• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi Lokasi Penelitian

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Deskripsi objek penelitian ini akan menjelaskan tentang objek penelitian yang meliputi lokasi penelitian yang diteliti dan memberikan gambaran umum wilayah Kota Cilegon, dan gambaran umum Tim Pengawasan Orang Asing (TIMPORA).

4.1.1 Gambaran Umum Kota Cilegon

Cilegon merupakan wilayah bekas Kewedanan (Wilayah kerja pembantu Bupati KDH Serang Wilayah Cilegon), yang meliputi 3 (tiga) kecamatan yaitu Cilegon, Bojonegara dan Pulomerak. Berdasarkan Pasal 27 Ayat (4) UU Nomor 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah, Cilegon memenuhi persyaratan untuk dibentuk menjadi kota Administratif. Melalui surat Bupati KDH Serang No 86/Sek/Bapp/VII/84 tentang Usulan Pembentukan Administratif Cilegon dan atas pertimbangan yang obyektif maka dikeluarkan Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1988 tanggal 17 September 1986, tentang Pembentukan Kota Administratif Cilegon dengan luas wilayah 17.550 Ha yang meliputi 3 (tiga) wilayah kecamatan, yaitu kecamatan Pulo Merak, Ciwandan, Cilegon dan 1 (satu) Perwakilan Kecamatan Cilegon dan Cibeber. Sedangkan Kecamatan Bojonegara masuk wilayah kerja pembantu Bupati Wilayah

Kramatwatu. Berdasakan Peraturan Pemerintah No.3 tahun 1992 tertanggal 7 Februari 1992 tentang penetapan Perwakilan Kecamatan Cibeber menjadi Kecamatan Cibeber, maka sejak itu Kota Administratif Cilegon meliputi 4 (empat) kecamatan, yaitu Kecamatan Pulo Merak, Cilwandan, Cilegon, Cibeber. Dalam perkembangannya, Kota Administratif Cilegon telah memperlihatkan kemajuan yang pesat di berbagai bidang baik bidang Fisik, Sosial maupun Ekonomi. Hal ini tidak saja memberikan dampak berupa kebutuhan peningkatan pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan, tetapi juga memberikan gambaran mengenai perlunya dukungan kemampuan dan potensi wilayah untuk menyelenggarakan otonomi daerah. Dengan ditetapkannya dan disahkannya UU No. 15 tahun 1999 tanggal 27 April 1999 tentang pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon, status Kota Administratif Cilegon berubah menjadi Kotamadya Cilegon, dengan duet kepemimpinan Drs. H. Tb. Rifai Halir sebagai Pejabat Walikota Cilegon dan H. Zidan Rivai sebagai Ketua DPRD Cilegon. Untuk menyikapi perkembangan Kotamadya Cilegon yang cukup signifikan di segala bidang, maka perlu dilakukan peningkatan daya guna serta hasil guna penyelenggaraan pemerintah yaitu dengan melakukan pembentukan wilayah administrasi kecamatan yang baru. Melalui Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 15 Tahun 2002, dibentuklah 4 (empat) kecamatan baru dan hingga tahun 2017 ini Kota Cilegon memiliki 8 (delapan) wilayah administrasi kecamatan dan

berdasarkan Peraturan Daerah Kota Cilegon Tahun 2002 juga, wilayah Cilegon terbagi atas 2 (dua) kelurahan dan 41 (empat puluh satu) desa yang selanjutnya melalui Peraturan Daerah Nomor 3 12 Tahun 2003 tentang perubahan desa menjadi kelurahan, sehingga 41 (empat puluh satu) desa yang ada di wilayah Kota Cilegon berubah statusnya menjadi kelurahan. Dengan demikian Kota Cilegon memiliki 8 (delapan) kecamatan dan 43 (empat puluh tiga) kelurahan yang tersebar kurang lebih 17.550 Ha luas wilayah Kota Cilegon.

Gambar 4.1

Peta Wilayah Kota Cilegon

Sumber : Website BPBD Kota Cilegon (http://bpbdkotacilegon.blogspot.co.id)

Kota Cilegon berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten tahun 2012-2017 diarahkan pada pengembangan kelompok industri besar dan sedang, kecil dan industri kerajinan di kawasan Provinsi Banten, dan sesuai dengan arahan penataan ruang nasional dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 Kota Cilegon berperan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang mengidentifikasi sebagai pusat jasa, pusat pengolahan, dan simpul transportasi dengan cakupan pelayanan meliputi beberapa daerah disekitarnya, dimana mobilitas penduduk dan barang cukup tinggi intensitasnya. Kota Cilegon yang secara geografis berada pada perlintasan orang dan barang dari Pulau Jawa ke Pulau Sumatera atau sebaliknya dan menjadi bagian dari sistem simpul transportasi Jawa-Sumatera memerlukan tersedianya sarana dan prasarana transportasi darat dan laut yang memadai untuk mendukung kinerja perekonomian masyarakat lokal maupun nasional.

Sarana dan prasarana transportasi menjadi urat nadi perekonomian di Kota Cilegon, sehingga menjadi prioritas dalam rencana pembangunan daerah jangka pendek, menengah dan panjang. Terwujudnya transportasi kota yang efisien, efektif dan ramah lingkungan menjadi visi yang harus diwujudkan oleh Pemerintah Kota Cilegon dengan mengoptimalkan semua daya dukung sumber daya, baik sumber daya aparatur maupun sumber daya alam.

4.1.2 Gambaran Umum Tim Pengawasan Orang Asing (TIMPORA)

Untuk melakukan pengawasan keimigrasian terhadap kegiatan Orang Asing di wilayah Indonesia, Menteri membentuk Tim Pengawasan Orang Asing yang anggotanya terdiri atas badan atau instansi pemerintah terkait, baik di pusat maupun di daerah.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 mengamanatkan bahwa Tim Pengawasan Orang Asing terdiri dari berbagai unsur. Unsur-unsur Tim Pengawasan Orang Asing terdiri dari :

1) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Ditjen Imigrasi, Kanwil Kemenkumham, Kantor Imigrasi);

2) Pemerintahan Daerah (Kesbangpolinmas, Disnakertrans, Dinsos, Dishubkominfo, Disdukcapil masing-masing daerah);

3) Penegak Hukum (Polri dan Kejaksaan Agung);

4) Pengamanan Negara (TNI dan BIN);

5) Intansi Vertikal Lainnya (Kemenlu, Kemenag, Kemendagri). Tujuan pembentukan Tim Pengawasan Orang Asing ini tidak lain agar pengawasan orang asing dilakukan secara terkoordinasi.

6) Tim Pengawasan Orang Asing dapat dibentuk di pusat dan daerah (provinsi, kabupaten/kota, atau kecamatan) yang beranggotakan perwakilan dari instansi dan/atau lembaga pemerintahan baik di pusat maupun daerah.

Tim Pengawasan Orang Asing tingkat pusat dibentuk dengan Keputusan Menteri yang diketuai oleh Menteri atau Pejabat Imigrasi yang ditunjuk. Tim Pengawasan Orang Asing tingkat provinsi dibentuk dengan Keputusan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia yang diketuai oleh Kepala Divisi Keimigrasian Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Tim Pengawasan Orang Asing tingkat kabupaten/kota dan kecamatan dibentuk dengan Keputusan Kepala Kantor Imigrasi yang diketuai oleh Kepala Kantor Imigrasi.

Tim PORA di antaranya bertugas melakukan pertukaran data dan informasi antar instansi terkait, yang berhubungan dengan keberadaaan dan kegiatan Orang Asing di Wilayah Indonesia, termasuk data dan informasi mengenai WNI yang mempunyai hubungan langsung atau tidak langsung dengan keberadaan dan kegiatan Orang Asing. Selain itu, Tim PORA juga bertugas melakukan kegiatan pengawasan lapangan yang bersifat rutin dan insidentiil terhadap keberadaan dan kegiatan Orang Asing di wilayah Indonesia serta memberikan saran atau pertimbangan kepada pimpinan instansi terkait atau instansi lain yang memerlukan dalam rangka melakukan tindakan preventif, represif mauupun pre-emtif secara tepat dan terkoordinasi terhadap pelanggaran peraturan perundang-undangan yang dilakukan oleh Orang Asing. (Sumber: Website resmi Direktorat Jendral Imigrasi (http://www.imigrasi.go.id)