• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGAWASAN TENAGA KERJA ASING DI KOTA CILEGON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGAWASAN TENAGA KERJA ASING DI KOTA CILEGON"

Copied!
202
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh

Abharina Atikah Sari NIM 6661130278

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)
(3)
(4)
(5)

Jangan Menyerah, Terus Berusaha, dan

Selipkan Do’a agar perjuanganmu selalu

dimudahkan dan dilancarkan oleh-

Nya”

Skripsi ini penulis persembahkan untuk Kedua Orang tua dan adik-adik tercinta yang terus-menerus memberikan dukungan, do’a dan materiil.

(6)

Cilegon. Program Studi. Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen Pembimbing I: Dr. Dirlanudin, M.Si. Dosen Pembimbing II: Drs. Oman Supriyadi, M.Si.

Kata Kunci: Pengawasan, Tenaga Kerja Asing

(7)

Cilegon City. Department of Public Administration, Faculty of Social and Political Sciences, University of Sultan Ageng Tirtayasa. Advisor I: Dr. Dirlanudin, M.Si. Advisor II: Drs. Oman Supriyadi, M.Si.

Keywords: Supervision, Migrant Workers

(8)

i

SWT, karena atas berkat ridho, rahmat, karunia dan kasih sayang-Nya yang berlimpah akhirnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi dalam rangka memenuhi

salah satu syarat mencapai gelar sarjana pada Program Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten

yang berjudul “Pengawasan Tenaga Kerja Asing di Kota Cilegon”.

Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari

berbagai pihak yang senantiasa mendukung dan membimbing penulis. Maka dari itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd, Rektor Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

2. Dr. Agus Sjafari, M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Rahmawati, S.Sos, M.Si, Wakil Dekan I Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Imam Mukrhoman, S.Ikom, M.Ikom, Wakil Dekan II Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

(9)

ii Tirtayasa.

7. Riswanda, Ph.D Sekertaris Program Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

8. Dr. Dirlanudin, M.Si Sebagai Dosen Pembimbing I dan selaku pembimbing akademik yang selalu memberikan semangat dan

membimbing peneliti dalam menyusun skripsi ini dan sabar dari awal hingga saat ini.

9. Drs. Oman Supriyadi, M.Si Sebagai Dosen Pembimbing II yang selalu

memberikan semangat dan membimbing peneliti dalam menyusun skripsi ini dan sabar dari awal hingga saat ini.

10.Seluruh dosen dan staf Jurusan Admnistrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.

11.Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten dan Dinas Tenaga Kerja Kota Cilegon yang telah mengizinkan dan membantu peneliti

mengumpulkan data.

12.Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon yang telah mengizinkan dan membantu peneliti mengumpulkan data.

(10)

iii

yang terbaik dan membalas segala kebaikan yang diberikan.

15.Terima kasih kepada seluruh keluarga dan saudara-saudara Cucu

Bahtiar yang selalu memberikan semangat selama pembuatan skripsi. 16.Terima kasih untuk Muhlasin, Maya Aulia, Ria Khoirunisa, Ossy

Aida, Mila Octafia, Kinanti Amelia, Sari Indah dan Ety Indra yang telah membantu peneliti dalam proses pencarian data di lapangan serta

memberikan semangat selama pembuatan skripsi.

17.Untuk Siti Solihat, Lailliyah, Winda Lestari, Resty Mahendra, Mohammad Delki terima kasih karena menjadi supporter terhebat

selama menjadi mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

18.Kawan-kawan Administrasi Negara 2013 yang memberikan warna,

masukan dan nasehat yang bermanfaat.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, karena keterbatasan penulis, maka dari itu saran dan kritik yang membangun

tetap dinantikan guna perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Serang, 16 Juni 2017

(11)

iv

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ...viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 13

1.3. Batasan Masalah ... 13

1.4. Perumusan Masalah ... 13

1.5. Tujuan Penelitian ... 14

1.6. Manfaat Penelitian ... 14

1.7. Sistematika Penulisan ... 14

(12)

v

2.1.1. Definisi Manajemen ...17

2.1.2. Definisi Pengawasan ...20

2.1.3. Prinsip-Prinsip Pengawasan ...22

2.1.4. Jenis-Jenis Pengawasan ...23

2.1.5. Sifatdan Waktu Pengawasan ...25

2.1.6. Fungsi Pengawasan ...26

2.1.7. Karakteristik-Karakteristik Pengawasan ...27

2.1.8. Definisi Imigrasi ...29

2.1.9. Definisi Tenaga Kerja Asing ...29

2.2. Penelitian Sebelumnya ...33

2.3. Kerangka Berfikir ...37

2.4. Asumsi Dasar ...40

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian ...41

3.2. Ruang Lingkup/Fokus Peneltian ...42

3.3. Lokasi Penelitian ...42

3.4. Variabel Penelitian/Fenomena yang diamati ...42

3.4.1 Definisi Konsep ...42

3.4.2 Definisi Operasional ...43

(13)

vi

3.6. Informan Penelitian ...46

3.7. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...48

3.7.1. Teknik Pengumpulan Data ...48

3.7.2. Teknik Analisis Data ...52

3.8. Uji Keabsahan Data ...54

3.9. Jadwal Penelitian ...56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ...57

4.1.1 Gambaran Umum Kota Cilegon ...57

4.1.2 Gambaran Umum Tim Pengawasan Orang Asing (TIMPORA) ...60

4.2 Deskripsi Data ...62

4.2.1 Deskripsi Data Penelitian ...62

4.2.2 Data Informan Penelitian ...67

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian ...71

4.3.1 Pengawasan dilakukan secara akurat dan tepat waktu ...76

4.3.2 Pengawasan dilakukan secara obyektif dan menyeluruh guna memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang terampil dan professional ...83

4.3.3 Terpusat pada titik-titik pegawasan strategis ...91

4.3.4 Realistik secara ekonomis terhadap kehadiran TKA ...93

(14)

vii

4.3.6 Bersifat sebagai petunjuk dan operasional ...107

4.3.7 Kontribusi keberadaan TKA terkait proses pembangunan melalui ilmu pengetahuan &

teknologi...113

4.4 Pembahasan ...117

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ...134

5.2 Saran ...136

(15)

viii

DAFTAR GAMBAR

2.1 Kerangka Berfikir...39

3.1 Analisis Data menurut Miles dan Huberman ...53

4.1 Peta Wilayah Kota Cilegon ...59

4.2 Spanduk Peringatan TKI dan TKA Ilegal di Depan Kantor Imigrasi ... 72

4.3 Dokumen Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing ... 111

(16)

ix

DAFTAR TABEL

1.1. Jumlah Tenaga Kerja Asing di Indonesia 2011-2016 ... 3

1.2. Jumlah Pekerja Asing Berdasarkan Asal Negara Jan-Nov 2016 ... 4

1.3. Laporan TKA di Kota Cilegon tahun 2014-2017 (Jan-Juli) ... 6

1.4. Data Deportasi Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon Tahun 2016 ...8

3.1. Daftar Informan ...47

3.2. Pedoman Wawancara ... 49

3.3. Jadwal Penelitian ...56

4.1. Keterangan Informan ... 69

(17)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi Kegiatan Penelitian

Lampiran 2 Undang-Undang Keimigrasian No 6 Tahun 2011

Lampiran 3 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri

Ketenagakerjaan Nomor 16 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing

Lampiran 4 Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 5 Member Check

Lampiran 6 Matriks Wawancara Lapangan

Lampiran 7 Reduksi Data

(18)

1

1.1 Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia adalah negara yang memiliki posisi strategis dalam pergaulan Internasional, baik dari aspek geografis maupun potensi sumber daya

alam dan sumber daya manusia mengakibatkan arus lalu lintas orang masuk dan keluar wilayah Indonesia semakin meningkat. Pengaturan terhadap lalu lintas

antar negara yang menyangkut orang di suatu wilayah negara adalah berkaitan dengan aspek keimigrasian yang berlaku di setiap negara memiliki sifat universal

maupun kekhususan masing-masing negara sesuai dengan nilai dan kebutuhan kenegaraannya. Dalam era globalisasi saat initelah membawa mobilisasi pekerja antar negara dengan mudah, karena adanya telekomunikasi dan teknologi

yangsangat canggih kemudian membuat begitu mudahnya tenaga kerja asing masuk ke Indonesia.

Untuk mengatur berbagai macam tenaga kerja asing yang keluar dan masuk ke wilayah Indonesia, kebijakan pemerintah di bidang keimigrasian menganut prinsip selective policy yaitu suatu kebijakan berdasarkan prinsip

selektif. Berdasarkan prinsip ini, hanya orang-orang asing yang dapat memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyat, bangsa dan Negara Republik Indonesia, yang

tidak membahayakan keamanan dan ketertiban serta tidak bermusuhan baik terhadap rakyat maupun Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945), yang diizinkan

(19)

batasan berupa perizinan yang diberikan kepada orang asing apabila hendak tinggal di Indonesia. (Sumber: Muhammad Indra, Perspektif Penegakan Hukum

dalam Sistem Hukum Keimigrasian Indonesia, Disertasi, Program Doktor Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran, Bandung, 23 Mei 2008), hlm.2)

Dalam peraturan perundang-undangan Indonesia, sebagaimana disebutkan

pada Pasal 1 ayat 13 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan yang menyebutkan bahwa Tenaga Kerja Asing adalah warga

negara asing pemegang Visa dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia. Dalam hal orang asing yang bermaksud bekerja sebagai tenaga ahli di Indonesia, tentunya memiliki persyaratan dan ketentuan yang harus dipenuhi mulai dari

orang asing tersebut:

1. Bermohon RPTKA (Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing);

2. Permohonan IMTA (Izin Mempekerjakan Tenaga Asing);

3. Bermohon Visa (VITAS/Visa Tinggal Terbatas) pada perwakilan

Republik Indonesia di luar negeri;

4. Diberikan VITAS untuk masuk ke wilayah Indonesia ;

5. Pemeriksaan Orang Asing tersebut di Tempat Pemeriksaan Imigrasi

(TPI) di pelabuhan udara/laut/darat;

6. Pemberian Izin Keimigrasian (ITAS/ Izin Tinggal Terbatas);

7. Selama berkegiatan di Indonesia; 8. Meninggalkan wilayah Indonesia.

Adapun jumlah tenaga kerja asing (TKA) yang berada di Indonesia hingga November 2016 mencapai 74.183 pekerja meningkat 7,5 persen dari posisi akhir

(20)

2011-2016 mencapai 71.776 pekerja. Jumlah tenaga kerja asing di Indonesia tersebut berdasarkan izin mempekerjakan tenaga asing (IMTA) yang dikeluarkan

pemerintah. Berikut tabel jumlah TKA di Indonesia dari tahun 2011 hingga tahun 2016:

Tabel 1.1

Jumlah Tenaga Kerja Asing di Indonesia 2011-2016

Tahun Pekerja

2011 77,3 ribu

2012 72,4 ribu

2013 69 ribu

2014 68,8 ribu

2015 69 ribu

2016 74,2 ribu

Sumber: http://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/12/20/2016

Mulai diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) awal 2016 dan serbuan TKA asal Cina telah memicu banyaknya tenaga asing di Indonesia. Selain itu, diberlakukannya bebas visa terhadap 160 negara juga turut

meningkatkan pekerja asing illegal di Tanah Air.

Jumlah tenaga kerja asing (TKA) asal Cina yang berada di Indonesia

merupakan yang terbesar. Berdasarkan data Izin Mempekerjakan Tenaga Asing (IMTA) Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi menunjukkan bahwa

pekerja asal Cina periode Januari-November 2016 yaitu berjumlah 21.271 pekerja atau sekitar 28,7 persen. TKA asal Jepang merupakan yang terbesar kedua setelah Cina yaitu mencapai 12.490 orang atau sekitar 16,8 persen. Dan TKA asal Korea

(21)

Berikut tabel data jumlah TKA berdasarkan asal negara periode Januari-November 2016:

Tabel 1.2

Jumlah Pekerja Asing di Indonesia Berdasarkan Asal Negara Januari-November 2016

Salah satu wilayah di negara Indonesia yang menjadi tujuan utama Tenaga Kerja Asing ialah Kota Cilegon yang merupakan Kota Industri yang menjadi incaran para Tenaga Kerja Asing. Kota Cilegon adalah sebuah kota di Provinsi

Banten, Indonesia. Cilegon berada di ujung barat laut pulau Jawa, di tepi Selat Sunda. Kota Cilegon dikenal sebagai kota industri. Sebutan lain bagi Kota

Cilegon adalah Kota Baja mengingat kota ini merupakan penghasil baja terbesar di Asia Tenggara karena sekitar 6 juta ton baja dihasilkan tiap tahunnya di Kawasan Industri Krakatau Steel, Cilegon. Di Kota Cilegon terdapat berbagai

(22)

Krakatau Daya Listrik, Krakatau Tirta Industri Water Treatment Plant. Dengan semakin banyaknya aktivitas kegiatan industri di Kota Cilegon ini menjadikan

salah satu Kota Industri yang kian makin banyak memperkerjakan orang asing khususnya WNA asal Korea, Jepang dan China. Sehingga tidak mengherankan apabila Indonesia khususnya Kota Cilegon merupakan salah satu titik sentral

perhatian negara-negara lain dalam bidang Industri.

Berdasarkan data perpanjangan IMTA yang tercatat di Dinas Tenaga Kerja

Kota Cilegon pada tahun 2014 terdapat 308 Tenaga Kerja Asing (TKA), tahun 2015 terdapat 376 TKA, tahun 2016 terdapat 172 TKA dan pada tahun 2017 pada bulan Januari sampai dengan Juli sudah tercatat sebanyak 477 TKA yang bekerja

di Kota Cilegon berdasarkan data perpanjangan IMTA dengan lokasi kerja hanya di Kota Cilegon. Berikut tabel data Tenaga Kerja Asing di Kota Cilegon tahun

(23)

Tabel 1.3

Laporan Tenaga Kerja Asing di Kota Cilegon Tahun 2014 - 2017 (periode Januari – Juli)

Negara 2014 2015 2016 2017 (Jan-Jul)

Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen

Korea Selatan 171 55.52% 185 49.20% 101 58.72% 191 40.04%

(24)

Sedangkan data keseluruhan Tenaga Kerja Asing yang berada di Kota Cilegon berdasarkan pembuatan IMTA yang dikeluarkan oleh Kementerian

Tenaga Kerja Republik Indonesia pada tahun 2015 tercatat sebanyak 1083 TKA dan pada tahun 2016 tercatat sebanyak 1240 TKA yang berada di Kota Cilegon. Dari data diatas menunjukan banyaknya orang asing yang berdatangan untuk

keperluan pekerjaan di Kota Cilegon.

Namun berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti, sering

terjadinya penyalahgunaan pada administrasi ketenagakerjaan yaitu dokumen-dokumen perizinan tenaga kerja asing. Dengan adanya bebas visa kunjungan seperti yang tertera dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 21

Tahun 2016 bahwa untuk meningkatkan hubungan negara Republik Indonesia dengan negara lain dan untuk meningkatkan perekonomian dan jumlah kunjungan

wisatawan mancanegara perlu diberikan kemudahan bagi orang asing untuk masuk ke wilayah Republik Indonesia. Tetapi dengan menggunakan visa kunjungan wisata justru sering disalahgunakan. Menurut hasil wawancara dengan

Ibu Retno selaku Kasi Penempatan Kerja Dinas Tenaga Kerja Kota Cilegon menyatakan bahwa banyak yang menyalahgunakan bebas visa kunjungan untuk

bekerja, banyak Tenaga Kerja Asing (TKA) yang menggunakan visa kunjungan tetapi dipergunakan untuk bekerja. Cara tersebut dipergunakan agar mereka tidak

membayar biaya retribusi TKA yang ditetapkan perorang/perbulan. Jelas sekali bahwa keberadaan TKA illegal ini merugikan pemerintah Kota Cilegon dan juga masyarakat sebagai tenaga kerja lokal. Visa kunjungan sendiri hanya berlaku dalam 30 hari dan tidak dapat diperpanjang masa berlakunya atau dialihstatuskan

(25)

Asing tersebut disebut illegal dan pihak Kantor Imigrasi pun mengambil tindakan seperti denda atau deportasi. Berdasarkan data dari Kantor Imigrasi Kelas II

Cilegon dalam tahun 2016 sudah tercatat ada 71 Tenaga Kerja Asing yang di deportasi. Berikut data Tenaga Kerja Asing yang di deportasi oleh Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon.

Tabel 1.4

Data Deportasi Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon Tahun 2016

No Kebangsaan Jumlah

1 China 65

2 Filipina 4

3 India 1

4 Bangladesh 1

Total 71

Sumber: Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon

Masalah tersebut diperkuat dengan adanya pemberitaan yang dilansir media elektronik Suara.com dan Portal Berita Cilegon bahwa Polda Banten

mengamankan sebanyak 70 orang Tenaga Kerja Asing yang bekerja di salah satu perusahaan karena telah bekerja secara ilegal. Tenaga Kerja Asing tersebut diamankan karena tidak memiliki dokumen ketenagakerjaan resmi yang

dikeluarkan dari kantor Imigrasi. Komisaris Besar Nurullah selaku Direktur Krimsus Polda Banten, mengatakan 70 pekerja asal Tiongkok ini merupakan

bagian dari 500 pekerja Tiongkok dan masih berpotensi bertambah karena sisanya masih cuti di negaranya. Dan dari komposisi pekerja lokal dan asing di pabrik

(26)

Tiongkok ini disalurkan oleh 7 perusahaan penyalur tenaga kerja asing ke Indonesia.

Dari temuan hasil observasi diatas, terdapat juga kendala-kendala dalam pengawasan dari Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon yang menyebabkan pengawasan belum maksimal. Seperti yang dilansir media elektronik Banten Raya

dan Seputar Banten, Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon mengklaim lemahnya pengawasan terhadap Tenaga Kerja Asing (TKA) illegal yang marak ditemukan

oleh Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Cilegon dan sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di sejumlah industri. Lemahnya pengawasan tersebut terjadi karena minimnya jumlah tenaga kerja dalam pengawasan di Kantor

Imigrasi Kelas II Cilegon. Kasubsi Komunikasi pada Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon mengatakan saat ini jumlah tenaga kerja di Kantor Imigrasi kurang dari

50 orang. Dalam pengawasan Tenaga Kerja Asing sendiri idealnya harus lebih dari 50 orang, sementara tenaga kerja di Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon hanya

31 orang, mengingat pada tahun 2016 sekitar 1240 Tenaga Kerja Asing yang tercatat bekerja di Kota Cilegon sehingga tenaga pengawas di Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon kalah saing dengan banyaknya Tenaga Kerja Asing yang masuk

ke Kota Cilegon. Menurut Bapak Hendar Setyawan juga terdapat kendala dalam pengawasan orang asing di Kota Cilegon karena terbentur dengan anggaran yang

menyebabkan pengawasan TIMPORA lebih cenderung dilakukan hanya setahun sekali sehingga pengawasan yang dilakukan Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon belum maksimal.

Selain kendala-kendala yang menjadi lemahnya pengawasan tersebut,

(27)

pengawasan yang dilakukan oleh pelaku pengawas di Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon, adapun permasalahan yang terjadi yaitu:

Pertama, berdasarkan pemberitaan yang dilansir media elektronik

beritacilegon.co.id, Ormas Kesatuan Komando Pembela Merah Putih (KKPMP) melakukan unjuk rasa di Kantor Imigrasi Kelas II Kota Cilegon pada Kamis 6

Oktober 2016 karena Kantor Imigrasi Cilegon dinilai tidak tegas dalam pengawasan Tenaga Kerja Asing (TKA). Ketua Ormas KKPMP Cilegon, Hadi

Ahadi mengatakan TKA yang masih bekerja di wilayah Pulomerak Kota Cilegon dan Puloampel Kabupaten Serang, saat ini jumlahnya diperkirakan mencapai 700

orang dan banyak TKA yang tidak memiliki kelengkapan dokumen ketenagakerjaan atau dikatakan ilegal. Dari masalah tersebut penyebab lemahnya pengawasan tersebut karena pelaku pengawas di Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon

bisa dilobi dengan pengusaha. Hadi juga menyebut, mayoritas TKA yang bekerja di sejumlah perusahaan di kota Cilegon berasal dari Korea dan Tiongkok.

Kedua, dalam pengawasan Tenaga Kerja Asing di Kota Cilegon, terdapat Tim Pengawasan Orang Asing (TIMPORA) yang diketuai oleh Kantor Imigrasi

Kelas II Cilegon yang bekerjasama dengan beberapa SKPD terkait seperti Dinas Tenaga Kerja Kota Cilegon, Kepolisian, Kejaksaan, Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil, Kodim, Kesbang dan Linmas dan juga Dinas Pariwisata. Hal ini merupakan amanat konstitusi dalam rangka terkoordinasinya pengawasan orang asing di daerah sebagaimana disebutkan dalam pasal 193 Peraturan Pemerintah

(28)

Asing. Selain bertugas memberikan saran dan pertimbangan, Tim Pengawasan Orang Asing (TIMPORA) juga dapat melakukan operasi gabungan jika

diperlukan. Operasi gabungan dapat berupaoperasi gabungan yang bersifat khusus atau operasi gabungan yang bersifat insidental. Operasi gabungan dilakukan berdasarkan rencana operasi. Dalam hal Tim Pengawasan Orang Asing

(TIMPORA) menemukan tindak pidana dalam operasi gabungan maka diserahkan kepada badan atau instansi Pemerintah terkait sesuai dengan kewenangan

masing-masing. Dalam pengawasannya, Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon melakukan rapat dengan instansi terkait yang tergabung dalam TIMPORA selama 1 bulan sekali, dan operasi gabungan dilakukan 3 bulan sekali dalam pengecekan langsung

di lapangan. (Sumber: Bapak Suparman Kepala Badan Kesbanglinmas Kota Cilegon)

Tetapi dalam pengawasan langsung di lapangan yang dilakukan Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon dengan TIMPORA pada bulan November tahun 2016,

Bapak Kusmajaya selaku Kepala Bidang Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Cilegon mengatakan bahwa pengawasan yang dilakukan tidak serempak karena Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon tidak melibatkan Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Cilegon dalam pengawasan langsung ke lapangan. Sehingga kurangnya koordinasi dalam pengawasan yang dilakukan oleh

Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon dengan instansi terkait yang tergabung dalam TIMPORA.

Ketiga, menurut hasil wawancara dengan Bapak Kusmajaya selaku Kepala

Bidang Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil)

(29)

telah meminta data Tenaga Kerja Asing kepada pihak Kantor Imigrasi Kelas II Kota Cilegon sebanyak 1240 data dan data yang telah dibuat oleh Disdukcapil

yang nantinya akan dibuatkan Surat Keterangan Tempat Tinggal (SKTT) baru 950 data dan masih ada yang belum diterbitkan SKTT-nya. Masalah tersebut diakibatkan karena banyaknya kasus Tenaga Kerja Asing yang sudah memiliki

KITAS dan yang sudah pindah keluar negeri tetapi agen/perusahaan tidak melapor kepada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Kota Cilegon,

sehingga data tidak terupdate di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Cilegon. Untuk tinggal di Kota Cilegon, setelah membuat Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) maka harus dibuatkan Surat Keterangan Tempat Tinggal

(SKTT) melalui Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Cilegon.

Kedatangan Tenaga Kerja Asing mempunyai kemungkinan dampak

negatif apabila terjadi pelanggaran terhadap dokumen ketenagakerjaan, izin tinggal, visa, atau ketentuan perundangan lainnya. Sehingga diperlukan

pengawasan yang efektif dari Pemerintah Daerah. Karena jika tidak dilakukannya pengawasan yang efektif maka dikhawatirkan akan terus terjadi penyimpangan atau pelanggaran oleh Tenaga Kerja Asing di Kota Cilegon. Dari uraian diatas

dapat disimpulkan bahwa peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

(30)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, penelitian ini perlu adanya

identifikasi permasalahan-permasalahan yang ada pada lokasi penelitian. Dari hasil observasi awal penelitian mengidentifikasi masalah-masalah penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Terdapat Tenaga Kerja Asing illegal di Kota Cilegon yang menyalahgunakan dokumen perizinan kunjungan untuk bekerja.

2. Kurangnya koordinasi dalam pengawasan yang dilakukan oleh Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon dengan TIMPORA.

3. Banyaknya Tenaga Kerja Asing yang sudah memiliki KITAS dan yang

sudah pindah keluar negeri tetapi agen/perusahaan tidak melapor untuk dibuatkan Surat Keterangan Tempat Tinggal.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, peneliti akan membatasi ruang lingkup penelitian yang berkaitan dengan Pengawasan Tenaga

Kerja Asing di Kota Cilegon.

1.3 Perumusan Masalah

Rumusan masalah akan memberikan suatu arahan yang jelas untuk mengadakan penelaahan, serta hasil analisis itu sendiri akan lebih nyata, sehingga

peneliti harus membatasi masalah yang akan dianalisis karena dapat membantu memperjelas pengkajiannya. Sehubungan dengan itu penulis merumuskan

masalah sebagai berikut.

(31)

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui, menganalisis,

mengidentifikasi dan mendeskripsikan dari rumusan masalah penelitian. Dalam hal ini penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana pengawasan Tenaga Kerja Asing di Kota Cilegon.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Sebagai sarana dalam memperoleh dan menerapkan teori yang diperoleh dalam praktek yang sesungguhnya

2. Bagi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi dan

referensi perpustakaan yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya. 3. Bagi Instansi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu Pemerintah Daerah sebagai acuan dalam mengambil kebijakan sekaligus sebagai evaluasi terhadap kinerjanya.

1.6 Sistematika Penulisan

Peneliti membuat sistematika penulisan dalam penelitian ini sebagai berikut: BAB I Pendahuluan

Dalam bab ini dibahas beberapa sub-bab diantaranya Latar Belakang yang membahas mengenai gambaran umum dan ruang lingkup permasalahan yang

(32)

mengidentifikasi masalah-masalah yang muncul di lapangan atau lokus dalam penelitian ini. Pembatasan dan perumusan masalah mencoba membatasi ruang

lingkup masalah yang ada agar lebih terfokus pada pembahasan yang akan diteliti oleh peneliti, dan rumusan masalah adalah pertanyaan inti yang akan diteliti dan dicari jawabannya oleh peneliti.

BAB II Deskripsi Teori dan Asumsi Dasar Penelitian

Dalam bab ini berisi mengenai deskripsi teori yang dapat digunakan

sebagai kerangka acuan atau pedoman dalam merumuskan asumsi dasar penelitian. Kerangka berfikir sebagai gambaran alur berfikir peneliti dalam melakukan kajian penelitian. Serta asumsi dasar penelitian yaitu merupakan

jawaban sementara dari permasalahan yang akan diteliti oleh peneliti. BAB III Metodologi Penelitian

Dalam bab ini dijabarkan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian. Metode merupakan suatu cara atau strategi yang secara

menyeluruh dan sistematis guna mencari data dan informasi dalam penelitian. Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan dalam mencari data. Informan penelitian sebagai subyek dalam penelitian. Teknik pengolahan dan

analisa data, validitas dan reabilitas data serta waktu dan tempat penelitian. BAB IV Hasil Penelitian

(33)

BAB V Penutup

Dalam bab ini memuat penjelasan mengenai kesimpulan dan saran hasil

penelitian yang telah dilakukan. DAFTAR PUSTAKA

(34)

DASAR

2.1 Deskripsi Teori

Dalam bidang Administrasi Hoy & Miskel dalam Sugiyono (2009:43)

mengemukakan, “Teori adalah seperangkap konsep, asumsi, dan generalisasi yang

dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi. Sedangkan menurut William dalam Sugiyono (2009;41) menyatakan

bahwa suatu teori akan memperoleh arti penting, bila ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan dan meramalkan gejala yang ada.

2.1.1 Definisi Manajemen

Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan,

dan pengawasan upaya anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan, James A.F. Stoner dalam Agus Sabardi (2001:4). Manajemen merupakan suatu proses untuk

mewujudkan tujuan yang diinginkan. Manajemen dan organisasi bukan tujuan, tetapi hanya alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan, karena tujuan yang

dicapai itu adalah pelayanan atau laba. Manajemen merupakan ilmu tentang upaya manusia untuk memanfaatkan semua sumber daya yang dimilikinya untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

(35)

Menurut Hasibuan dalam bukunya Manajemen (2011:2). Manajemen

adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya dan manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Manajemen menurut Sikula dalam buku Hasibuan dengan judul

Manajemen (2011:2) yang diterjemahkan sebagai berikut: “bahwa manajemen

pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas perencanaan,

pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi

dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh

perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara efisien.”

Manajemen menurut G.R. Terry dalam Agus Sabardi (2001:3)

mendefinisikan “manajemen diartikan sebagai proses yang khas yang terdiri atas

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang dilakukan

untuk menentukan dan usaha mencapai sasaran-sasaran dengan memanfaatkan

sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.”

Manajemen menurut Prof. Drs. Oei Liang Lie dalam Agus Sabardi (2001:3)

mendefinisikan “manajemen adalah ilmu dan seni perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, pengkoordinasian dan pengawasan sumber daya manusia dan alam,

terutama sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.”

Berdasarkan pemaparan pengertian manajemen di atas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai suatu tujuan maka dibutuhkan sebuah

organisasi sumber daya manusia yang dapat memenuhi terbatasnya kemampuan manusia dan kebutuhan yang tidak terbatas dengan melakukan pekerjaan

(36)

terbentuknya kerjasama dan keterikatan formal dalam suatu organisasi. Dalam

organisasi maka pekerjaan yang berat dan sulit akan dapat diselesaikan dengan baik serta tujuan yang diinginkan akan tercapai.

Definisi lainnya yaitu dikemukakan oleh Makharita, expert PBB yang

diperbantukan pada kantor Pusat Lembaga Administrasi Negara dari tahun 1977-1980 (Handayaningrat, 1990:19) memberikan definisi yang sudah diterjemahkan

yaitu bahwa manajemen adalah pemanfaatan sumber-sumber yang tersedia atau yang berpotensial di dalam pencapaian tujuan.

Istilah manajemen telah di artikan oleh berbagai pihak dengan perspektif yang berbeda, misalnya pengelolaan, pembinaan, pengurusan, ketatalaksanaan, kepemimpinan, pemimpin, ketatapengurusan, administrasi dan sebagainya.

Menurut Millet dalam Siswanto (2009:1) membatasi manajemen yang

diterjemahkan sebagai berikut: “bahwa adalah suatu proses pengarahan dan

pemberian fasilitas kerja kepada orang yang diorganisasikan dalam kelompok formal untuk mencapai tujuan.”

Menurut Stoner dan Wankel dalam Siswanto (2009:2) memberikan batasan

manajemen yang diterjemahkan sebagai berikut: “bahwa manajemen adalah

proses perencanaan, pengorganisasian dan penggunaan seluruh sumber daya

organisasi lainnya demi tercapainya tujuan organisasi.”

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya manajemen dapat di definisikan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang dilakukan

oleh individu satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing)

(37)

2.1.2 Definisi Pengawasan

Berbagai fungsi manajemen dilaksanakan oleh para pimpinan dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Fungsi-fungsi yang ada didalam manajemen diantaranya adalah fungsi perencanaan (Planning), fungsi pengorganisasian

(Organizing), fungsi pelaksanaan (Actuating) dan fungsi pengawasan

(Controlling). Pengawasan merupakan bagian dari fungsi manajemen yang

berupaya agar rencana yang sudah ditetapkan dapat tercapai dengan efektif dan efisien. Menurut Harahap (2001:14) pengawasan merupakan keseluruhan sistem,

teknik, cara yang mungkin dapat digunakan oleh seorang manajer atau prinsipal untuk menjamin agar segala aktivitas yang dilakukan oleh dan di dalam organisasi benar-benarmenerapkan prinsip efisiensi dan mengarah pada upaya untuk

mencapai keseluruhan tujuan organisasi.

Menurut Henry Fayol dalam Harahap (2001:10) mengartikan bahwa

pengawasan mencakup upaya memeriksa apakah semua terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan, perintah yang dikeluarkan, dan prinsip yang dianut.Juga dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan dan kesalahan agar dapat dihindari

kejadiannya dikemudian hari.

Menurut Siagian (2003:30) mendefinisikan bahwa pengawasan adalah

memantau aktivitas pekerjaan karyawan untuk menjaga perusahaan agar tetap berjalan kearah pencapaian tujuan dan membuat koreksi jika diperlukan. Pengawasan secara umum berarti pengendalian terhadap perencanaan apakah

sudah dilaksanakan sesuai tujuan atau penyimpangan dari tujuan yang diinginkan. Jika terjadi penyimpangan, pihak manajemen yang terkait dalam pengawasan

(38)

perencanaan tidak jauh menyimpang dari hasil yang diperoleh pada saat

pelaksanaan.

Berdasarkan penjelasan para ahli diatas diatas dapat disimpulkan bahwa pengawasan merupakan upaya memeriksa atau memantau aktivitas pekerjaan

yang dilakukan di dalam organisasi apakah sudah dilaksanakan sesuai dengan tujuan organisasi dan untuk mengetahui kelemahan dan kesalahan agar dapat

dihindari kejadiannya dikemudian hari.

Pengawasan yang dikemukakan oleh J. Mockler (2011:360) bahwa

Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah

ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk

menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan. Berdasarkan batasan di atas, terdapat empat langkah dalam pengawasan, yaitu

sebagai berikut:

a. Menetapkan standard dan metode untuk pengukuran kinerja.

b. Mengukur kinerja.

(39)

2.1.3 Prinsip-Prinsip Pengawasan

Menurut Manullang (2005:173) mengemukakan bahwa terdapat dua pokok prinsip pengawasan.Yang pertama, merupakan standar atau alat pengukur daripada pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan. Prinsip yang kedua,

merupakan wewenang dan intruksi-intruksi yang jelas harus dapat diberikan kepada bawahan karena berdasarkan itulah dapat diketahui apakah bawahan sudah

menjalankan tugas-tugasnya dengan baik. Atas dasar instruksi yang diberikan kepada bawahan dapat diawasi pekerjaan seorang bawahan. Setelah kedua prinsip

diatas, maka suatu sistem pengawasan harusnya mengandung prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh Manullang (2005:174), sebagai berikut:

a. Pengawasan harus dapat mereflektif sifat-sifat dan kebutuhan-kebutuhan dari kegiatan-kegiatan yang harus diawasi.

b. Dapat dengan secara melaporkan penyimpangan-penyimpangan. c. Pengawasan bersifat fleksibel.

d. Pengawasan bersifat mereflektir pola organisasi. e. Pengawasan harus bersifat ekonomis.

f. Dapat dimengerti, dan

g. Pengawasan dapat menjamin diadakannya tindakan korektif.

Masing-masing kegiatan membutuhkan sistem pengawasan tertentu yang

berlainan dengan sistem pengawasan bagi kegiatan lainnya. Sistem pengawasan haruslah dapat mereflektif sifat-sifat dan kebutuhan dari kegiatan-kegiatan yang

harus diawasi.

Sedangkan prinsip-prinsip pengawasan menurut Lembaga Administrasi Negara (1988:266) adalah sebagai berikut:

a. Obyektif dan menghasilkan fakta.

Pengawasan harus bersifat obyektif dan harus dapat menemukan fakta-fakta tentang pelaksanaan pekerjaan dan berbagai faktor yang mempengaruhinya.

(40)

Untuk dapat mengetahui dan menilai ada tidaknya kesalahan-kesalahan dan penyimpangan, pengawasan harus bertolak pangkal dari keputusan pimpinan, yang tercantum dalam:

1. Tujuan yang ditetapkan

2. Rencana kerja yang telah ditentukan 3. Kejelasan sasaran

4. Kebijaksanan dan pedoman kerja yang telah digariskan 5. Perintah yang telah diberikan

6. Peraturan-peraturan yang telah ditetapkan. c. Preventif.

Karena pengawasan pada dasarnya adalah untuk menjamin tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, yang harus efisien dan efektif, maka pengawasan harus bersifat mencegah jangan sampai terjadi kesalahan-kesalahan.

d. Pengawasan bukan tujuan.

Pengawasan hendaknya tidak dijadikan tujuan, tetapi sarana untuk menjamin dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas pencapaian tujuan organisasi.

e. Efisien.

Pengawasan haruslah dilakukan secara efisien, bukan justru menghambat efisiensi pelaksanaan pekerjaan.

f. Apa yang salah.

Pengawasan terutama harus ditujukan mencari apa yang salah, penyebab kesalahan, bagaimana sifat keseluruhannya.

g. Hasil temuan dari pelaksanaan pengawasan harus diikuti dengan tindakan korektif yang tepat.

2.1.4 Jenis-Jenis Pengawasan

Menurut Ernie dan Saefullah (2005:327), jenis pengawasan terbagi atas 3

yaitu:

a. Pengawasan Awal. Pengawasan yang dilakukan pada saat dimulainya pelaksanaan pekerjaan. Ini dilakukan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan pekerjaan.

b. Pengawasan Proses. Pengawasan dilakukan pada saat sebuah proses pekerjaan tengah berlangsung untuk memastikan apakah pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

(41)

Berdasarkan penjelasan jenis pengawasan diatas dapat diketahui bahwa

pengawasan merupakan penilai pelaksanaan dari jalannya suatu kegiatan yang dimulai dari awal kegiatan, proses kegiatan hingga akhir kegiatan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut Manullang (2005:176) ada empat macam dasar penggolongan jenis pengawasan, yakni.

a. Waktu Pengawasan

Macam-macam pengawasan itu dibedakan atas: (a) pengawasan preventif dan (b) pengawasan repressif. Dengan pengawasan preventif dimaksudkan pengawasan yang dilakukan sebelum terjadinya penyelewengan, kesalahan atau deviation.Jadi, diadakan tindakan pencegahan agar jangan terjadi kesalahan-kesalahan di kemudian hari. Dengan pengawasan repressif, dimaksudkan pengawasan setelah rencana sudah dijalankan, dengan kata lain diukur hasil-hasil yang dicapai dengan alat pengukur standar yang telah ditentukan terlebih dahulu.

b. Objek Pengawasan

Menurut Beishline, pengawasan berdasarkan objeknya dapat dibedakan atas (1) kontrol administrative dan (2) kontrol operatif. Kontrol operatif untuk bagian terbesar berurusan dengan tindakan, akan tetapi kontrol administrative berurusan dengan tindakan dan pikiran.

c. Subjek Pengawasan

(42)

d. Cara Mengumpulkan Fakta-fakta Guna Pengawasan

Berdasarkan cara bagaimana mengumpulkan fakta-fakta guna pengawasan, maka pengawasan itu dapat digolongkan atas: 1. personal observation (personal inspection)

2. oral report (laporan lisan) 3. written report (laporan tertulis) 4. control by exception.

2.1.5 Sifat dan Waktu Pengawasan

Menurut Hasibuan (2011:247) sifat dan waktu pengawasan terdiri

dari:

a. Preventive Controll, adalah pengawasan yang dilakukan sebelum kegiatan dilakukan untuk menghindari terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaannya. Preventive Controll ini dilakukan dengan cara :

1. Menentukan proses pelaksanaan pekerjaan.

2. Membuat peraturan dan pedoman pelaksanaan pekerjaan.

3. Menjelaskan dan atau mendemonstrasikan cara pelaksanaan pekerjaan itu.

4. Mengorganisasi segala macam kegiatan.

5. Menentukan jabatan, job description, authority, dan responbility bagi setiap individu karyawan.

6. Menetapkan sistem koordinasi pelaporan dan pemeriksaan.

7. Menetapkan sanksi-sanksi bagi karyawan yang membuat kesalahan.

Preventive Controll adalah pengawasan terbaik karena

dilakukan sebelum terjadi kesalahan.

b. Repressive Control adalah pengawasan yang dilakukan setelah terjadi kesalahan dalam pelaksanaannya, dengan maksud agar tidak terjadi pengulangan kesalahan, sehingga hasilnya sesuai dengan yang diinginkan.

Repressive Controll ini dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Membandingkan hasil dengan rencana.

2. Menganalisis sebab-sebab yang menimbulkan kesalahan dan mencari tindakan perbaikannya.

3. Memberikan penilaian terhadap pelaksanaannya, jika perlu dikenakan sanksi hukuman kepadanya.

(43)

5. Mengecek kebenaran laporan yang dibuat oleh petugas pelaksana. 6. Jika perlu meningkatkan keterampilan atau kemampuan pelaksanaan

melalui training dan education.

c. Pengawasan saat proses dilaksanakan yaitu jika terjadi kesalahan langsung diperbaiki.

d. Pengawasan berkala, adalah pengendalian yang dilakukan secara berkala, misalnya per bulan, per semester, dan lain-lain.

e. Pengawasan mendadak, adalah pengawasan yang dilakukan secara mendadak untuk mengetahui apakah pelaksanaan atau peraturan-peraturan yang ada telah dilaksanakan atau tidak dilaksanakan dengan baik. Pengawasan mendadak ini sekali-sekali perlu dilakukan, supaya kedisiplinan karyawan tetap terjaga dengan baik. f. Pengawasan melekat (waskat) adalah pengawasan yang dilakukan

secara integratif mulai dari sebelum, pada saat, dan sesudah kegiatan operasional dilakukan.

Berdasarkan pendapat yang diungkapkan oleh Hasibuan diatas dapat

disimpulkan bahwa pengawasan memiliki tahapan-tahapan pengawasan yang dilakukan sebelum dan sesudah kegiatan dilakukan untuk menghindari terjadinya

penyimpangan-penyimpangan dalam proses kegiatan pengawasan, serta pengawasan memiliki waktu-waktu tertentu dalam proses pengawasan agar kegiatan berjalan sesuai dengan rencana.

2.1.6 Fungsi Pengawasan

Menurut Ernie dan Saefullah (2005:12), fungsi pengawasan adalah sebagai berikut:

a. Mengevaluasi keberhasilan dan pencapaian tujuan serta target sesuai dengan indikator yang di tetapkan.

b. Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang mungkin ditemukan.

(44)

Sedangkan menurut Handayaningrat (1999) menyatakan bahwa fungsi

pengawasan adalah:

a. Mempertebal rasa tanggung jawab terhadap pejabat yang diserahi tugas.

b. Mendidik para pejabat agar mereka melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur.

c. Untuk mencegah terjadinya penyimpang, kelalaian dan kelemahan, agar tidak terjadi kerugian yang tidak diinginkan.

d. Untuk memperbaiki kesalahan dan penyelewengan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pengawasan adalah mengevaluasi hasil dari pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan target tujuan yang ditetapkan dan untuk melakukan tindakan mencegah terjadinya

penyimpangan dan koreksi apabila terjadi kesalahan-kesalahan yang mungkin ditemukan.

2.1.7 Karakteristik-Karakteristik Pengawasan

Dalam pengawasan penelitian ini peneliti menggunakan teori karakteristik-karakteristik pengawasan yang efektif menurut Handoko (2011:373). Dalam melakukan pengawasan sangatlah perlu dilakukan secara efektif sehingga dapat

terciptanya efektivitas pengawasan yang baik. Menurut Handoko (2011:373) untuk menjadi efektif, sistem pengawasan harus memenuhi criteria tertentu.

Kriteria-kriteria utama adalah bahwa sistem seharusnya: a. mengawasi kegiatan-kegiatan yang benar b. tepat waktu

c. dengan biaya yang efektif d. tepat-akurat

(45)

Semakin dipenuhinya kriteria-kriteria tersebut semakin efektif sistem

pengawasan. Karakteristik-karakteristik pengawasan yang efektif dapat lebih diperinci sebagai berikut:

1) Akurat. Informasi tentang pelaksanaan kegiatan harus akurat. Data yang tidak akurat dari sistem pengawasan dapat menyebabkan organisasi mengambil tindakan koreksi yang keliru atau bahkan menciptakan masalah yang sebenarnya tidak ada.

2) Tepat-Waktu. Informasi harus dikumpulkan, disampaikan dan

dievaluasi secepatnya bila kegiatan perbaikan harus dilakukan segera.

3) Obyektif dan menyeluruh. Informasi harus mudah dipahami dan bersifat obyektif serta lengkap.

4) Terpusat pada titik-titik pengawasan strategic. Sistem pengawasan harus memusatkan perhatian pada bidang-bidang di mana penyimpangan-penyimpangan dari standar paling sering terjadi atau yang akan mengakibatkan kerusakan paling fatal.

5) Realistik secara ekonomis. Biaya pelaksanaan sistem pengawasan harus lebih rendah, atau paling tidak sama, dengan kegunaan yang diperoleh dari sistem tersebut.

6) Realistik secara organisasional. Sistem pengawasan harus cocok atau harmonis dengan kenyataan-kenyataan organisasi.

7) Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi. Informasi

pengawasan harus terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi, karena setiap tahap dari proses pekerjaan dapat mempengaruhi sukses atau kegagalan keseluruhan operasi dan informasi pengawasan harus sampai pada seluruh personalia yang memerlukannya.

8) Fleksibel. Pengawasan harus mempunyai fleksibilitas untuk

memberikan tanggapan atau reaksi terhadap ancaman ataupun kesempatan dari lingkungan.

9) Bersifat sebagai petunjuk dan operasional. Sistem pengawasan efektif harus menunjukkan, baik deteksi atau deviasi dari standar, tindakan koreksi apa yang seharusnya diambil.

(46)

2.1.8 Definisi Imigrasi

Istilah imigrasi adalah terjemahan dari bahasa Belanda Immigratie, yang berasal dari bahasa latin Immigratio. Kata kerjanya adalah Immigreren, dalam bahasa Latin imigrare. Kata imigrasi terdiri dari dua suku kata, yaitu “in” yang

artinya “dalam” dan ”migrasi” yang artinya “pindah”, datang, masuk atau

boyong”. Secara lengkap arti imigrasi adalah “pemboyongan orang-orang masuk

kesuatu negeri”, Menurut Abdullah Sjahriful (1993:7) mendefiniskan sebagai

berikut:

“immigration is the entrace into an alien country of person intending to take part in the life of that country and to make it their more or less permanent residence”

Artinya lebih kurang sebagai berikut : “imigrasi adalah pemasukan kesuatu

negara asing dari orang-orang yang berniat untuk menumpang hidup atau mencari nafkah dan sedikit atau banyak menjadikan negara itu untuk tempat berdiam atau

menetap”. Sedangkan menurut Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2011 tentang Keimigrasian, yang dimaksud dengan keimigrasian adalah :

“Hal ikhwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar wilayah Negara

Republik Indonesia serta pengawasannya dalam rangka menjaga

tegaknya kedaulatan Negara”.

2.19 Definisi Tenaga Kerja Asing

Menurut Abdul Khakim (2009:27) mendefinisikan Tenaga Kerja Asing

adalah tiap orang bukan warga negara Indonesia yang mampu melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa

(47)

a. Memenuhi kebutuhan tenaga kerja terampil dan profesional pada bidang- bidang tertentu yang belum dapat diisi oleh TKI.

b. Mempercepat proses pembangunan nasional dengan jalan mempercepat proses alih teknologi atau alih ilmu pengetahuan, terutama di bidang industri.

c. Memberikan perluasan kesempatan kerja bagi TKI.

d. Meningkatkan investasi asing sebagai penunjang modal pembangunan di Indonesia.

Menurut HR Abdussalam (2008:322) tujuan penggunaan tenaga kerja

asing adalah untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang terampil dan professional pada bidang tertentu yang belum dapat diduduki oleh tenaga kerja

lokal serta sebagai tahapan dalam mempercepat proses pembangunan nasional maupun daerah dengan jalan mempercepat alih ilmu pengetahuan dan teknologi dan meningkatkan investasi asing terhadap kehadiran TKA sebagai

penunjang pembangunan di Indonesia walaupun pada kenyataannya perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia baik itu perusahaan-perusahaan-perusahaan-perusahaan swasta

asing ataupun swasta nasional wajib menggunakan tenaga ahli bangsa Indonesia sendiri.

Pengertian tenaga kerja asing ditinjau dari segi undang-undang (Pengertian

Otentik), yang dimana pada Pasal 1 angka 13 UU No 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan di jelaskan bahwa: “Tenaga kerja asing adalah warga negara

asing pemegang visa dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia”. Tercantum padaPasal 4 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2015, pemberi kerja Tenaga Kerja Asing meliputi :

(48)

c. perwakilan negara asing d. organisasi internasional

e. kantor perwakilan dagang asing, kantor perwakilan perusahaan asing, kantor perwakilan berita asing

f. perusahaan swasta asing, badan usaha asing yang terdaftar di instansi yang berwenang

g. badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia dalam bentuk Perseroan Terbatas atau Yayasan

h. lembaga sosial, keagamaan, pendidikan dan kebudayaan, dan i. usaha jasa impresariat.

Undang-Undang Keimigrasian (UUK) menegaskan bahwa setiap

pengusaha dilarang mempekerjakan orang-orang asing tanpa izin tertulis dari Menteri. Pengertian Tenaga Kerja Asing juga dipersempit yaitu warga negara

asing pemegang visa dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia. Di dalam ketentuan tersebut ditegaskan kembali bahwa setiap pemberi kerja yang mempekerjakan tenaga kerja asing wajib memiliki izin tertulis dari Menteri atau

pejabat yang ditunjuk. Untuk memberikan kesempatan kerja yang lebih luas kepada tenaga kerja Indonesia (TKI), pemerintah membatasi penggunaan tenaga

kerja asing dan melakukan pengawasan. Dalam rangka itu, Pemerintah mengeluarkan sejumlah perangkat hukum mulai dari perizinan, jaminan perlindungan kesehatan sampai pada pengawasan. Sejumlah peraturan yang

diperintahkan oleh UUK antara lain :

1) Keputusan Menteri tentang Jabatan Tertentu dan Waktu Tertentu (Pasal 42 ayat (5));

2) Keputusan Menteri tentang Tata Cata Pengesahan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (Pasal 43 ayat (4));

(49)

4) Keputusan Menteri tentang Jabatan-jabatan Tertentu yang Dilarang di Jabat oleh Tenaga Kerja Asing (Pasal 46 ayat (2));

5) Keputusan Menteri tentang Jabatan-jabatan Tertentu di Lembaga Pendidikan yang Dibebaskan dari Pembayaran Kompensasi (Pasal 47 ayat (3)).

6) Peraturan Pemerintah tentang Besarnya Kompensasi dan Penggunaannya (Pasal 47 ayat 4).

7) Keputusan Presiden tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing serta Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kerja Pendamping (Pasal 49).

(Sumber: Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia)

Penggunaan TKA mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri, kelebihan diantaranya yaitu:

1. Dengan adanya TKA, perusahaan yang sebelumnya hampir mati, setelah adanya TKA dapat berjalan lancar sehingga dapat memberi lapangan kerja bagi TKI;

2. TKI memperoleh kesempatan pendidikan dan pelatihan dari TKA;

3. TKI dapat mengambil banyak contoh cara kerja TKA yang teliti, disiplin dan menghargai waktu kerja;

4. Lama kelamaan dapat mentransfer teknologi dan ilmu pengetahuan yang dimiliki TKA dengan mula-mula mereka dapat menduduki jabatan terpenting dalam perusahaan, kemudian ilmu TKA dapat dialihkan dan secara perlahan jabatan tersebut berangsur-angsur dapat diisi atau digantikan oleh TKI.

Di samping kelebihan tersebut, kekurangan penggunaan TKA adalah:

1. Dapat menimbulkan kesulitan dalam bekerja sama karena pola budaya yang berbeda, terlebih apabila TKI kurang menguasai bahasa asing atau keahlian tertentu;

2. Jika perusahan terus menerus menggunakan TKA, dikhawatirkan tidak adanya kesempatan kerja bagi TKI untuk maju menggantikan kedudukan-kedudukan yang paling penting yang biasanya diduduki oleh TKA; serta

3. Antara TKA dan TKI untuk pekerjaan yang memiliki kesamaan sifat, nilai dan tanggung jawab, masih terdapat diskriminasi dalam hal pemberian upah.

(50)

2.2 Penelitian Sebelumnya

Sebagai acuan dan bahan masukan bagi peneliti dalam melakukan penelitian, maka peneliti menelusuri beberapa jurnal penelitian yang kurang lebih membahas topik yang relevan dengan peneliti yaitu Pengawasan Tenaga Kerja

Asing di Kota Cilegon. Peneliti terdahulu ini dapat berfungsi sebagai data pendukung yang relevan dengan fokus penelitian peneliti. Penelitian tersebut

antara lain sebagai berikut:

Pertama, penelitian thesis tahun 2016 yang dilakukan oleh Tony Mirwanto mahasiswa pascasarjana Fakultas Hukum Unsrat dengan judul “Sistem Hukum Pengawasan Tenaga Kerja Asing terhadap Penyalahgunaan Izin Tinggal Kunjungan untuk Bekerja pada Perusahaan Penanaman Modal Asing di

Indonesia”

Dalam penulisan skripsi ini penulis membahas Sistem Hukum Pengawasan

Tenaga Kerja Asing terhadap Penyalahgunaan Izin Tinggal Kunjungan untuk Bekerja pada Perusahaan Penanaman Modal Asing di Indonesia. Yang melatarbelakangi penulisan ini bahwa penyalahgunaan izin tinggaloleh orang

asing dengan menggunakan visa kunjungan wisata kerap kali terjadi, umumnya digunakan dalam rangka bekerja sebagai Tenaga Kerja Asing (TKA) pada

Perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia. Hal ini menyebabkan menjadi berkurangnya kesempatan kerja bagi Tenaga Kerja Indonesia di dalam negeri dan berkurangnya pendapatan Negara dari sisi penggunaan Tenaga Kerja

Asing.

Masalah yang dikaji dalam skripsi ini adalah: Bagaimanakah sistem

(51)

Penanaman Modal Asing di Indonesia serta bagaimanakah sistem pengawasan

Izin Tinggal Tenaga Kerja Asing (TKA) yang bekerja pada Perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia.

Penulis menggunakan metode yuridis normatif yakni penelitian yang

membahas doktrin-doktrin atau asas-asas dalam ilmu hukum.

Berdasarkan hasil penelitian, penulis memperoleh jawaban atas permasalahan

yang ada, yaitu 1) Sistem pengaturan penggunaan Izin Tinggal TKA pada perusahaan PMA di Indonesia diatur berdasarkan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2011 Tentang Keimigrasian. Namun, dalam pengaturan penempatan TKA berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagekerjaan. Dimana kedua Undang-Undang ini bekerja sebagai suatu sistem hukum yang

saling melengkapi satu sama lain. 2) Sistem pengawasan Izin Tinggal TKA pada perusahaan PMA di Indonesia sudah sangat baik. Namun, kegiatan pengawasan

mengalami kendala ketika adanya kebijakan pemerintah Indonesia yang terlalu mempermudah orang asing masuk ke Wilayah Indonesia, yakni dengan memberikan fasilitas Visa On Arriva / Visa Kunjungan Saat Kedatangan dan

BVKW (Bebas Visa Kunjungan Wisata), dimana kebijakan ini sangat rawan untuk disalahgunakan karena masih terbatasnya kemampuan petugas terkait dalam

rangka melakukan pengawasannya. Terutama bagi warga negara Cina yang kerap kali tertangkap tangan menyalahgunakan izin tinggal kunjungan yang diberikan kepadanya seperti menjadi Tenaga Kerja Asing (TKA) illegal dalam kegiatan

pengawasan yang dilakukan oleh pertugas di lapangan.

Dari kesimpulan pembahasan diatas, peneliti memberikan beberapa saran

(52)

orang asing yang akan berkegiatan sebagai TKA di Indonesia. Mengingat masih

tingginya jumlah pelanggaran hukum yang dilakukan oleh sejumlah warga negara dari negara Cina. 2) Selain mengadakan rapat TIMPORA yang diketuai oleh pihak Imigrasi agar lebih sering ditindak lanjuti dengan kegiatan yang nyata

seperti halnya melakukan operasi gabungan ke perusahaan-perusahaan PMA yang ada di wilayah kerjanya masing-masing dan terdapat integrasi data secara online

antara instansi terkait dalam rangka pengawasan orang asing yang melakukan kegiatan sebagai TKA pada perusahaan PMA.

Adapun persamaan penelitian yang dilakukan oleh Tony Mirwanto dengan penelitian yang sedang dilakukan ini adalah sama-sama membahas tentang pengawasan Tenaga Kerja Asing terhadap penyalahgunaan izin tinggal kunjungan

untuk bekerja namun menggunakan perspektif teori yang berbeda serta penelitian yang Tony Mirwanto lakukan lebih kepada sistem hukum dari pengawasan

Tenaga Kerja Asing di Indonesia.

Kemudian, terdapat perbedaan dengan penelitian yang sedang dilakukan saat ini yaitu dalam metode penelitian yang digunakan oleh peneliti. Penelitian

yang dilakukan oleh Tony Mirwanto menggunakan pendekatan yang dilakukan dalam penelitian yuridis normatif, sedangkan penelitian saat ini menggunakan

metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Kedua, penelitian Skripsi tahun 2017 yang dilakukan oleh Saputri Ratu Penghuni mahasiswa Ilmu Hukum Universitas Lampung dengan judul Skripsi:

“Pelaksanaan Pengawasan Tenaga Kerja Asing oleh Dinas Tenaga Kerja Kota

(53)

Dalam penulisan skripsi ini penulis membahas Pelaksanaan Pengawasan

Tenaga Kerja Asing oleh Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung, Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER/02/MEN/ III/2008 tentang tata cara penggunaan tenaga kerja asing dalam Bab VIII pasal 22 Ayat (1)

izin memperkerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) diberikan oleh direktur pengendalian pengunaan tenaga kerja asing dan dalam ayat (2) izin

memperkerjakan tenaga kerja asing (IMTA) dalam hal perpanjangan diberikan oleh Direktur atau Gubernur atau Bupati/Walikota, melalui Dinas Tenaga Kerja.

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut : 1) Bagaimanakah pelaksanaan pengawasan Tenaga Kerja Asing oleh Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung? 2) Apakah faktor penghambat dan pendukung

dalam Pelaksanaan Pengawasan Tenaga Kerja Asing di Kota Bandar Lampung ? Pendekatan masalah dalam penelitian ini adalah pendekatan normatif dan

pendekatan empiris. Sumber data dari penelitian ini adalah data primer, data skunder, dan data tersier. Analis data dilakukan dengan cara deskriptif kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan proses pelaksanaan

pengawasan ketenagakerjaan yang dilakukan oleh dinas tenaga kerja kota bandar lampung terhadap perusahaan yang menggunakan Tenaga Kerja Asing melalui

pemberian izin memperkerjakan Tenaga kerja Asing (IMTA) pada Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung. Faktor –faktor penghgambat dalam pemberian izin memperkerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) pada Dinas Tenaga Kerja Kota

Bandar Lampung antara lain: 1) Pihak pengguna TKA lalai, dengan sengaja tidak mengurus perpanjangan Izin Memperkerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA), 2)

(54)

Disnakertrans Provinsi Lampung atau Kemenakertrans sebagai instansi yang

mengeluarkan izin memperkerjakan Tenaga Kerja Asing, 3) Lemahnya pengawasan dan pengendalian oleh Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung terhadap TKA yang ada di Kota Bandar Lampung, 4) Belum optimalnya program

sosialisasi yang disebabkan tidak tersedianya anggaran dari kemenakertrans. Adapun persamaan dengan penelitian yang sedang dilakukan saat ini

adalah sama-sama mengkaji mengenai pengawasan tenaga kerja asing namun berbeda lokasi penelitian dan penelitian ini juga menggunakan analisis data yang

sama dengan penelitian yang sedang dilakukan yaitu metode kualitatif.

Adapun perbedaan dengan penelitian yang sedang dilakukan saat ini yaitu dalam metode penelitian yang digunakan oleh peneliti. Penelitian yang dilakukan

oleh Saputri Ratu Penghuni menggunakan pendekatan normatif dan pendekatan empiris sedangkan penelitian saat ini menggunakan metode penelitian deskriptif

dengan pendekatan kualitatif. Tetapi analisis data yang digunakan sama yaitu dengan cara deskriptif kualitatif.

2.3 Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir dalam Sugiyono (2008:60) mengemukakan bahwa,

kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi masalah yang penting yaitu:

(55)

2. Kurangnya koordinasi dalam pengawasan yang dilakukan oleh Kantor

Imigrasi Kelas II Cilegon dengan TIMPORA.

3. Banyaknya Tenaga Kerja Asing yang sudah memiliki KITAS dan yang sudah pindah keluar negeri tetapi agen/perusahaan tidak melapor untuk

dibuatkan Surat Keterangan Tempat Tinggal.

Berdasarkan dari masalah-masalah yang dipaparkan diatas, peneliti

menggunakan teori karakteristik-karakteristik pengawasan yang efektif menurut Handoko (2011:373) dan teori tujuan penggunaan Tenaga Kerja Asing menurut

(56)

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

Permasalahan Penelitian:

1. Terdapat Tenaga Kerja Asing illegal di Kota Cilegon yang menyalahgunakan dokumen perizinan kunjungan untuk bekerja.

2. Kurangnya koordinasi dalam pengawasan yang dilakukan oleh Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon dengan TIMPORA.

3. Banyaknya Tenaga Kerja Asing yang sudah memiliki KITAS dan yang sudah pindah keluar negeri tetapi agen/perusahaan tidak melapor untuk dibuatkan Surat Keterangan Tempat Tinggal.

Output : Mengetahui Pengawasan Tenaga Kerja Asing di Kota Cilegon

Outcome : Pengawasan Tenaga Kerja Asing di Kota Cilegon dapat berjalan dengan maksimal

Sub-Sub Fokus:

1. Pengawasan dilakukan secara tepat-akurat dan tepat waktu

2. Pengawasan dilakukan secara obyektif dan menyeluruh guna memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang terampil dan professional

3. Terpusat pada titik-titik pegawasan strategis

4. Realistik secara ekonomis dalam meningkatkan investasi asing terhadap kehadiran TKA

5. Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi 6. Bersifat sebagai petunjuk dan operasional

(57)

2.4Asumsi Dasar

Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pembahasan pada Pengawasan Tenaga Kerja Asing di Kota Cilegon. Namun berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan bahwa pengawasan Tenaga Kerja Asing belum terlaksana dengan

baik. Hal ini didasarkan pada masih terdapat beberapa permasalahan yang terjadi oleh Tenaga Kerja Asing tersebut seperti (i) Terdapat Tenaga Kerja Asing illegal

di Kota Cilegon yang menyalahgunakan dokumen perizinan kunjungan untuk bekerja. (ii) Kurangnya koordinasi dalam pengawasan yang dilakukan oleh Kantor

Imigrasi Kelas II Cilegon dengan TIMPORA. (iii) Banyaknya Tenaga Kerja Asing yang sudah memiliki KITAS dan yang sudah pindah keluar negeri tetapi agen/perusahaan tidak melapor untuk dibuatkan Surat Keterangan Tempat

Tinggal. Dari permasalahan tersebut oleh karena itu dibutuhkan pengawasan yang baik oleh Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten, Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon

(58)

41

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode Penelitian

Kualitatif menurut Sugiyono (2011:9) mendefinisikan metode kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang ilmiah, (sebagai lawannya adalah

eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat

induktif/kualitatif, dan hasil penelitan kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian Kualitatif, dimana penelitian Kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang mengungkapkan situasi social tertentu dengan mendeskripsikan

kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata yang berdasarkan teknik pengumpulan data yang relevan yang diperoleh dari situasi alamiah.

David William (Moleong 2006:5) menyatakan bahwa penelitian kualitatif

adalah pengumpulan data dari suatu latar ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara ilmiah.Jelas

(59)

Alasan peneliti menggunakan metode ini yaitu ingin mengetahui

bagaimana Pengawasan Tenaga Kerja Asing yang dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja, Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon dan SKPD terkait yang tergabung dalam TIMPORA dengan metode wawancara terbuka.

3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian

Fokus peneliti pada penelitian ini adalah tentang Pengawasan Tenaga Kerja Asing di Kota Cilegon.

3.3 Lokasi Penelitian

Dengan judul penelitian “Pengawasan Tenaga Kerja Asing di Kota

Cilegon” penelitian dilaksanakan di Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten di

Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B) Jl. Syeh Nawawi

Al-Bantani Palima Kota Serang, Dinas Tenaga Kerja Kota Cilegon di Jl. Raya Bojonegara KM2, Kedaleman, Cilegon, Kota Cilegon, Kantor Imigrasi Kelas II Cilegon di Jalan Raya Merak Km. 116 RT/RW 001/002 Rawa Arum, Grogol,

Kota Cilegon, dan beberapa dinas terkait lainnya.

3.4 Variabel Penelitian/Fenomena yang diamati 3.4.1 Definisi Konsep

Definisi Konseptual berfungsi untuk memberikan penjelasan

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.2
Tabel 1.4
Gambar  2.1 Kerangka Berfikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mendownload dan mengumpulkan satu artikel jurnal bhs Indonesia (bhs inggris tidak boleh dengan tujuan mengetahui kemajuan penelitian pertanian organik di Indonesia. Dalam

Hasil penelitian Pemetaan industri kreatif sektor kerajinan yang dilakukan di Kabupaten Pemalang berdasarkan Analisis SWOT jika dilihat dari perolehan hasil

Kekurangan air dalam tubuh juga sangat berbahaya dan bahkan bisa berakibat fatal, kerena itulah kita perlu memenuhi cairan tubuh dengan cara mengkonsumsi air

Jenis penelitian ini adalah kwantitatif diskriptif, dimana obyek penelitiannya adalah Guru SD bersertifikat pendidik yang ada di lingkungan kerja Gugus Sekolah Dasar

Komponen kelayakan materi Kesesuaian materi yang termuat dalam modul dengan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator Kesesuaian materi yang termuat dalam modul

(2012) menyatakan kuesioner EQ-5D dapat digunakan untuk menilai kualitas hidup terkait kesehatan pasien kanker yang menjalani kemoterapi dan caregivers , dan

Berdasarkan rerata kadar SGOT dan SGPT, pemberian ekstrak daun srikaya memiliki pengaruh terhadap kadar SGOT dan SGPT hewan coba pasca perlakuan.. Rasio De

Jika resultante dari gaya--gaya yang bekerja gaya yang bekerja pada benda sama dengan nol, maka benda pada benda sama dengan nol, maka benda dalam keadaan diam akan tetap diam atau