdt B. Lumbantobing, MTh, di Pematang Siantar 10 januari 2011. 100

Wawancara dengan Pdt B. Lumbantobing, MTh, di Pematang Siantar 10 januari 2011. 101

Wawancara dengan Pdt B. Lumbantobing, MTh, di Pematang Siantar 10 januari 2011. 102

Wawancara dengan Pdt B. Lumbantobing, MTh, di Pematang Siantar 10 januari 2011; Wawancara dengan Pdt Pieter Simanjuntak, MTh, di Medan 23 januari 2011.

103

. Wawancara dengan Pdt B. Lumbantobing, MTh, di Pematang Siantar 10 januari 2011; Wawancara dengan Pdt Pieter Simanjuntak, MTh, di Medan 23 januari 2011.

bahwa nyanyian-nyanyian dan Haluaon Na Gok sangat bagus dan "menganyun-ayun"104.

Tahun 1995 HKBP menerbitkan buku Bibel/AIkitab yang digabung dengan buku Ende HKBP yang bernotasi angka. Disana penomoran Buku Ende bagian Haluaon Na Gok tidak lagi dimulai dan nomor 1 sampai 232 tetapi dimulai dengan nomor 374 sampai 556 pada saat penggabungan ini ada 49 nyanyian yang dibuang dari Haluaon Na Gok karena nyanyian tersebut telah ada pada Buku Ende HKBP bagian pertama.105

Buku Ende Haluaon na gok dicetak dengan penomoran yang dimulai dan nomor 1 sampai 232. Baru pada tahun 1995 penomorannya dirubah dengan menggabungkannya ke Buku Ende yang sebelumnya, dimulai dengan nomor 374 sampai 556. Sejak Szuster Elifiede Harder mengumpulkan nyanyian ini, beliau telah menuliskan sumber nyanyian dalam buku nyanyian Naluaon Na Gok.

Berikut sumber lagu Haluaon Na Gok: Buku Logu, Cantate, Carstem, Chrishhonalieder, Ende Angkola, Evangelischer Psalter, Evangeliumssanger, Fellowship Hymns, Frohe Botshaft, Guitarreileder jilid 1 dan 2, Judgenbundlieder, Missionsharfe, Musikant, Rettungsjubel, Reichslieder, Sankey Lieder, Sangergruss, Siegeslieder, Singet dem Herrn, Unser Lied , Vereinslieder, Wehr – und Waffenlieder, Zangbundel J. De Herr, Zangbundel Leger des Heils,

Zoeklicht dan “Selesele” semuanya berjumlah 26 sumber lagu106.

      

104

Wawancara dengan beberapa anggota jemaat HKBP, di Tarutung, Pematang Siantar dan Medan ( dapat dilihat pada halaman lampiran Tesis ini).

105

Wawancara dengan Pdt B. Lumbantobing, MTh, di Pematang Siantar 10 januari 2011. 106

Dari pembahasan diatas penulis melihat bahwa periode ini merupakan periode dimana koor-koor yang diajarkan ataupun yang dinyanyikan masih tetap didominasi oleh koor-koor pada periode sebelumnya akan tetapi beberapa orang dari pendeta HKBP mulai menerjemahkan sendiri lagu dari luar dan ada yang membuat teks sendiri memakai melodi dari luar107.

Dua buah lagu koor yang dinyanyikan di HKBP pada periodisasi ini akan dianalisi pada Bab V thesis ini yaitu yang berjudul: “ Las Ma Roham” dan “Singkop Do Asi Ni Roham”.

      

107

Mengenai jumlah koor yang mereka terjemahkan tidak ada data tertulis yang menyebutkannya.

3.1.4. Tahun 1962 – 2003

Pada rentang tahun ini banyak lagu-lagu koor yang dinyanyikan di seluruh gereja HKBP baik yang berasal dari luar Indonesia maupun yang berasal dari jemaat Kristen di Indonesia dan juga dari jemaat HKBP sendiri.

Ada beberapa nama pengarang koor yang dapat disebutkan baik dari kalangan Pendeta, Guru Jemaat, Bibelvrow, maupun jemaat HKBP. Dari kalangan pendeta seperti Pdt. A. Simorangkir, Pdt J. Pardede, Pdt. W. Silitonga, Pdt. J.A.U. Dolok Saribu, Pdt. TPL. Rajagukguk, Pdt. C.O.R. Silaban, Pdt. B.P. Pardede, dan beberapa Pendeta lainnya yang mengarang lagu khusus untuk pelayanan di gerejanya masing-masing108.

Dari kalangan Guru jemaat ada beberapa nama yang bisa disebutkan namanya seperti Gr. A. Simare-mare, Gr W. Sipahutar, Gr. P Sihombing, dan beberapa Guru Jemaat lainnya yang mengarang lagu khusus untuk pelayanan di gerejanya masing-masing.

Dari kalangan Bibelvrow ada beberapa nama yang bisa disebutkan namanya seperti Biv. O. Simatupang, Biv. M. Sitorus, Biv. W. Tambunan dan beberapa Bibelvrow lainnya yang mengarang lagu khusus untuk pelayanan di gerejanya masing-masing.

Dari kalangan jemaat ada beberapa nama yang bisa disebutkan namanya seperti D. Simanungkalit, J. Galingging, P. Simatupang, R. Sijabat, St. S. Situngkir, D. Manalu, T. Hutagalung, Drs. M. Simanjuntak, Drs. R. Manalu, Drs.

      

108

Mengenai judul-judul koor, tahun penciptaan dan keterangan lainnya yang berkaitan dengan daftar koor dapat dilihat dalam lampiran tesis ini.

P. Silaban dan beberapa Jemaat lainnya yang mengarang lagu khusus untuk pelayanan di gerejanya masing-masing.

Selain dari jemaat HKBP sendiri banyak juga karya-karya koor yang dinyanyikan di HKBP yang merupakan ciptaan dri mjemaat Kristen diluar HKBP seperti: Bonar Gultom, Pontas Purba, Alfred Simanjuntak, E.L. Pohan, Mauly Purba, David Sijauta, dan beberapa orang lainnya109

.

Tiga buah lagu koor yang dinyanyikan pada rentang waktu ini akan dianalisi dalam Bab V thesis ini; ketiga lagu tersebut adalah:, “Arbab” ciptaan Bonar Gultom, “Dison Adong Huboan Tuhan” ciptaan Pdt. W. Silitonga; dan satu buah lagu koor yang berjudul “Ro Ma Ho Parasiroha”.

      

109

Sejak tahun 1940-an sampai tahun 1999 penulisan buku ende sudah menyertakan melodi dan dicetak dalam not balok. Kemudian tahun 1995 HKBP menerbitkan lagi buku Bibel / Alkitab lengkap dengan Buku Ende . N yanyian Haluaon Na Gok juga sudah ada didalamnya sebagai buku penyatuan Buku Ende. Kemudian tahun 1999 diterbitkan lagi cetakan pertama buku ende HKBP berbahasa Indonesia dengan nama Kidung Jemaat HKBP dan yang berperan aktif dalam penerbitan buku ini adalah Pdt. Waldemar Silitonga (yang bisa dipanggil Pensilwally) dan pada buku ini telah dicantumkan nama penulis syair dan nama komponisnya sesuai dengan sumber aslinya.

Kemudian tahun 2001, Pdt. Arnold Panggabean, Mth menjabat sebagai dosen STT HKBP Pematang Siantar mencoba menggabungkan penulisan not balok dengan not angka dalam Buku Ende HKBP. Not angka ditulis diatas not balok serta menuliskan nama komponis pada setiap nyanyian dari nomor 1 sampai dengan 556, tetapi ada komponis dan penyair yang tidak dapat ditemukan.110

Pada tahun 2003 tepatnya tanggal 8-2 Oktober111

diadakan rapat pendeta yang akan mensahkan Buku Ende HKBP berjudul “Sangap Di Jahowa” yang berisikan 307 nyanyian dan disatukan dengan buku ende yang sudah ada sebelumnya sehingga nyanyian Buku Ende akan ada sebanyak 864 nyanyian.

Buku Ende Suplemen ini di buat oleh sebuah tim Suplemen Buku ende HKBP yang diketuai Pdt. JAU Doloksaribu, anggota Pdt M. V. Simanjuntak, Pdt. Manuara Hutapea, STH, MBA. Kemudian tim ini mengumpulkan lagu-lagu yang telah ada dan sudah biasa dinyanyikan oleh Paduan Suara Ama ,Ina, Naposo

      

110

Notulen Rapat Pendeta HKBP tanggal 8-13 Oktober 2003 hal., 22-24. 111

Bulung dan Sekolah minggu. Lagu-lagu itu diambil dan kemudian diterjemahkan serta sebagian lagu diarransemen kembali dari buku Lutheran Worship; Zangbundel; with one Voice; Evangelisches Gesangbuch; Libens lieder; Gesange aus Tize; Hyms for The Living Church; Thuma Mina; The Book Of Hyms; Singing

Youth ; Global Praise; Kidung Pujian Kristen; Mazmur dan Nyanyian Rohani112.

Pada Periode ini jemaat HKBP telah ikut menghasilkan karya cipta koornya walau sampai pada akhir tahun 70-an komposisi koor ini mengikuti komposisi barat baik dari segi harmoni maupun dari segi melodi. Pada tahun 80 hingga saat ini karya cipta koor di HKBP sudah banyak yang merupakan hasil karya yang berasal dari budaya sendiri dalam hal ini “bermelodi dan “berirama Batak”113.