• Tidak ada hasil yang ditemukan

Definisi Imigrasi

2.1 Deskripsi Teori

2.1.8 Definisi Imigrasi

Istilah imigrasi adalah terjemahan dari bahasa Belanda Immigratie, yang berasal dari bahasa latin Immigratio. Kata kerjanya adalah Immigreren, dalam bahasa Latin imigrare. Kata imigrasi terdiri dari dua suku kata, yaitu “in” yang artinya “dalam” dan ”migrasi” yang artinya “pindah”, datang, masuk atau boyong”. Secara lengkap arti imigrasi adalah “pemboyongan orang-orang masuk

kesuatu negeri”, Menurut Abdullah Sjahriful (1993:7) mendefiniskan sebagai berikut:

“immigration is the entrace into an alien country of person intending to take part in the life of that country and to make it their more or less permanent residence”

Artinya lebih kurang sebagai berikut : “imigrasi adalah pemasukan kesuatu

negara asing dari orang-orang yang berniat untuk menumpang hidup atau mencari nafkah dan sedikit atau banyak menjadikan negara itu untuk tempat berdiam atau

menetap”. Sedangkan menurut Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, yang dimaksud dengan keimigrasian adalah :

“Hal ikhwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar wilayah Negara

Republik Indonesia serta pengawasannya dalam rangka menjaga

tegaknya kedaulatan Negara”. 2.19 Definisi Tenaga Kerja Asing

Menurut Abdul Khakim (2009:27) mendefinisikan Tenaga Kerja Asing adalah tiap orang bukan warga negara Indonesia yang mampu melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Menurut Budiono (1995:115), ada beberapa tujuan penempatan TKA di Indonesia, yaitu:

a. Memenuhi kebutuhan tenaga kerja terampil dan profesional pada bidang- bidang tertentu yang belum dapat diisi oleh TKI.

b. Mempercepat proses pembangunan nasional dengan jalan mempercepat proses alih teknologi atau alih ilmu pengetahuan, terutama di bidang industri.

c. Memberikan perluasan kesempatan kerja bagi TKI.

d. Meningkatkan investasi asing sebagai penunjang modal pembangunan di Indonesia.

Menurut HR Abdussalam (2008:322) tujuan penggunaan tenaga kerja asing adalah untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang terampil dan professional pada bidang tertentu yang belum dapat diduduki oleh tenaga kerja lokal serta sebagai tahapan dalam mempercepat proses pembangunan nasional maupun daerah dengan jalan mempercepat alih ilmu pengetahuan dan teknologi dan meningkatkan investasi asing terhadap kehadiran TKA sebagai penunjang pembangunan di Indonesia walaupun pada kenyataannya perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia baik itu perusahaan-perusahaan-perusahaan-perusahaan swasta asing ataupun swasta nasional wajib menggunakan tenaga ahli bangsa Indonesia sendiri.

Pengertian tenaga kerja asing ditinjau dari segi undang-undang (Pengertian Otentik), yang dimana pada Pasal 1 angka 13 UU No 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan di jelaskan bahwa: “Tenaga kerja asing adalah warga negara asing pemegang visa dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia”. Tercantum padaPasal 4 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2015, pemberi kerja Tenaga Kerja Asing meliputi :

a. instansi pemerintah. b. badan-badan internasional

c. perwakilan negara asing d. organisasi internasional

e. kantor perwakilan dagang asing, kantor perwakilan perusahaan asing, kantor perwakilan berita asing

f. perusahaan swasta asing, badan usaha asing yang terdaftar di instansi yang berwenang

g. badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia dalam bentuk Perseroan Terbatas atau Yayasan

h. lembaga sosial, keagamaan, pendidikan dan kebudayaan, dan i. usaha jasa impresariat.

Undang-Undang Keimigrasian (UUK) menegaskan bahwa setiap pengusaha dilarang mempekerjakan orang-orang asing tanpa izin tertulis dari Menteri. Pengertian Tenaga Kerja Asing juga dipersempit yaitu warga negara asing pemegang visa dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia. Di dalam ketentuan tersebut ditegaskan kembali bahwa setiap pemberi kerja yang mempekerjakan tenaga kerja asing wajib memiliki izin tertulis dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk. Untuk memberikan kesempatan kerja yang lebih luas kepada tenaga kerja Indonesia (TKI), pemerintah membatasi penggunaan tenaga kerja asing dan melakukan pengawasan. Dalam rangka itu, Pemerintah mengeluarkan sejumlah perangkat hukum mulai dari perizinan, jaminan perlindungan kesehatan sampai pada pengawasan. Sejumlah peraturan yang diperintahkan oleh UUK antara lain :

1) Keputusan Menteri tentang Jabatan Tertentu dan Waktu Tertentu (Pasal 42 ayat (5));

2) Keputusan Menteri tentang Tata Cata Pengesahan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (Pasal 43 ayat (4));

3) Keputusan Menteri tentang Jabatan dan Standar Kompetensi (Pasal 44 ayat (2));

4) Keputusan Menteri tentang Jabatan-jabatan Tertentu yang Dilarang di Jabat oleh Tenaga Kerja Asing (Pasal 46 ayat (2));

5) Keputusan Menteri tentang Jabatan-jabatan Tertentu di Lembaga Pendidikan yang Dibebaskan dari Pembayaran Kompensasi (Pasal 47 ayat (3)).

6) Peraturan Pemerintah tentang Besarnya Kompensasi dan Penggunaannya (Pasal 47 ayat 4).

7) Keputusan Presiden tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing serta Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kerja Pendamping (Pasal 49).

(Sumber: Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia) Penggunaan TKA mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri, kelebihan diantaranya yaitu:

1. Dengan adanya TKA, perusahaan yang sebelumnya hampir mati, setelah adanya TKA dapat berjalan lancar sehingga dapat memberi lapangan kerja bagi TKI;

2. TKI memperoleh kesempatan pendidikan dan pelatihan dari TKA;

3. TKI dapat mengambil banyak contoh cara kerja TKA yang teliti, disiplin dan menghargai waktu kerja;

4. Lama kelamaan dapat mentransfer teknologi dan ilmu pengetahuan yang dimiliki TKA dengan mula-mula mereka dapat menduduki jabatan terpenting dalam perusahaan, kemudian ilmu TKA dapat dialihkan dan secara perlahan jabatan tersebut berangsur-angsur dapat diisi atau digantikan oleh TKI.

Di samping kelebihan tersebut, kekurangan penggunaan TKA adalah:

1. Dapat menimbulkan kesulitan dalam bekerja sama karena pola budaya yang berbeda, terlebih apabila TKI kurang menguasai bahasa asing atau keahlian tertentu;

2. Jika perusahan terus menerus menggunakan TKA, dikhawatirkan tidak adanya kesempatan kerja bagi TKI untuk maju menggantikan kedudukan-kedudukan yang paling penting yang biasanya diduduki oleh TKA; serta

3. Antara TKA dan TKI untuk pekerjaan yang memiliki kesamaan sifat, nilai dan tanggung jawab, masih terdapat diskriminasi dalam hal pemberian upah.

(sumber: Sri Badi Purwaningsih, “Pembatasan Penggunaan Tenaga Kerja Asing

Pada Perusahaan Perusahaan PMA di Jawa Tengah”, (Tesis Magister Hukum