• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEFINISI DEPOSITO

Dalam dokumen BAB I SEJARAH PERBANKAN SYARIAH (Halaman 169-173)

PRODUK PENDANAAN PERBANKAN SYARIAH

11.7 DEFINISI DEPOSITO

Deposito adalah sejenis jasa tabungan yang biasa ditawarkan oleh bank kepada masyarakat. Deposito biasanya memiliki jangka waktu tertentu di mana uang di dalamnya tidak boleh ditarik nasabah. Deposito merupakan salah satu produk penghimpunan dana (funding) dalam perbankan syariah. Yang dimaksud deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada

waktu-waktu tertentu menurut perjanjian antara nasabah dan bank yang bersangkutan. Sedangkan yang dimaksud dengan deposito syariah adalah deposito yang dijalankan berdasarkan perinsip syari‘ah sebagaimana yang telah difatwakan oleh Dewan Syari‘ah Nasional MUI bahwa deposito yang dibolehkan oleh islam adalah deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah yang termaktub dalam fatwa nomor 03/DSN-MUI/IV/2000.

Dalam hal ini, bank syari‘ah bertindak sebagai pengelola dana (mudharib) sedangkan nasabah bertindak sebagai pemilik dana (shahibul mal). Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, Bank syari‘ah dapat melakukan berbagai macam usaha selagi usaha tersebut tidak bertentangan dengan prinsip syari‘ah serta berhak untuk mengembangkannya, termasuk melakukan akad mudharabah dengan pihak ketiga.

Dengan demikian, Bank syari‘ah dalam kapasitasnya sebagai mudharib memiliki sifat sebagai wali amanah, yakni harus berhati-hati atau bijaksana serta beritikad baik dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang timbul akibat kesalahan atau kelalaiannya. Disamping itubank syari‘ah juga bertindak sebagai kuasa dari usaha bisnis pemilik dana yang diharapkan dapat memperoleh keberuntungan seoptimal mungkin tanpa melanggar berbagai aturan syari‘ah.

Dari hasil pengelolaan dana , bank syari‘ah akan membagihasilkan kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah ditentukan dan disepakati dalam akad pembukaaan rekening. Dalam mengelola dana tersebut, bank tidak bertanggung jawab terhadap kerugian yang bukan disebabkan oleh kelalaiannya. Namun, apabila terjadi adalah mismanagement (salah urus), bank bertanggung jawab penuh terhadap kerugian tersebut. Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak pemilik dana terdapat dua bentukmudharabah, yakni :

Mudharabah Mutlaqah ( Unrestricted Investment Account (URIA) )

Dalam deposito URIA, pemilik dana tidak memberikan batasan atau persyaratan tertentu kepada bank syari‘ah dalam mengelola investasinya, baik berkaitan dengan tempat, cara maupun objek investasinya. Pembayaran bagi hasil deposito URIA dapat dilakukan dengan dua metode, Anniversary Date dan End of Month

Mudharabah Muqayyadah ( Restricted Investment Account (RIA) )

Berbeda dengan URIA, deposito ini tidak memberikan kebebasan kepada bank baik berkaitan dengan tempat, cara maupun objek investasinya karena, pemilik dana memberikan batasan atau persyaratan tertentu kepada bank syari‘ah. Dalam menggunakan dana deposito RIA terdapat dua metode yakni : pertama,cluster pool of fund yaitu penggunaan dana untuk beberapa proyek dalam suatu jenis industri bisnis. Kedua,specific product yaitu penggunaan dana untuk suatu proyek tertentu.

◦ Contoh Perhitungan bagi hasil dalam deposito syari‘ah

Deposito Rahman sebesar Rp 10.000.000,- berjangka waktu 1 bulan.Perbandingan bagi hasil 40:60. Bila dianggap total deposito semua deposan adalah Rp 200.0000.0000,- dan pendapatan bank yang dibagi hasilkan untuk seluruh deposan adalah Rp 3.000.000,- maka bagi hasil yang didapat oleh Rahman adalah:Rp 10.000.000,-/ Rp200.000.000,- xRp 3.000.000,- x60%=Rp 9.000

11.7.1 PRINSIP – PRINSIP, TUJUAN DAN MANFAATNYA

Dalam deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah DSN MUI menentukan beberapa prinsip-prinsip yang harus dipenuhi dalam menjalankan produk ini :

 Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.

 Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syari‘ah dan mengembangkannya, termasuk di dalamnya mudharabah dengan pihak lain.

 Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan piutang.

 Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening.

 Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.

 Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.

Adapun yang menjadi tujuan dan manfaatnya yaitu : Tujuan:

1. Bagi Bank; Sumber pendanaan bank baik dalam Rupiah maupun valuta asing dengan jangka waktu tertentu yang lebih lama dan fluktuasi dana yang relatif rendah.

2. Bagi Nasabah; Alternatif investasi yang memberikan keuntungan dalam bentuk bagi hasil.

Manfaat:

1. Membantu perencanaan program investasi

2. Bagi hasil yang kompetitif,yang dapat menambah pokok deposito,di ambil tunai, dipindah bukukan atau di transfer ke bank lain

11.7.2 Landasan Hukum

Yang dijadikan landasan syari‘ah dalam deposito mudharabah yaitu:  Al Qur‘an surat Al Muzammil ayat 20

dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, Maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai Balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. dan mohonlah ampunan kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al Muzammil ayat 20).

2. Hadist

a. Diriwayatkan oleh Thabrani dan Ibnu Abbas:

ُْثُ ُطبَّجَؼْناُبََُذٍَِّعُ ٌَبَك ٌََُُُْلأَُ،اًش ْحَثُِِّثُ َكُهْغٌََُلاُ ٌَْأُِِّجِحبَصُىَهَػَُغَشَزْشِاًُخَثَسبَعُيَُلبًَْناَُغَفَدُاَرِإُِتِّهَطًُْناُِذْجَػُ ٍُ َُلأَُ،بًٌِدأَُِِّثَُلِض َُل ُْٕعَسُُُّغْشَشَُغَهَجَفُ، ًٍََِظَُكِنَرَُمَؼَفُ ٌِْإَفُ،ٍخَجْغَسٍُذِجَكُ َداَرًُخَّثاَدُِِّثَُيِشَزْشٌَ َُُِصبَجَأَفَُىَّهَعَُِِّٔنآٍََُِّْٔهَػُُاللَُّىَّهَصُِاللَّ ( ًَُاشجطناُِأس طبجػٍُثاٍُػُػعٔلأاُىف .) ُ

―Abbas bin Abdul Muthallib jika menyerahkan harta sebagai mudharabah, ia mensyaratkan kepadamudharib-nya agar tidak mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia (mudharib) harus menanggung resikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas itu didengar Rasulullah, beliau membenarkannya.‖ (HR. Thabrani dari Ibnu Abbas).

b. Diriwayatkan oleh ibnu abbas:

bahwasanya sayyidina abbas jikalau memberikan dana kemitra usahanya secara mudharabah, ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli ternak yang berparu-paru basah, jikalau menyalahi perturan maka yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikannyalah syarat-syarat tersebut ke Rasulullah SAW, dan Rasul pun memperkenankannya

c. Hadist Nabi riwayat Ibnu Majah:

َُلبَلَُىَّهَعَُِِّٔنآٍََُِّْٔهَػُُاللَُّىَّهَصًَُِّجَُّناُ ٌََّأ ُ: ُُخَكَشَجْناُ ٍٍَِِّْٓفُ سَلاَث ُ: ُِغٍَْجْهِنَُلاُِذٍَْجْهِنُِشٍِْؼَّشنبِثُِّشُجْناُُػْهَخَُٔ،ُخَظَسبَمًُْنأَُ،ٍمَجَأُىَنِإُُغٍَْجْنَا ( تٍٓصٍُػُّجبيٍُثاُِأس ) ُ

―Nabi bersabda, ‗Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai, muqaradhah(mudharabah), dan mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual.‘‖ (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib).

3. Ijma

Diriwayatkan, sejumlah sahabat menyerahkan (kepada orang, mudharib) harta anak yatim sebagai mudharabah dan tak ada seorang pun mengingkari mereka. Karenanya, hal itu dipandang sebagai ijma‘ (Wahbah Zuhaily, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, 1989, 4/838)

4. Fatwa DSN:

Dewan Syari‘ah Nasional MUI Nomor 03/DSN-MUI/IV/2000

11.7.3 APLIKASI

 nasabah mengajukan permohonan pembukaan deposito  nasabah mengisi formulir yang diberikan pihak bank  nasabah memenuhi persyaratan yang diberikan pihak bank

 setelah persyaratan dipenuhi bank akan memberikan tanda bukti kepemilikan deposito (surat berharga deposito).

Dalam dokumen BAB I SEJARAH PERBANKAN SYARIAH (Halaman 169-173)