• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN AKAD-AKAD PADA PERBANKAN SYARI’AH

Dalam dokumen BAB I SEJARAH PERBANKAN SYARIAH (Halaman 183-189)

PERANCANGAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN PADA BANK SYARIAH

12.5 PERBANDINGAN AKAD-AKAD PADA PERBANKAN SYARI’AH

Sebagai salah satu konsekuensi dari perbedaan interprestasi tentang paradigma penerapan akad fiqih, apakah prinsip-prinsip atau jenis perjanjian, sampai saat ini belum ada keseragaman di antara bank-bank syari‘ah dalam membuat perjanjian pembiayaan syari‘ah. Bahkan, bisa jadi, hal ini sangat kecil kemungkinannya mengingat keragaman yang muncul juga disebabkan banyak faktor, seperti perbedaan interprestasi hukum dan sebagainya. Berikut ini adalah beberapa perbandingan penerapan akad-akad dalam pembiayaan syari‘ah.

Dalam perbandingan ini salah satu UUS Bank Syari‘ah merupakan representasi dari bank syari‘ah yang menganut paradigma akad fiqih sebagai prinsip dan UUS Bank Syari‘ah lainnya merupakan representasi dari Bank Syari‘ah yang menganut paradigm akad fiqih sebagai jenis perjanjian.

Jenis Akad Pembiayaan: Murabahah

Pasal Nama Bank

UUS Bank Syari‘ah A UUS Bank Syari‘ah B

1. Definisi Transaksi Jual Beli

2. Deskripsi jenis pembiayaan dan akad yang digunakan

Kuasa Pembelian

3. Jumlah Pembiayaan Pengakuan Utang

4. Syarat-syarat penarikan akad yang digunakan Jangka Waktu dan Angsuran 5. Jangka waktu dan syarat pembayaran Beban Biaya=Biaya

6. Denda Keterlamabatan Jaminan

7. Tempat Pembayaran Kewajiban Penerima

Pembiayaan

8. Biaya-Biaya Pembatasan terhadap

tindakan Penerima Pembiayaan

9. Jaminan Peristiwa cidera janji

11. Akibat Wanprestasi Hukum yang mengatur dan domisili hukum

12. Pernyataan Nasabah Addendum

13. Pembatasan terhadap tindakan nasabah Lampiran: Data detail objek

14. Risiko Murabahah

15. Asuransi _

16. Pengawasan dan Pemeriksaan _

17. Penyelesaian Perselisihan _

18. Pemberitahuan _

19. Penutup _

Jenis Akad Pembiayaan: IMBT

Pasal

Nama Bank

UUS Bank Syari‘ah A UUS Bank Syari‘ah B UUS Bank Syari‘ah C

1. Definisi Definisi Definisi

2. Tujuan Pembiayaan Objek IMBT Transaksi

Sewa-Menyewa 3. Jangka Waktu Perjanjian

dan Pembayaran Imabalan

Tata cara penyerahan Objek IMBT

Jangka Waktu dan Pembayaran Angsuran Sewa 4. Biaya-Biaya dan Cara

Pembayaran

Jangka Waktu dan Besarnya Ujrah

Beban Biaya-Biaya

5. Jaminan Berakhirnya IMBT Hak dan

Kewajiban Atas Barang

6. Pengawasan Biaya dan Denda Berakhirnya

Perjanjian 7. Pemeliharaan, Perbaikan

dan Penggunaan

Pajak Wanprestasi

8. Risiko Marjin Deposit dan

Pembayaran

Berakhirnya Perjanjian

9. Asuransi Hak Opsi Nasabah untuk

Membeli

Pemindahan Kepemilikan 10. Pernyataan dan Jaminan Pengalihan Objek IMBT Penyelesaian

Perselisihan 11. Cidera Janji dan Akibatnya Agunan Hukum Hukum yang Mengatur dan Domisili Hukum 12. Pelepasan Kepentingan

Bank atas Barang/Objek Perjanjian di Akhir jangka Waktu Perjanjian

asuransi Addendum

13. Penyelesaian Perselisihan Kuasa-Kuasa Lampiran Surat Pernyataan 14. Pemberitahuan Pernyataan dan Jaminan

nasabah

_

15. Penutup Pembatasan Tindakan

Nasabah

_

16. Lampiran

4. Jumlah Imbalan 5 tahun pertama dan Rumus Perhitungan Penetapan Imbalan 5. Jadwal Pembayaran Imabalan

Peristiwa Cidera Janji _

17. _ Akibat Cidera janji _

18. _ Penyelesaian Perselisihan _ 19. _ Ketentuan Tambahan _ 20. _ Surat menyurat _ 21. _ Lain-lain _

Jenis Akad Pembiayaan: Isthishna Nama Bank

Pasal UUS Bank Syari‘ah A UUS Bank Syari‘ah B

1. Definisi Definisi

2. Pengadaan Barang Berdasarkan Prinsip Istishna

Transaksi Isthisna

3. Jumlah kewajiban nasabah Penambahan atau

Perubahan pada mashnu 4. Syarat-Syarat Penarikan pembiayaan Penyerahan Mashnu 5. Jangka Waktu dan Cara pembayaran Biaya-Biaya

6. Denda Keterlamabatan Jaminan

7. Tempat Pembayaran Kewajiban Mustashni

8. Biaya Pelaksanaan Perjanjian Pembatasan Terhadap Tindakan Mustashni

9. Jaminan Peristiwa Cidera Janji

10. Cidera Janji Pemeriksaan Mashnu dan

resiko

11. Akibat Cidera janji Force Majeur

12. Pernyataan Nasabah Penyelesaian Perselisihan

13. Pembatasan Terhadap Tindakan Nasabah Hukum yang Mengatur dan Domisili Hukum

14. Resiko Addendum

15. Asuransi _

16. Pengawasan dan pemeriksaan _

17. Penyelesaian Perselisihan _

18. Pemberitahuan _

19. Penutup _

Jenis-Jenis Akad Pembiayaan Isthishna

Pasal Nama Bank

UUS Bank Syari‘ah A UUS Bank Syari‘ah B

1. Definisi Definisi

2. Jumlah Pembiayaan dan Penggunaan Fasilitas Pembiayaan

3. Jangka Waktu Tujuan Penggunaan Pembiayaan

5. Tata Cara Penarikan Nisbah Bagi Hasil 6. Nisbah dan Tata Cara Perhitungan

Bagi Hasil

Pembayaran kembali Pembiayaan dan pembayaran Keuntungan 7. Risiko Usaha Mudharabah Jaminan

8. Pembayaran kembali Pembiayaan dan Bagi Hasil

Beban Biaya-Biaya

9. Biaya Pelaksanaan Perjanjian Kewajiban Mudharib

10. Jaminan Pernyataan Mudharib

11. Kewajiban Nasabah Pemeriksaan

12. Pernyataan Nasabah Hak Shahibul Mal untuk mengakhiri Pembiayaan

13. Cidera Janji Penyelesaian Perselisihan

14. Pelanggaran Hukum yang mengatur dan

domisili hukum 15. Pengawasan dan Pemeriksaan Addendum

16 Asurasi _ 17 Force Majeur _ 18 Penyelesaian Perselisihan _ 19 Pemberitahuan _ 20 Penutup _ 12.6 KESIMPULAN

Dalam maklah ini dapat disimpulkan bahwa ternyata sebelum dikeluarkannya undang-undang perbankan yang mengandung aturan tentang aktivitas perbankan syariah, penerapan syariah Islam dalam tata hukum positif di Indonesia sebenarnya telah memperoleh tempat yang cukup signifikan. dapat kita lihat dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 29 ayat 2. Pengertian beribadah dalam pasal ini, menurut pandangan Islam, tidak hanya mencakup hubungan antara manusia dengan Tuhannya (ibadah mahdhah), tetapi juga mencangkup hubungan antara sesama manusia (muamalah), termasuk aktivitas ekonomi. KUH Perdata Pasal 1338 menyatakan bahwa setiap perjanjian yang dibuat sesuai dengan undang-undang berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya dan tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang ditentukan oleh undang-undang serta harus dilaksanakan dengan itikad baik.

Hubungan Hukum antara Bank Syariah dengan Nasabah diwujudkan dalam kegiatan bank syariah. diman setiap transaksi antara bank syariah dengan nasabah, terutama yang berbentuk pemberian fasilitas pembiayaan, selalu dituangkan dalam suatu surat perjanjian.

Pembiayaan Syariah dalam Perspektif Legal formal dapat kita lihat dari adanya two level of playing fields, yaitu sharia level dan legal level. Hal ini bukan sebagai wujud sekularisasi hukum , sebaliknya sebagai upaya mewarnai hukum positif akan memberikan banyak celah untuk memodifikasinya sesuai dengan nilai-nilai syariah.

Saat ini, paradigma prinsip memberikan banyak keleluasaan untuk mewarnai perbankan syariah dengan berbagai akad fiqh; menghidupkan kembali prinsip syariah dalam berbagai transaksi perbankan. Sebaliknya, kecerobohan mengambil begitu saja akad-akad fiqh untuk dijadikan hukum positif tanpa mempertimbangkan secara komprehensif seluruh bangunan hukum yang ada, dapat berakibat menghambat perkembangan perbankan syariah itu sendiri.

PERTANYAAN DISKUSI

 Apakah perbedaan antara akad dan perjanjian?

 Sebutkan dan jelaskan hal-hal yang harus diperhatikan oleh para pihak dalam membuat suatu kontrak perjanjian!

 Bagaimana hubungan hukum antara bank syariah dan nasabah?

 Sebutkan perbandingan akad pada perbankan syariah dalam bentuk IMBT!

 Jelaskan perbedaan antara kredit dengan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah!  Apakah UUS itu?

DAFTAR PUSTAKA

 Karim, Adimarwan. Bank Islam: análisis fiqih dan keuangan/Adiwarman Karim.— Ed. 3— 5.—Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008.

 Syafi‘i Antonio, Muhammad. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik/Muhammad Syafi‘i Antonio, penyunting Dadi M.H. Basri, Farida R. Dewi.—Cet.1.— jakarta: Gema Insani Press, 2001.

BAB XIII

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN

Dalam dokumen BAB I SEJARAH PERBANKAN SYARIAH (Halaman 183-189)