• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRODUK PENGHIMPUNAN DANA (FUNDING)

Dalam dokumen BAB I SEJARAH PERBANKAN SYARIAH (Halaman 66-71)

Al-musaqah merupakan bagian dari al-muza'arah yaitu penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan dengan menggunakan dana

5.8. PRODUK PENGHIMPUNAN DANA (FUNDING)

Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah terutama dalam pasal 28 yang menyebutkan bahwa bank wajib menerapkan Prinsip Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya, yaitu pada

usaha menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yaitu : 1. Giro berdasarkan prinsip wadi‘ah;

2. Tabungan berdasarkan prinsip wadi‘ah atau mudharabah; 3. Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah;atau 4. Bentuk lain berdasarkan prinsip wadi‘ah atau mudharabah

Produk-produk yang tergabung disini adalah produk yang bertujuan untuk menghimpun dana masyarakat. Dalam sistem perbankan syariah simpanan diterima berdasarkan prinsip wadiah dan mudharabah.

Jadi, Secara umum, produk simpanan di perbankan syariah ada tiga, yaitu : Giro, Tabungan dan Deposito. Berikut ini akan dijelaskan ketiga produk diatas dalam aplikasinya di perbankan syariah.

5.8.1. Giro (Current Account)

Antonio, 2001 dalam bukunya bank syariah dari teori ke praktek, pada umumnya, bank syariah menggunakan akad al- Wadiah (atau titipan yang berarti bank tidak diwajibkan memberikan imbalan apapun) pada rekening giro ini. Namun bank dibolehkan untuk memberikan bonus atau hibah sesuai kemampuan dan kinerja bank pada periode tersebut. Dalam fiqh muamalah, wadhiah dibagi menjadi dua macam Al-Wadiah Amanah,(trustee depository) dan Al-Wadiah Wadi`ah. Namun, sebelum lebih jauh membahas dua macam wadiah tersebut, ada baiknya kita mengetahui prinsip wadiah terlebih dahulu.

5.8.2. Prinsip Al Wadi'ah

Wadi'ah menurut bahasa adalah sesuatu yang diletakkan pada yang bukan pemiliknya untuk dijaga. Barang yang dititipkan disebut ida', yang menitipkan disebut mudi' dan yang menerima titipan disebut wadi'. Dengan demikian maka pengertian istilah wadi'ah adalah akad antara pemilik barang (mudi') dengan penerima titipan (wadi') untuk menjaga harta/modal (ida') dari kerusakan atau kerugian dan untuk keamanan harta.

Ada dua tipe wadi'ah, yaitu wadi'ah yad amanah dan wadi'ah yad dhamanah.

a). Wadi'ah Yad Amanah

Wadi'ah yad amanah adalah akad titipan di mana penerima titipan (custodian) adalah penerima kepercayaan (trustee), artinya ia tidak diharuskan mengganti segala risiko kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada aset titipan, kecuali bila hal itu terjadi karena akibat kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan atau bila status titipan telah berubah menjadi wadi'ah yad dhamanah.

Di bawah prinsip yad amanah ini aset titipan dari setiap pemilik harus dipisahkan, dan aset tersebut tidak boleh dipergunakan dan custodian tidak berhak untuk memanfaatkan aset titipan tersebut. Status penerima titipan berdasarkan wadi'ah yad amanah akan berubah menjadi wadi'ah yad dhamanah apabila terjadi salah satu dari dua hal ini: (1) harta dalam titipan telah dicampur, dan (2) custodian menggunakan harta titipan.

Penerapannya dalam perbankan dapat dilihat, misalnya dalam pelayanan jasa penitipan surat-surat berharga (custodian).

b). Wadi'ah Yad Dhamanah

Wadi'ah Yad Dhamanah adalah akad titipan di mana penerima titipan (custodian) adalah trustee yang sekaligus penjamin (guarantor) keamanan aset yang dititipkan. Penerima simpanan bertanggung jawab penuh atas segala kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada aset titipan tersebut.

Dengan prinsip ini, custodian menerima simpanan harta dari pemiliknya yang memerlukan jasa penitipan, dan penyimpan mempunyai kebebasan mutlak untuk menariknya kembali sewaktu-waktu. Di bawah prinsip ini harta titipan tidak harus dipisahkan dan dapat di-gunakan dalam perdagangan, dan custodian berhak atas pendapatan yang diperoleh dari pemanfaatan harta titipan dalam perdagangan.

Jadi, custodian memperoleh izin dari pemilik harta untuk menggunakannya dalam perniagaan selama harta tersebut berada di tangannya. Penyimpan sewaktu-waktu dapat menarik sebagian atau seluruh harta yang mereka miliki. Dengan demikian mereka memerlukan jaminan penerimaan kembali atas simpanan mereka.

Semua keuntungan yang dihasilkan dari penggunaan harta tersebut selama dalam status simpanan adalah menjadi hak custodian. Tetapi custodian diperbolehkan memberikan bonus kepada pemilik harta atas kehendaknya sendiri, tanpa diikat oleh perjanjian

b. Tabungan

Tabungan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :  Tabungan Wadiah

Adalah aqad antara pemilik dengan penyimpan, untuk menjaga harta/modal dari kerusakan atau kerugian dan untuk keamanan harta

b.) Tabungan Mudharabah

Tabungan yang merupakan aqad investasi (mudharabah mutlaqah) antara bank dengan nasabah dimana bank bisa menggunakan dana nasabah untuk proyek/usaha yang dianggap menguntungkan.Tabungan mudharabah adalah tabungan yang berdasarkan prinsip mudharabah

muthlaqah. Dalam hal ini bank syariah mengelola dana yang diinvestasikan oleh penabung secara produktif, menguntungkan dan memenuhi prinsip-prinsip syariah Islam. Hasil keuntungannya akan dibagikan kepada penabung dan bank sesuai perbandingan bagi hasil atau nisbah yang disepakati bersama (Karim, 2003).

Para cendekiawan fiqih Islam meletakkan mudharabah pada posisi yang khusus dan memberikan landasan hukum tersendiri sebagai berikut (Karnaen, 1992):.

7. Dalam Al-Qur‟an surat Al-Muzammil (73)/20:

Artinya :

“Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah”. Mudharib sebagai entrepreneur adalah sebagian dari orang-orang yang melakukan dharib (perjalanan) untuk mencari karunia Allah SWT dari keuntungan investasinya.

o Sunnah Rasulullah SAW :

Dari Suhaib r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda :

“Tiga perkara didalamnya terdapat keberkahan, (1) menjual dengan pembayaran secara kredit, (2) muqaradhah (nama lain dari mudharabah) dan (3) mencampur gandum dengantepung untuk keperluan rumah dan bukan untuk dijual”. (HR. Ibnu Majah). Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwasanya Sayyidina Abbas jikalau memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah, ia mensyaratkan agar dananya tidak mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli ternak yang berparu-paru basah, jikalau menyalahi peraturan maka yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikannyalah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah SAW dan beliau pun memperkenankannya. (Majma‘ Azzawaid, 4/161).

C.) Deposito Mudharabah  Sama dengan tabungan, namun sifatnya berjangka, sebagaimana halnya produk deposito di bank umum.

Ketentuan tabungan & deposito mudharabah mutlaqah

e. Dalam transaksi ini nasabah beritndak sebagai shahibul maal atau pemilik dana dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana

f. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya termasuk didalamnya mudharabah dengan pihak lain

g. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya dalam bentuk tunai bukan piutang

h. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening

i. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dan deposito dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya

j. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.

5.8.1. Prinsip Al-Mudharabah

pemilik modal membiayai sepenuhnya suatau proyek atas suatu usaha dan penguasa mengelola proyek tersebut dengan pembagian hasil sesuai dengan perjanjian. Apabila usaha tersebut mengalami kerugian, maka kerugian tersebut dapat di tanggung bersama antara pemilik modal dan penerima modal. Dalam hal ini Bank Syariah sebagai mudharib ( pengusaha ) dan deposan sebagai Shahib Al Mal ( pemilik modal ). Prinsip Bank Syariah ini berdasarkan prinsip Al-Mudharabah, yaitu : Tabungan Mudharah dan Deposito Mudharabah.

5.8.2. Prinsip Al-Qard Ul Hasan

Prinsip ini berarti pemilik dana ( masyarakat ) memberikan fasilitas dananya kepada bank ( penerima dana ) , di mana pemilik dana tidak mengharapkan imbalan atas dana yang di berikan. Penerima dana atas dasar prinsip Al-Qard Ul Hasan dapat berupa : zakat infaq dan sadaqah.

Produk penghimpunan dana dibank syariah dapat berupa giro, tabungan, dan deposito. Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana masyarakat adalah wadi‘ah dan mudharabah.

A. Wadi‘ah

Prinsip Wadi‘ah yang diterapkan dalam Perbankan syariah adalah Wadiah Yad Dhamanah yang diterapkan pada produk rekening giro. Dalam konsep Wadi‘ah Yad Dhamanah, Bank dapat mempergunakan dana yang dititipkan, akan tetapi bank bertanggung jawab penuh atas keutuhan dari dana yang dititipkan.

B. Mudharabah

I. Mudarabah Mutlaqah

Mudarabah Mutlaqah adalah Mudarabah yang tidak disertai dengan pembatasan penggunaan dana dari Sahibul Mal.

II. Mudarabah Muqayadah on Balance Sheet

Mudarabah Muqayadah on Balance Sheet adalah Aqad Mudarabah yang disertai dengan pembatasan penggunaan dana dari Sahibul Mal untuk investsi-investasi tertentu.

III. Mudarabah of Balance Sheet

Dalam Mudarabah of Balance Sheet, Bank bertindak sebagai arranger, yang mempertemukan nasabah pemilih modal dan nasabah yang akan menjadi mudharib.

C. Wakalah

Wakalah dalam praktek perbankan syariah dilakukan apabila nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti inkaso dan transfer uang.

Dalam dokumen BAB I SEJARAH PERBANKAN SYARIAH (Halaman 66-71)